oleh orang lain. Kedua, kerjasama sebagai ciri khas dalam PTK, memungkinkan dapat menghasilkan sesuatu yang lebih kreatif dan
inovatif, sebab setiap yang terlibat memiliki kesempatan untuk memunculkan pandangan-pamndangan kritisnya. Ketiga, hasil atau
simpulan yang diperoleh adalah hasil kesepakatan semua pihak khususnya antara guru sebagai peneliti dengan mitranya, demikian akan
meningkatkan validitas dan reliabilitas hasil penelitian. Keempat, PTK berangkat dari masalah yang dihadapi guru secara nyata. Oleh karena itu
hasil yang diperoleh dapat secara langsung diterapkan oleh guru. Selain itu, PTK juga mempunyai kelemahan atau keterbatasan,
yaitu Sanjaya, 2009: 38: Pertama, keterbatasan yang berkaitan dengan aspek peneliti atau guru itu sendiri. Kedua, PTK berangkat dari masalah
praktis yang dihadapi oleh guru, dengan demikian simpulan yang dihasilkan tidak bersifat universal yang berlaku secara umum. Ketiga,
PTK adalah penelitian yang bersifat situasional dan kondisional, yang bersifat longgar yang kadang-kadang tidak menerapkan prinsip-prinsip
metode ilmiah secara ajeg.
2.2 Teori Belajar
Teori belajar yang berhubungan dengan media yang penulis gunakan adalah teori belajar menurut Piaget. Menurut Piaget dalam bukunya Dahar,
2011: 137-139 tingkatan-tingkatan perkembangan intelektual setiap individu adalah sebagai berikut: 1 sensori motor 0-2 tahun; 2 pra-operasional 2-7
tahun; 3 operasional konkret 7-11 tahun; dan 4 operasional formal
Dahar, 2011: 136-138. Tingkatan pertama yaitu sensori motor, yang menempati dua tahun pertama dalam kehidupan anak. Selama periode ini,
anak mengatur alamnya dengan indera sensori dan tindakannya motor. Selain itu, dalam periode ini, seorang bayi tidak mempunyai konsepsi object
permanen. Tingkatan kedua yaitu pra-operasional antara umur 2-7 tahun. Pada
periode ini, anak belum mampu untuk melaksanakan operasi mental, seperti menambah, mengurangi. Pada tingkat pra-operasional ini dibagi menjadi dua
sub tingkat, yaitu antara usia 2-4 tahun, dan antara usia 4-7 tahun. Pada subtingkat yang pertama disebut sebagai subtingkat pralogis. Selanjutnya
pada subtingkat kedua disebut sebagai tingkat berpikir intuitif. Selain itu, anak dalam tingkatan pra-operasional ini memiliki sifat egosentris. Hal
tersebut berarti bahwa anak tersebut memiliki kesulitan untuk menerima pendapat orang lain. Selain itu, anak dalam tingkatan pra-operasional ini lebih
memfokuskan diri pada aspek statis tentang suatu peristiwa dari pada transformasi dari suatu keadaan pada keadaan lain.
Tingkatan ketiga yaitu operasional konkret antara umur 7-11 tahun. Pada tingkat ini merupakan permulaan berpikir rasional. Hal ini berarti anak
memiliki operasi-operasi logis yang dapat diterapkannya pada masalah- masalah konkret. Dalam tahap ini, anak belum dapat berurusan dengan materi
abstrak. Selain hal itu, anak pada periode ini menjadi kurang egosentris dan lebih sosiosentris dalam berkomunikasi. Proses berpikir pun menjadi kurang
egosentris dan dapat menerima pendapat orang lain.
Tingkatan keempat yaitu operasional formal kira-kira usia 11 tahun. Pada periode ini, anak dapat menggunakan operasi-operasi konkretnya untuk
membentuk operasi yang lebih kompleks. Selain itu, pada periode ini anak tidak perlu berpikir dengan pertolongan benda atau peristiwa konkret, dan
sudah memiliki kemampuan untuk berpikir abstrak. Teori belajar menurut Piaget ini sangat berhubungan dengan media yang
peneliti gunakan dalam penelitian, karena dalam teori belajar ini, terdapat tingkatan-tingkatan yang jelas dalam perkembangan intelektual anak. Dengan
adanya teori ini, peneliti dapat memberikan pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual siswa, sehingga pembelajaran dapat
diterima oleh siswa dengan baik.
2.3 Penelitian-Penelitian yang Relevan