Latar belakang masalah. PENDAHULUAN

4 menggumam dan cara menyampaikan pesan atau keinginannya dengan menarik tangan dan menunjuk benda yang diinginkan. Tiko samaran juga babbling apabila dia menginginkan sesuatu, kata-kata yang tidak jelas namun dapat diartikan menginginkan sesuatu. Tiko samaran belum mampu mandiri mengurus dirinya sendiri, diantaranya belum mampu memakai sepatu sendiri, memakai baju sendiri dan mandi sendiri. Anak tersebut juga menarik diri apabila berada di tempat yang ramai dan menghindar apabila bertemu dengan orang yang belum pernah dikenal. Menurut hasil wawancara kepada orang tuanya, apabila keinginannya tidak dimengerti oleh lawan bicaranya, ia marah dengan mencubit serta menangis. Selain masalah yang ada pada anak tersebut, Tiko samaran memiliki kemampuan dalam memahami instruksi sederhana seperti “duduk”, dan perintah seperti “ambil”.Selain kemampuannya dalam memahami instruksi, kontak mata pada anak autistik tersebut cukup baik walaupun terkadang masih beralih perhatian. Mengenai komunikasi anak autistik di kelas TKLB SLB Dharma Rena Ring Putra II Yogyakarta ternyataanak di kelas TK belum diberikan mata pelajaran dan hanya diberikan beberapa permainan sesuai usia dan kemampuannya. Kelemahan anak dalam melakukan komunikasi verbal dapat diatasi antara lain dengan komunikasi non verbal, serta peran guru dalam membantu menyampaikan pesan dapat diterima oleh anak tersebut secara mudah. 5 Anak autistik yang mengalami gangguan komunikasi verbal, sehingga perlu diberikan bantuan dalam melakukan komunikasi dengan menggunakan media yang tepat supaya anak autistik dan orang yang diajak bicara dapat mengerti maksud dari pesan yang akan disampaikan dan terjalin komunikasi dengan baik. Bentuk komunikasi non verbal dapat digunakan untuk menyampaikan informasi dengan alat bantu atau media sebagai penunjangnya. Anak akan mendapatkan beberapa keuntungan apabila dapat berkomunikasi secara nonverbal untuk mengungkapkan kegiatan sehari-hari di sekolah. Pemahaman komunikasi nonverbal dapat meningkatkan proses interaksi anakautistik dilingkungan baik dengan guru, orang tua, dan orang lain. Interaksi anak autistik menjadi lebih sinkron karena kemampuannya dalam berkomunikasi dan mengungkapkan pendapatnya atau keinginannya kepada orang lain. Hal ini bermanfaat dalam kemandirian anak autistik untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar karena dengan mampu berkomunikasi secara nonverbal orang lain akan memahami apa yang anak inginkan. Pada proses pembelajaran, media memiliki kontribusi dalam meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran. Kehadiran media tidak saja membawa pengajar dalam menyampaikan materi ajarnya sebagai alat bantu penyampaian materi pelajaran, tetapi memberikan nilai tambah kepada kegiatan pembelajaran. Kendala dari segi media visual yang digunakan di sekolah yang berbentuk media kartu bergambar dalam pembelajaran antara lain dikarenakan belum dapat membantu anak dalam 6 berkomunikasi untuk mengungkapkan kegiatan sehari-hari di sekolah. Oleh karena itu, diperlukan media pembelajaran yang dapat menarik minat anak untuk berkomunikasi pada kegiatan sehari-hari di sekolah. Media pembelajaran yang dimaksud yakni media mengenai gambaran tentang kegiatan sehari-hari anakautistik di sekolah yang lebih mudah dipahami dan dapat meningkatkan keaktifan anak dalam menggunakan media tersebut. Guru belum menggunakan media animasi dalam pembelajaran komunikasi nonverbal di sekolah. Komunikasi non verbal dengan kartu bergambar yang digunakan guru di SLB Dharma Rena Ring Putra II Yogyakarta masih sulit dipahami oleh anak autistik karena belum terlalu jelascara penyampaiannya, karena di sekolah tersebut guru hanya memberikan satu lembar kertas HVS yang terdapat macam-macam gambar. Misalkan pada materi mengenal hewan, guru mengenalkan beberapa gambar hewan yang kemudian dijadikan satu pada satu lembar kertas HVS kemudian anak diminta memperhatikan gambar ketika guru menyampaikan materi pelajaran. Hal ini menyulitkan anak autistik untuk memahami gambar yang dibuat oleh guru. Dalam penyampaian informasi mengenai kegiatan sehari-hari dominan digunakan metode ceramah. Hal ini dapat dikarenakan terbatasnya media yang ada di SLB Dharma Rena Ring Putra II Yogyakarta sehingga anak autistik tidak dapat memahami secara jelas kegiatan yang akan dilakukan sesuai materi dan anak hanya mengikuti instruksi guru, pada kenyataannya dalam mengikuti instruksi guru anak juga masih salah atau keliru. 7 Beberapa dari kondisi anak autistik yaitu keterbatasan dalam hal berkomunikasi yang menimbulkan permasalahan dalam pembelajaran. Penggunaan media dalam pembelajaran merupakan bentuk komunikasi guru dan murid, media pembelajaran merupakan alat bantu utama dalam mengajar di dalam kelas atau bisa juga di luar kelas, seperti simbol-simbol dan gambar yang dapat menjelaskan suatu maksud maupun pesan tertentu yang disampaikan hanya dengan simbol maupun gambar. Klasifikasi media pembelajaran salah satunya yaitu mengutamakan kegiatan membaca simbol kata visual dengan teknik penyajiannya melalui bentuk gambar diam dan bahan cetak. Media berbasis visual melalui bentuk gambar diam maupun bentuk-bentuk dapat melatih anak autistik untuk menggunakan bahasa grafis sebagai sarana komunikasi non verbal. Salah satu diantara masalah komunikasi non verbal anak autis yaitu visual learning. Kondisi tersebut dapat dijelaskan dengan beberapa karakteristik anak autis di lapangan yaitu tidak tertarik dengan permainan gambar karena tidak mampu fokus secara baik tetapi lebih suka dengan permainan benda-benda tiga dimensi. Peranan media berbasis visual image atau perumpamaan memegang peran penting dalam proses belajar media visual dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan Azhar Arsyad, 2006:91. Dari kajian para ahli mengenai konstribusi media dalam proses pembelajaran secara global tersebut, media memiliki peranan yang penting sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran, media mempermudah proses penyampaian pesan dan informasi dari pesan dan informasi paling sederhana sampai yang sifatnya tidak dapat dijangkau, media tidak hanya digunakan sebagai alat pembelajaran di sekolah regular, tetapi juga digunakan sebagai pembelajaran di sekolah luar biasa. 8 Manfaat media seharusnya mampu menarik perhatian dan minat anak dalam belajar serta mampu membantu dalam hal pemahaman pada pelajaran yang sedang berlangsung. Dari teori diatas dapat dijelaskan bahwa media tiga dimensi lebih memfokuskan anak autistik dalam bermain maupun belajar. Di lapangan pada faktanya, anak autistik lebih menyukai kertas yang bergambar daripada gambar tiga dimensi yang lebih menyerupai bentuk aslinya. Anak autistik lebih suka terhadap kertas bergambar seperti koran dan gambar-gambar yang menjadi daya tariknya seperti alat transportasi seperti kereta, bus, sepeda, dan mobil. Anak autistik akan mampu memfokuskan diri dengan benda maupun hal-hal yang menarik bagi dirinya untuk dibuat mainan dan menyenangkan. Media pictograph sebagai salah satu alat perantara penyampaian informasi bagi anak autistik dalam melakukan komunikasi terhadap seseorang yang diajak berkomunikasi, sehingga proseskomunikasi ketika pembelajaran mudah dilakukan dan dapat melakukan interaksi terhadap seseorang yang diajak bicara. Media pictograph yaitu kumpulan gambar yang dicetak melalui komputer, dari gambar-gambar tersebut mengandung satu makna kata yang dapat mewakili bermacam-macam benda. Keunggulan media pictograph menurut Soetardjo 2001:5 yaitu gambar-gambar hasil kreasi dengan komputer yang memiliki asosiasi dengan sebuah kata atau frase. Ini setingkat lebih tinggi dari gambar biasa, yang hanya mewakili sebuah atau hanya salah satu anggota dari suatu kelompok. 9 Simbol gambar pictograph mewakili tingkat selanjutnya dalam pengertian abstrak. Media pictograph alat yang secara fisik digunakan sebagai perantara pembelajaran yang berupa tulisan dengan menggambarkan langsung benda atau aktivitas yang dimaksud dengan penyederhanaan, penggambaran abstrak yang dibuat dari elemen dasar dari simbol grafis. Media pictograph termasuk ke dalam jenis media grafis yang dapat disebut dengan simbol gambar pictorial. Media grafis merupakan media visual yang menyajikan fakta, ide dan gagasan melalui kata-kata, kalimat, angka-angka dan berbagai sombol atau gambar. Pengertian media pictograph tersebut yang salah satunya sebagai simbol yang dapat menjelaskan sebuah alur aktivitas dapat dimanfaatkan peneliti sebagai media baru untuk berkomunikasi bagi anak autistik khususnya pada komunikasi non verbal. Simbol-simbol aktivitas akan dibuat lebih sederhana sehingga anak autistik akan lebih mudah memanfaatkan media tersebut sebagai alat komunikasi non verbal. Menurut Zafar 199:4, media pictograph digunakan oleh anak- anak dan orang dewasa yang mengalami gangguan bicara, mengalami gangguan pendengaran, kesulitan belajar dan kesulitan memahami sesuatu. Selain untuk anak-anak dan orang dewasa yang mengalami kesulitan berkomunikasi, gambar pictograph dipakai oleh anak sekolah TK dalam memperkenalkan perbendaharaan kata dan anak SD untuk permulaan membaca. Menurut Lenawati 2009:17 media pictograph dapat digunakan pada anak dengan gangguan autistik dalam meningkatkan kemampuan komunikasinya. Menurut Zafar 199:4 media tersebut diuji cobakan untuk anak-anak dan orang dewasa yang mengalami gangguan bicara, 10 mengalami gangguan pendengaran, kesulitan belajar dan kesulitan memhami sesuatu. Media pictograph belum pernah diuji cobakan dalam proses pembelajaran khususnya sebagai sarana komunikasi anak autistik dan memberikan modifikasi media belajar dalam pembelajaran di sekolah, khususnya di SLB Dharma Rena Ring Putra II Yogyakarta. Di sekolah tersebut, media yang digunakan sebagai sumber belajar masih belum mampu untuk mencukupi dalam kebutuhan sarana pembelajaran, karena dalam menggunakan media sebagai alat bantu belajar guru hanya menggunakan gambar sederhana yang dicetak kemudian ditempel di papan tulis. Pada kasus anak autistik tingkat TKLB, media tersebut kurang menjadi daya tarik dan kurang memiliki arti dalam mengarahkan fokus perhatian anak serta mempengaruhi kondisi belajarnya khususnya pada komunikasi anak autistik. Media pictograph digunakan untuk menunjukkan suatu benda, menunjukkan keadaan atau situasi, menunjukkan keinginan, mengemukakan suatu pilihan, mengemukakan perasaan menceritakan sesuatu, membuat jadwal kegiatanan dan membuat lembar latihan. Media ini dilaksanakan secara berstruktur dan sistematis yang dapat dimanfaatkan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Media pictograph berupa simbol gambar yang lebih kompleks dari sekedar simbol yang hanya terdapat satu unsur gambar, namun di dalam media pictograph terdapat dua unsur komponen atau lebih gambar yang menjelaskan satu sama lain. Gambar pada pictograph mempermudah anak 11 autistik berkomunikasi walaupun secara non-verbal, serta memberikan sebuah arti pada gambar sesuai kesepakatan bersama antara guru dan anak. Unsurkomponen di dalam gambar pictograph sebagai penjelas aktivitas yang dilakukan tentang komponen pada satu aktivitas, sehingga anak mampu memahami kegiatan sekaligus memahami komponen yang harus ada pada suatu kegiatan. Media pictograph sebagai sarana komunikasi non verbal anak autistik akan diujicobakan supaya simbol sederhana tersebut mempermudah dalam memahami konsep aktivitas serta dapat mengenalkan simbol pictograph yang telah ada dan telah diakui standar gambarnya sebagai alat komunikasi yang praktis bagi anak autistik khususnya di SLB Dharma Rena Ring Putra II Yogyakarta. Media gambar yang pada umumnya digunakan bagi anak autistik, biasanya merupakan sebuah gambar secara utuh tanpa adanya detail secara bertahap, untuk itu media pictograph akan dimanfaatkan sebagai media yang lebih sederhana namun lebih jelas akan maksud unsur dari gambar yang dimaksud. Media pictograph yang digunakan dalam penelitian ini akan dimodifikasi dari bahan, cara penyampaian pada anak, dan cara penggunaan media tersebut. Bahan yang akan digunakan yaitu media pictograph yang telah dilaminating sesuai gambar yang akan diberikan sebagai perencanaan program pembelajaran. Cara penyampaian pada anak dengan memberi instruksi “samakan”, “ambil”, “tunjuk” serta melatih bahasa untuk mampu mengimitasi suara atau gerak bibir sesuai pelafalan 12 peneliti. Cara penggunaan media pictograph tersebut dengan menempelkan media pictograph pada papan flanel sesuai aktivitas yang sedang dilakukan. Penggunaan media pictograph tersebut maksimal dalam papan display terdiri dari 5 lima kartu aktivitas ataupun kartu gambar lainnya. Media pictograph yang akan direkatkan pada papan flanel diberikan pada saat akan melakukan aktivitas ataupun menjelaskan tema pembelajaran yang sedang berlangsung. Proses pengoperasian media pictograph yang pertama peneliti menyajikan dengan menyampaikan tujuan materi pembelajaran oleh anak dengan bahasa verbal yang sederhana serta mengenalkan media pictograph. Hal ini berguna sebagai perangsang bagi anak untuk belajar. Setelah diberikan perangsang pembelajaran, peneliti masuk ke dalam materi inti pembelajaran. Peneliti melibatkan anak untuk aktif dalam pengajaran, yakni dengan meminta anak merekatkan media pictograph sesuai materi. Apabila semua aktivitas tersebut telah dilaksanakan, peneliti akan mengulas kembali kegitan yang telah dilakukan sambil mengambil satu persatu kartu tersebut sesuai aktivitas yang paling awal. Media pictograph digunakan untuk memudahkan anakautistik memberikan pembelajaran dengantask analysis untuk suatu tema yang sesuai dengan pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya oleh peneliti. Media pictograph tersebut belum pernah digunakan sebagai sarana komunikasi non verbal anak autistik di SLB Dharma Rena Ring Putra II Yogyakarta dan efektivitas media pictograph sebagai media komunikasi 13 non verbal bagi anak autistik di SLB Dharma Rena Ring Putra II Yogyakarta belum teruji. Oleh karena itu penelitian berjudul efektivitas penggunaan pictograph sebagai media komunikasi non verbal bagi anak autistik di SLB Dharma Rena Ring Putra II Yogyakarta penting untuk dilakukan.

B. Identifikasi masalah

1. Anak autistik dalam komunikasi verbal tidak jelas hanya menggumam dan babbling. Anak melakukan babbling apabila menginginkan sesuatu. 2. Anak autistik belum mampu mengungkapkan keinginan hanya sebatas menarik tangan orang lain untuk melakukan komunikasi. 3. Anak autistik menarik diri dari lingkungan yang ramai dan terhadap seseorang yang tidak dikenal. 4. Anak belum mampu mandiri melakukan aktivitas sehari-hari berpakaian, memakai sepatu, mandi sendiri. 5. Kemampuan komunikasi anak autistik belum maksimal. Penggunaan bahasa verbal cenderung dilakukan melalui perintah tanpa disertai penggunaan bahasa nonverbal yang tidak mengerti maknanya. 6. Media yang digunakan dalam pembelajaran kurang bervariasi kumpulan gambar dalam satu kertas. 7. Anak autistik pasif dan kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran bina diri karena iklim pembelajaran kurang menyenangkan. 14 8. Belum digunakannya media pictograph dalam pembelajaran di sekolah regular maupun di sekolah luar biasa, terutama di SLB Dharma Rena Ring Putra II Yogyakarta.

C. Batasan masalah

Permasalahan komunikasi bagi anak autistik sangat kompleks, oleh karena itu penelitian ini dibatasi dan difokuskan pada efektivitas penggunaan pictograph sebagai media komunikasi non verbal anak autistik di SLB Dharma Rena Ring Putra II Yogyakarta. Materi dibatasi pada pemahaman konsep aktivitas menolong diri sendiri yaitu kegiatan mencuci tangan, memakai sepatu dan memakai baju.

D. Rumusan masalah

Rumusan masalah yang akan dijawab dalam penelitian ini berdasarkan batasan masalah tersebut yaitu: Apakah penggunaan pictograph efektif digunakan sebagai media komunikasi non verbal bagi anak autistik di SLB Dharma Rena Ring Putra II Yogyakarta?

E. Tujuan penelitian

Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian untuk mengetahui efektivitas penggunaan pictograph sebagai media komunikasi non verbal yang efektif bagi anak autistik di SLB Dharma Rena Ring Putra II Yogyakarta. 15

F. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis. Manfaat yang diharapkan penulis antara lain sebagai berikut: 1. Manfaat praktis a. Bagi siswa : Mempermudah anak melakukan komunikasi dengan media pictograph. b. Bagi guru : Guru dapat memberikan pengalaman belajar sesuai dengan kesepakatan bersama dengan anak autistik dengan menggunakan media pictograph. c. Bagi kepala sekolah : Sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam pelaksanaan kurikulum di sekolah dengan menggunakan media pictograph dalam setiap pembelajaran. 2. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini akan menambah khasanah ilmu pengetahunan bidang pendidikan anak berkebutuhan khusus, khususnya dalam penggunaan pictograph sebagai media komunikasi anak autistik.

G. Definisi operasional

1. Media pictograph yaitu alat perantara pembelajaran yang secara fisik digunakan sebagai perantara pembelajaran yang berupa tulisan dengan 16 menggambarkan langsung benda atau aktivitas yang dimaksud dengan penyederhanaan, penggambaran lebih nyata yang dibuat dari elemen dasar dari simbol grafis. Media pictograph sebagai alat bantu bagi anak autistik dalam memperkenalkan aktivitas supaya anak mampu melakukan komunikasi dengan maksud yang disampaikan oleh peneliti dan untuk melatih verbal anak. 2. Komunikasi non verbal anak autistik adalah sebuah rangkaian proses penyampaian infromasi atau pesan kepada pihak lain dengan penggunaan media penggambaran yang hanya terbaca oleh indera penglihatan. Komunikasi visual mengkombinasikan seni, lambang, tipografi, gambar, desain grafis, ilustrasi, dan warna dalam penyampaiannya. Penyampaian pesan dapat dilakukan dengan menunjuk gambar, symbol, benda, dan lambang nonverbal yang bersifat publik.. Komunikasi dengan penggunaan ekspresi mimik muka, sikap tubuh, dan gerak tubuh, serta respon anak terhadap komunikasi non verbal dari orang lain. Anak mampu menunjuk kegiatan tersebut anak dilatih dengan permintaan dari guru “jika kamu ingin mencuci tangan, tunjukkan gambar yang mana”. 3. Anak autistik yaitu seseorang anak yang mengalami gangguan perkembangan kompleks pada fungsi otak yang disertai dengan defisit intelektual dan perilaku dalam rentang dan keparahan yang luas. Gangguan perkembangan yang dialami selama masih bayi dan awal masa kanak-kanak terutama sejak usia 18 sampai 30 bulan, dengan

Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL GURU DALAM MENGAJAR ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SLB-C1 DHARMA RENA RING PUTRA I YOGYAKARTA.

0 4 15

IMPLEMENTASI KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL GURU DALAM MENGAJAR ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI IMPLEMENTASI KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL GURU DALAM MENGAJAR ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SLB-C1 DHARMA RENA RING PUTRA I YOGYAKARTA.

0 2 13

PENDAHULUAN IMPLEMENTASI KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL GURU DALAM MENGAJAR ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SLB-C1 DHARMA RENA RING PUTRA I YOGYAKARTA.

0 4 38

PENUTUP IMPLEMENTASI KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL GURU DALAM MENGAJAR ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SLB-C1 DHARMA RENA RING PUTRA I YOGYAKARTA.

0 4 61

Pemanfaatan program geogebra dalam membantu kesulitan siswa kelas III di SLB Dharma Rena Ring Putra II Yogyakarta dalam memahami bentuk-bentuk bangun datar : studi kasus siswa tunagrahita ringan.

0 1 191

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MEMASAK BAGI ANAK TUNAGRAHITA MAMPU DIDIK DI SLB-C DHARMA RENA RING PUTRA II YOGYAKARTA.

5 15 134

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA BABA BAGI SISWA TUNAGRAHITA RINGAN KELAS D II SEKOLAH LUAR BIASA DHARMA RENA RING PUTRA 2 YOGYAKARTA.

0 4 194

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA BUKU POP-UP PADA ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI RINGAN KELAS IV DI SLB DHARMA RENA RING PUTRA 1 YOGYAKARTA.

1 6 161

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA ABAKUS UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA BAGI ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI SEDANG KELAS IV DI SLB C1 DHARMA RENA RING PUTRA 1.

0 0 208

Pemanfaatan program geogebra dalam membantu kesulitan siswa kelas III di SLB Dharma Rena Ring Putra II Yogyakarta dalam memahami bentuk-bentuk bangun datar : studi kasus siswa tunagrahita ringan - USD Repository

0 1 189