kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi dependen. Sebaliknya, R
2
yang mendekati satu menunjukan bahwa variabel-variabel
independen membererikan
informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksikan variabel dependen. b.
Pengujian Hipotesis Hubungan antar konstruk laten dalam model penelitian dapat
dilihat dari hasil estimasi koefisien jalur
path coefficients
dan tingkat signifikansinya
p-value
. Untuk menguji hipotesis penelitian yang diajukan, dapat dilihat dari besarnya nilai
p-value
. Apabila besarya nilai
p-value
lebih kecil dari 0.05, maka H ditolak atau terdapat
pengaruh yang signifikan. Hasil
path coefficients
untuk menguji kekuatan pengaruh variabel antar variabel dan menjelaskan ketegasan
hubungan antar arah variabel. c.
Membuat Hipotesis 1
H :
Internet marketing
tidak secara langsung berpengaruh positif terhadap
brand awareness
. H
a
:
Internet marketing
secara langsung berpengaruh positif terhadap
brand awareness
. 2
H :
Internet marketing
tidak secara langsung berpengaruh positif terhadap
intention to buy
. H
a
:
Internet marketing
secara langsung berpengaruh positif terhadap
intention to buy.
3
H :
Internet marketing
tidak secara langsung berpengaruh positif terhadap
buying decision.
H
a
:
Internet marketing
secara langsung berpengaruh positif terhadap
buying decision. 4
H :
Brand awareness
tidak secara langsung berpengaruh positif terhadap
intention to buy.
H
a
:
Brand awareness
secara langsung berpengaruh positif terhadap
intention to buy. 5
H :
Brand awareness
tidak secara langsung berpengaruh positif terhadap
buying decision.
H
a
:
Brand awareness
secara langsung berpengaruh langsung terhadap
buying decision. 6
H
: Intention to buy
tidak secara langsung berpengaruh positif terhadap
buying decision.
H
a
:
Intention to buy
secara langsung berpengaruh positif terhadap
buying decision
. 7
H :
Intention to buy
tidak memediasi pengaruh
internent marketing
terhadap
buying decision
. H
a
:
Intention to buy
memediasi pengaruh
internent marketing
terhadap
buying decision
. 8
H :
Intention to buy
tidak memediasi pengaruh
brand awareness
terhadap
buying decision
.
H
a
:
Intention to buy
memediasi pengaruh
brand awareness
terhadap
buying decision
. d.
Pengambilan keputusan berdasarkan nilai
p-value
1
P-value
≥ 0.05 maka H0 diterima dan Ha ditolak 2
P-value
0.05 maka H0 ditolak dan Ha diterima
61
BAB IV GAMBARAN UMUM SUBYEK PERUSAHAAN
A. Sejarah Singkat Starbucks Coffee
Starbucks adalah sebuah jaringan kedai kopi dari Amerika Serikat yang dikenal sebagai tempat bersosialisasi terutama bagi masyarakat urban.
Perusahaan ini berpusat di Seattle, Wasington. Starbucks Coffee pertama kali dibuka pada 1971 di Seattle oleh Jerry Baldwin, Zev Siegel, dan Gordon Bowker.
Howard Schultz bergabung dengan perusahaan ini pada tahun 1982. Beberapa saat setelah pemilik aslinya membeli Peet’s Coffee and Tea,
Starbucks dijual kepada Howard Schultz yang kemudian mengganti nama II Giornale dengan nama Starbucks pada tahun 1987. Nama Starbucks diambil dari
salah satu karakter dalam novel Moby Dick dengan logonya yang berupa putri duyung berekor dua yang biasa disebut Siren. Schultz kemudian mengubah
Starbucks menjadi bar espresso dengan gaya Italia. Berawal dari empat gerai kecil di Seatlle, Starbucks kini telah tumbuh dan
berkembang menjadi sebuah perusahan dengan lebih 1600 gerai di dunia dan sampai hari ini masih terus berkembang membuka gerai baru. Starbucks pertama
kali membuka gerai di luar Amerika Utara adalah di Tokyo, Jepang yang dibuka pada tahun 1996.
Starbucks coffee merupakan perusahaan yang pada dasarnya bergerak dalam bidang coffee retail, dimana mereka membeli dan memanggang secara utuh biji
kopi berkualitas tinggi dan menjualnya melalui aneka lini produk minuman
espresso ala Italia yang segar dan bercita rasa tinggi. Starbucks Coffee juga menyediakan berbagai makanan ringan berua kue kering dan basah, peralatan
dan aksesori yang berkaitan dengan minum kopi, serta permen dan gula-gula. Tujuan perusahaan secara umum adalah untuk menempatkan Starbucks
sebagai merek dalam pasar
coffee bars
yang paling terkenal. Ketika Howard Schultz memegang jabatan tertinggi sebagai Direktur operasional ritel dan
marketing. Starbucks mengembangkan budaya menkmati hidangan kopi di
coffe bar
. Budaya ini diadopsi oleh Schultz dari bar – bar kecil yang menyediakan
hidangan kopi dan teh di Milan, Italia. Eksperimen ini pada akhirnya menjadi ciri khas perusahaan dalam mendistribusikan pelayanannya.
Tidak hanya berdiri sendiri sebagai kedai kopi, tetapi Starbucks juga membuka kedai kopi di tempat
– tempat yang cukup strategis seperti di bandara, mall maupun hotel berbintang. Hingga saat ini 2014 total kedai Starbucks
Coffee yang tersebar di seluruh dunia telah mencapai 20.100. Dari jumlah tersebut 11.500 kedai terdapat di Amerika Serikat, sisanya tersebar di seluruh
dunia termasuk Indonesia. Di Indonesia, PT Sari Coffee Indonesia anak perusahaan PT Mitra Adi
Perkasa merupakan pemegang lisensi Starbucks Coffee International, dengan membuka
coffee shop
pertama Starbucks di Jakarta pada tanggal 17 Mei 2002, berlokasi di Plaza Indonesia, Jakarta Pusat. PT Sari Coffee Indonesia merupakan
pemegang hak tunggal untuk memperkenalkan dan memasarkan Starbucks di Indonesia.