BAB I PENDAHULUAN
Bab ini, terdapat enam hal yang diuraikan oleh peneliti. Keenam hal tersebut, yaitu: latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan batasan pengertian.
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006: 5. Hal tersebut bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan dapat menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab Badan Standar Nasional
Pendidikan, 2006: 5. Tujuan dari pendidikan tersebut dibina mulai dari Sekolah Dasar SD
dengan adanya program wajib belajar 9 tahun Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006: 5. Peserta didik pada tingkat sekolah dasar akan
mempelajari beberapa
macam mata
pelajaran yaitu:
Agama, Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam
IPA, Ilmu Pengetahuan Sosial IPS, Seni Budaya dan Keterampilan, Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Dari berbagai mata pelajaran
tersebut, IPS mengkaji tentang seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial Badan Standar Nasional
Pendidikan, 2006: 159. 1
Mata pelajaran IPS pada jenjang sekolah dasar tersebut mempunyai peranan yang sangat penting. Hal tersebut ditunjukkan dengan mata pelajaran
IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki
kehidupan bermasyarakat yang dinamis Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006: 159. Oleh karena itu, mata pelajaran IPS bertujuan agar mengenal
konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. Selain itu IPS di tingkat sekolah, pada dasarnya bertujuan
untuk mempersiapkan para peserta didik sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan knowledge, keterampilan skills, sikap dan nilai
attitudes and values yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial serta kemampuan
mengambil keputusan dan perpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik Sapriya, 2009: 12.
Dari tujuan mata pelajaran IPS tersebut, IPS sangatlah penting untuk dipelajari mulai dari sekolah dasar, karena IPS berhubungan dengan manusia
serta lingkungan yang dinamis. IPS sangat berhubungan dengan manusia serta lingkungan yang
dinamis. Oleh karena itu pembelajaran IPS harus diberikan melalui pendekatan siswa aktif agar pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik.
Pendekatan siswa aktif atau lebih dikenal dengan nama Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan PAKEM ini didasari pada keyakinan
pada hakekat belajar Gora dan Sunarto, 2009: 9. Hekekat belajar dalam
PAKEM berarti proses membangun makna pemahaman, oleh pembelajar terhadap pengalaman dan informasi yang disaring dengan persepsi, pikiran
pengetahuan yang dimiliki dan perasaannya. Oleh karena itu, siswalah yang harus aktif dalam pembelajaran. Guru sebagai pemantau dan menciptakan
suasana pembelajaran agar semua siswa aktif dalam mengikuti pembelajaran tersebut.
Namun demikian, pembelajaran PAKEM seperti yang dipaparkan di atas belum tentu terjadi pada realita pembelajaran yang ada di sekolah,
misalnya di SD Kanisius Condongcatur. Berdasarkan observasi di kelas V pada hari Kamis, tanggal 17 Januari 2013, pembelajaran yang terjadi di kelas
tidak efektif. Ada 3 siswa yang tidak membawa buku paket IPS, ada 2 siswa yang terlihat melamun, ada 1 siswa yang sibuk menggambar, ada 4 siswa
yang duduk di belakang dan tidak memperhatikan guru pada saat pelajaran, dan ada 16 siswa yang cukup memperhatikan guru ketika menjelaskan materi.
Pada pembelajaran ini, guru terlihat sangat mendominasi pembelajaran. Metode yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi yaitu
ceramah, dan tanya jawab. Guru tidak menggunakan media apapun untuk memperjelas materi yang dijelaskan. Selain itu, pada saat mengikuti
pembelajaran, siswa hanya duduk diam, mendengarkan, kemudian mencatat materi yang ditulis oleh guru di papan tulis.
Peneliti tidak hanya melakukan observasi pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung, tetapi juga melakukan wawancara dengan siswa
dan guru kelas V. Wawancara tersebut berlangsung pada tanggal 1 Febuari
2013. Siswa berinisial N tersebut berkata, “Saya sering merasa bosen ketika pelajaran IPS, karena materinya sangat banyak dan saya kesulitan untuk
memahami ataupun mengingat”, jawab siswa ketika peneliti bertanya tentang pembelajaran IPS siswa, komunikasi pribadi, 1 Febuari 2013. Dari
wawancara tersebut, siswa merasa bosan dengan pembelajaran IPS karena materinya sangat banyak. Selain itu, siswa juga merasa kesulitan untuk
memahami ataupun mengingat materi IPS. Selanjutnya, siswa berinisial N juga berkata, “ketika pelajaran IPS, biasanya hanya dijelaskan, kemudian
kami mencatat, dan dihafalkan”, jawaban siswa ketika peneliti bertanya tentang bagaimana proses pembelajaran IPS berlangsung siswa, komunikasi
pribadi, 1 Febuari 2013. Dari wawancara tersebut, proses pembelajaran IPS yang berlangsung berpusat pada guru dijelaskan, siswa mencatat dan
menghafalkan. Guru tidak menggunakan media apapun dalam proses pembelajaran IPS. Selain siswa yang berinisial N, peneliti juga melakukan
wawancara dengan siswa berinisial H dan L, mereka menyukai IPS, tetapi apabila peneliti melihat hasil ulangan yang mereka peroleh, siswa berinisial N
memperoleh nilai 43, siswa berinisial H memperoleh nilai 52, dan siswa berinisial L memperoleh hasil 57. Dari hasil perolehan nilai ulangan ketiga
siswa tersebut, hasil nilai yang diperoleh di bawah KKM Kriteria Ketuntasan Minimal yaitu 60.
Selain wawancara dengan siswa kelas V, peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas V. Guru tersebut berkata, “ketika pelajaran
berlangsung, siswa kelas V sering ramai dan tidak mendengarkan ketika saya
menjelaskan, kemudian ketika diberi tugas rumah, ada 3 atau 4 siswa yang sering lupa tidak mengerjakan dengan berbagai alasan, seperti tidak tahu
kalau ada PR, buku ketinggalan di rumah, dan sebagainya”, jawab guru ketika peneliti bertanya tentang proses pembelajaran IPS. Dari wawancara
tersebut, peneliti memperoleh informasi bahwa motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS kurang. Hal tersebut dapat dilihat dari siswa
kelas V yang ramai, tidak mendengarkan ketika guru menjelaskan, dan sering lupa apabila ada tugas rumah. “Biasanya saya duduk diam, dan tidak lama
kemudian siswa yang ramai, akan melihat saya dan diam. Selain itu, apabila siswa yang ramai, sulit dinasehati, saya akan berkata, kalian boleh ramai,
asalkan nilai kalian besok pada saat ulangan 100”, jawab guru ketika peneliti bertanya cara mengatasi siswa yang ramai guru kelas, komunikasi
pribadi, 1 Febuari 2013. Dari wawancara tersebut, peneliti memperoleh informasi tentang cara guru mengatasi siswa yang ramai, yaitu dengan cara
duduk diam, dan ketika siswa masih ramai, guru mengijinkan ramai asalkan pada saat ulangan memperoleh nilai 100.
Dari hasil observasi saat pelajaran berlangsung dan wawancara dengan guru dan siswa, terlihat bahwa motivasi siswa terhadap mata pelajaran IPS itu
rendah. Motivasi siswa tersebut, dapat dilihat melalui 3 indikator motivasi yang peneliti susun dari ketiga ahli. Ketiga indikator motivasi tersebut, yaitu;
1 memiliki keinginan belajar; 2 ulet menghadapi tugas; 3 memiliki tujuan belajar. Dari indikator yang pertama, siswa tidak secara maksimal
terlihat memiliki keinginan belajar. Hal tersebut terlihat ketika siswa tidak
memperhatikan guru saat menjelaskan. Pada indikator yang kedua siswa kurang memiliki keuletan dalam menghadapi tugas. Hal tersebut terlihat saat
siswa sering lupa mengerjakan tugas rumah. pada indikator ketiga, siswa kurang memiliki tujuan belajar. Hal tersebut terlihat saat pelajaran
berlangsung, siswa tidak fokus memperhatikan pembelajaran, dan sibuk dengan kegiatannya sendiri.
Motivasi siswa yang rendah juga didukung dari hasil kuesioner yang peneliti berikan kepada siswa. Dari hasil kuesioner tersebut, terlihat bahwa
motivasi siswa dalam mata pelajaran IPS rendah. Hal tersebut terlihat dari hasil perolehan pada masing-masing indikator. Indikator I ada 15 siswa
57,7 yang termotivasi dari keseluruhan yaitu 26 siswa. Indikator II ada 15 siswa 57,7 yang termotivasi dari keseluruhan yaitu 26 siswa. Indikator III
ada 17 siswa 65,4 yang termotivasi dari keseluruhan yaitu 26 siswa. Selain melihat hasil dari kuesioner pada kondisi awal, peneliti juga
melihat dari dokumen semester gasal. Hasil observasi dokumen semester gasal menunjukkan bahwa hasil rata-rata ulangan harian seluruh siswa kelas
V tahun 20122013 sebanyak 26 siswa adalah 60. Ditinjau dari ketercapaian KKM Kriteria Ketuntasan Minimal, sebanyak 16 siswa dari 26 siswa belum
mencapai KKM yang telah ditentukan sebelumnya yaitu 60. Dari hasil observasi tersebut maka terlihat bahwa 16 siswa 61,5 yang memperoleh
nilai di bawah KKM yang telah ditentukan dan terdapat 10 siswa 38,5 yang lolos KKM.
Peneliti tidak hanya melihat hasil dokumen semester gasal tahun 20122013, tetapi juga melihat pada tahun sebelumnya 20112012, yaitu
dengan rata-rata ulangan harian sebanyak 21 siswa adalah 45. Sementara itu, ditinjau dari ketercapaian KKM Kriteria Ketuntasan Minimal, sebanyak 16
siswa dari 21 siswa belum mencapai KKM yang telah ditentukan sebelumnya yaitu 60. Dari hasil observasi tersebut maka terlihat bahwa 16 siswa 76,2
yang memperoleh nilai di bawah KKM yang telah ditentukan dan 5 siswa 23,8 yang lolos KKM.
Berdasarkan pada permasalahan di atas, kelas V SD Kanisius Condongcatur perlu mendapatkan perlakuan untuk meningkatkan kualitas
proses dan hasil belajar. Siswa sulit untuk memahami materi IPS yang terlalu banyak dan hasil belajar yang belum maksimal. Dalam sebuah artikel yang
ditulis oleh Mustofa 2001. Penelitian tersebut membuktikan bahwa media cetak surat kabar, majalah dan gambar dinilai oleh siswa mengasyikan dan
menyenangkan, karena mereka tidak cepat bosan dan perhatian siswa pun menjadi lebih besar pada pelajaran. Melihat dari artikel tersebut, maka
peneliti mengusulkan untuk menggunakan media dalam pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa kelas V pada mata
pelajaran IPS. Salah satu media yang dapat meningkatkan motivasi dan prestasi
belajar adalah media visual. Arsyad 2009 berpendapat bahwa media visual image atau perumpamaan memegang peran yang sangat penting dalam
proses belajar. Media visual dapat mempermudah pemahaman misalnya
melalui elaborasi struktur dan organisasi dan memperkuat ingatan. Visual dapat pula menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan
antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata. Ada 4 bentuk visual, misalnya: gambar representasi seperti gambar,
lukisan atau foto yang menunjukkan bagaimana tampaknya sesuatu benda. Selain itu, diagram yang melukiskan hubungan-hubungan konsep, organisasi
dan struktur materi. Peta juga termasuk dalam visual yang menunjukkan hubungan-hubungan ruang antara unsur-unsur dalam isi materi. Di samping
itu, grafik seperti tabel, grafik dan chart bagan yang menyajikan gambaran atau kecenderungan data atau antar hubungan seperangkat gambar atau
angka-angka Arsyad, 2009: 91-92. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas V SD Kanisius Condong Catur Menggunakan Media
Visual Tahun Ajaran 20122013”.
1.2 Pembatasan Masalah