Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
150
Penilaian pada mekanisme yaitu yang pertama mempraktekkan kegiatan mencuci tangan, kedua mempraktekkan kegiatan memakai sepatu, dan ketiga
mempraktekkan kegiatan memakai baju. Dan penilaian terakhir respon kompleks yaitu melakukan serangkaian aktivitas memakai baju, memakai
sepatu dan mencuci tangan. Tes yang diberikan dalam intervensi maupun baseline yaitu berupa tes
perbuatan, tes yang diberikan dari fase baseline 1¸intervensi sampai dengan fase baseline 2 menggunakan tes perbuatan yang sama. Jadi, tipe tes
perbuatan dilakukan secara berulang-ulang tanpa ada pengurangan atau penambahan dalam melakukan prakteknya. Hal ini dilakukan bertujuan
supaya subjek terbiasa dengan prakteknya. Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dari baseline 1, intervensi
dan baseline 2 yang dilakukan menunjukkan penggunaan pictograph efektif digunakan sebagai media komunikasi non verbal anak autistik kelas TKLB di
SLB Dharama Rena Ring Putra II Yogyakarta. Media pictograph lebih menarik karena sebelumnya belum digunakan media kartu gambar tersebut
dalam pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan hasil baseline 1, pada baseline 1
dilaksanakan dengan 3 sesi. Pertemuan setiap sesi ±35 menit dengan tes perbuatan 10 butir yang sama. Pelaksanaan baseline 1 diperoleh
data yang stabil, hasil tersebut diperoleh dengan perhitungan tingkat stabilitas hasil amatan dengan mencapai 100, artinya pada baseline 1 terdapat
presentase data poin dengan banyak data 3 dengan skor yang berbeda pada setiap data. Penghitungan presentase data poin 3 : 3 = 100 yang dikatakan
151
stabil. Sehingga dapat dilanjutkan ke pelaksanaan intervensi. Menurut Juang Sunanta 2006:45 untuk mendapatkan validitas penelitian yang baik pada
saat melakukan penelitian dengan menggunakan desain A-B-A, karena peneliti perlu mengukur dan mengumpulkan data pada kondisi baseline 1
A1 secara berkelanjutan sekurang-kurangnya 3 atau 5 atau sampai kecenderungan arah dan level arah menjadi stabil.
Pelaksanaan intervensi dilakukan sebanyak 5 sesi, setiap pertemuan berlangsung selama ±35 menit dan ±90 menit. Pada tahap intervensi
dibedakan menjadi 2 dua perlakuan, pada sesi keempat tes kegiatan aktivitas mencuci tangan, kelima tes kegiatan aktivitas memakai baju dan
keenam dilakukan tes kegiatan aktivitas memakai sepatu. Pada sesi ke ketujuh dan kedelapan dilakukan satu rangkaian kegiatan dari kegiatan
memakai sepatu, memakai baju dan mencuci tangan dengan waktu ±90 menit. Hasil yang diperoleh subjek pada fase intervensi didapatkan hasil yang
tidak stabil pada pertemuan keempat dan kelima dengan nilai poin yang sama yaitu 26 poin, sehingga pada tahap ini harus diadakan penambahan tes
sejumlah 1 sesi untuk memberikan hasil yang stabil. Jadi, fase intervensi menjadi 6 sesi dengan 4,95. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
Juang Sunanta 2005:45 yaitu mengukur dan mengumpulkan data pada kondisi intervensi dengan menggunakan periode waktu tertentu sampai data
menjadi stabil. Pada intervensi sesi keempat subjek sudah mengalami perubahan yang
lebih baik dan mencapai kriteria ketuntasan lebih dari 65, perubahan
152
tersebut sampai dengan fase baseline 2. Pelaksanaan baseline 2didapat presentase peningkatan mean level yang diperoleh dari fase baseline 1 A ke
baseline 2 A2 yaitu 22 sampai 37. Hal ini berarti terdapat kenaikan
sebesar 15 yang mengartikan bahwa kemampuan keterampilan komunikasi non verbal terdapat perubahan yang lebih baik. Selain dibuktikan dengan
data mean level yang selalu berubah lebih baik pada tiap sesi juga dilihat dari data overlap atau data timpang tindih. Data ini mengindikasikan bahwa
semakin kecil presentase overlap, maka makin baik pengaruh intervensi terhadap target behavior Juang Sunanta, 2005:84. Sedangkan mean level
yang semakin meningkat menunjukkan data ketrampilan komunikasi non verbal pada setiap fase mengalami perubahan yaitu selalu meningkat.