2.1.4 Media Pembelajaran
Kata “media” berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar.
Media adalah alat komunikasi seperti koran, majalah, televisi, film, poster, spanduk, dan sebagainya Sanjaya: 2008. Sependapat dengan
pengertian di atas, media adalah suatu prangkat yang dapat menyalurkan informasi dari sumber ke penerima informasi Yamin, 2007: 197.
Rossi dan Breidle dalam bukunya Sanjaya, 2008: 204 mengemukakan bahwa “media pembelajaran adalah seluruh alat dan
bahan yang dapat dipakai untuk tujuan pendidikan seperti: radio, televisi, buku, koran, majalah, dan sebagainya”. Alat-alat seperti: radio, televisi,
buku, koran, majalah, dan lain sebagainya, apabila digunakan dan di program untuk pendidikan, maka merupakan media pembelajaran.
Berikut ini adalah fungsi dan manfaat dari media pembelajaran Sanjaya, 2008: 207, yaitu yang pertama menangkap suatu objek atau
peristiwa-peristiwa tertentu. Media pembelajaran yang dimaksudkan di sini adalah seperti hasil dari objek, kemudian diabadikan dengan foto,
film atau direkam melalui video atau audio, kemudian peristiwa tersebut dapat disimpan dan dapat digunakan ketika diperlukan. Seperti dalam
pembelajaran IPS, dapat menggunakan berbagai macam media yang dapat mengabadikan suatu objek dan dijadikan sebagai media yang
menarik untuk diberikan kepada siswa. Kedua, memanipulasi keadaan, peristiwa atau objek tertentu. Melalui media pembelajaran ini, guru dapat
menyajikan bahan pelajaran yang bersifat abstrak menjadi konkret sehingga mudah untuk dipahami oleh siswa dan dapat menghilangkan
verbalisme. Ketiga, menambah gairah dan motivasi belajar siswa. Penggunaan media ini dapat menambah motivasi belajar siswa, sehingga
perhatian siswa terhadap materi pembelajaran dapat lebih meningkat. Keempat, media pembelajaran memiliki nilai praktis, yaitu media dapat
mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa dan media juga dapat mengatasi batas ruang kelas.
Dilihat dari fungsi dan manfaat dari media pembelajaran, maka media pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi 3 tiga, apabila
dilihat dari sifatnya, yaitu Sanjaya, 2008: 211: a. Media Auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja, atau
media yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio atau rekaman suara.
b. Media Visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak mengandung unsur suara, seperti: film slide, foto, transparansi,
lukisan, gambar dan berbagai bentuk bahan yang dicetak seperti media grafis.
c. Media audiovisual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang dapat dilihat, seperti
rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara, dll. Kemudian apabila dilihat dari kemampuan jangkauannya, yaitu:
a. Media yang mempunyai daya liput yang luas dan serentak seperti televisi dan radio.
b. Media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang dan waktu, seperti film slide, film, video, dan lain-lain.
Apabila dilihat dari cara atau teknik pemakaiannya, yaitu: a. Media yang diproyeksikan, seperti: film, slide, film strip,
transparansi, dan lain-lain. b. Media yang tidak diproyeksikan, seperti: gambar, foto, lukisan,
radio, dan lain-lain. Dari klasifikasi media pembelajaran di atas, apabila dilihat dari
sifatnya, penulis menggunakan media visual dalam penelitian ini, kemudian apabila dilihat dari kemampuan jangkauannya adalah media
yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang dan waktu, seperti gambar atau foto, kemudian apabila dilihat dari cara atau teknik
pemakaiannya, yaitu media yang tidak diproyeksikan, seperti: gambar, foto, lukisan dan lain sebagainya.
Selain klasifikasi media pembelajaran, adapula lima prinsip yang harus diperhatikan dalam penggunaan media pembelajaran Sanjaya,
2009: 224, yaitu: a. Pemilihan media harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Tujuan yang ingin dicapai dalam pemilihan media ini adalah tujuan yang bersifat kognitif, afektif, atau psikomotorik. Tetapi tidak ada
satu media yang memuat semua tujuan tersebut, karena media memiliki karakteristik tertentu.
b. Pemilihan media harus berdasarkan konsep yang jelas. Pemilihan media ini tidak didasarkan pada kesenangan atau sebuah selingan,
melainkan menjadi bagian integral dalam keseluruan proses pembelajaran untuk meningkatkan keefektivitas dan efisiensi
pembelajaran siswa. c. Pemilihan media harus disesuaikan dengan karakteristik siswa. Dalam
hal ini, guru harus mengetahui karakteristik setiap siswa, karena tidak semua media cocok untuk masing-masing siswa.
d. Pemilihan media harus sesuai dengan gaya belajar siswa serta gaya dan kemampuan guru. Dalam pemilihan media ini, guru harus mampu
mengenali karakter setiap siswa dan kemampuan guru itu sendiri serta prosedur penggunaan media yang telah dipilih.
e. Pemilihan media harus sesuai dengan kondisi lingkungan, fasilitas dan waktu yang tersedia untuk kebutuhan pembelajaran.Dalam
penggunaan media, guru harus mengetahui lingkungan serta fasilitas apa saja yang ada agar penggunaan media dapat tercapai sesuai yang
diharapkan Sesuai dengan pemilihan media yang tepat, Edgar Dale juga
mengemukakan klasifikasi pengalaman menurut tingkat dari yang paling konkret ke yang paling abstrak Sadiman, 2009: 8. Klasifikasi tersebut
dikenal dengan nama kerucut pengalaman cone of experience dari Edgar Dale. Kerucut pengalaman E. Dale dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Kerucut Pengalaman E. Dale Sardiman, 2009: 8
Selanjutnya, uraian pada setiap pengalaman belajar seperti yang digambarkan dalam kerucut pengalaman tersebut, akan dijelaskan di
bawah ini Sanjaya, 2008: 200: 1. Pengalaman langsung, merupakan pengalaman yang diperoleh
siswa sebagai hasil aktivitasnya sendiri. Siswa mengalami, merasakan sendiri segala sesuatu yang berhubungan dengan
pencapaian tujuan. Dari pengalaman secara langsung ini, maka ada kecenderungan hasil yang diperoleh siswa menjadi konkret,
sehingga akan memiliki ketepatan yang tinggi. 2. Observasi, merupakan pengalaman yang diperoleh siswa sebagai
hasil pengalamannya. Melalui observasi ini, siswa akan menjadi lebih mengingat tentang kegiatan yang dilakukannya.
3. Partisipasi, merupakan pengalaman yang diperoleh siswa dengan ikut serta dalam kegiatan. Melalui partisipasi ini, siswa
memperoleh pengalaman yang lebih jelas dan konkret. 4. Demonstrasi, merupakan teknik penyampaian informasi melalui
peragaan. Melalui demonstrasi ini, siswa dapat melihat peragaan dari orang lain.
5. Wisata, yaitu pengalaman yang diperoleh melalui kunjungan siswa ke suatu objek yang ingin dipelajari. Melalui wisata ini, siswa dapat
mengamati secara langsung, mencatat, dan bertanya tentang hal-hal yang dikunjungi.
6. Tv, pengalaman melalui televisi merupakan pengalaman tidak langsung, sebab televisi hanya sebagai perantara.
7. Film, merupakan rangkaian gambar mati yang diproyeksikan pada layar dengan kecepatan tertentu. Melalui film ini, siswa dapat
belajar sendiri, walaupun masih terbatas. 8. Radio, merupakan pengalaman belajar yang lebih abstrak
dibandingkan dengan film, karena dengan radio ini, siswa hanya dapat mendengarkan.
9. Visual, merupakan pengalaman belajar yang abstrak, hampir sama dengan radio. Melalui visual ini, siswa dapat melihat, tetapi tidak
terdapat suara di dalamnya.
10. Simbol visual, merupakan lambang visual seperti grafik, bagan, dan bagan. Selain sebagai alat komunikasi, lambang visual dapat
memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada siswa. 11. Verbal, merupakan pengalaman belajar yang sifatnya lebih abstrak,
karena pengalaman hanya melalui bahasa baik secara lisan maupun tulisan.
Dari kerucut pengalaman yang diuraikan di atas, peneliti tertarik untuk menggunakan media visual dalam pembelajaran. Peneliti memilih
media visual karena visual merupakan tingkat pengalaman yang termasuk dalam kriteria tinggi untuk membantu siswa dalam memahami
materi dari yang konkret menjadi abstrak.
2.1.5 Media Visual