Deskripsi Hasil Analisis Data

140 d. Jejak Data Menetukan kecenderungan jejak data, sama dengan kecenderungan arah, oleh karena itu masukkan hasil yang sama seperti kecenderungan arah. e. Level stabilitas dan rentang Level stabilitas dan rentang dapat diketahui melalui perhitungan yang telah dilakukan di atas, pada fase baseline 1 A1 yang menunjukkan datanya stabil dengan rentang antara 50 - 62,5. Fase intervensi B datanya stabil dengan rentang datanya antara 65 - 82,5. Dan pada fase baseline 2 A2 rentang datanya berkisar 90 - 97,5 yang berarti datanya juga stabil. f. Perubahan level Menentukan level perubahan dengan cara menandai pertama dan terakhir disetiap fase. Selanjutnya hitung selisih antara kedua data tersebut kemudian tentukan arahnya menaik atau menurun dan berikan tanda + jika membaik dan - bila menurun serta = jika tidak ada perubahan. Pada baseline 1 A1 level perubahan dengan 62,5 - 50 = +12, pada tahap intervensi level perubahan dengan 82,5 - 65 = +17,5, pada tahap baseline 2 A2 level perubahan dengan 97,5 - 90 = +7,5 Tabel 13. Hasil data analisis visual dalam kondisi dapat disimpulkan dan direkapitulasi sebagai berikut: Kon Panj kon Estim kecende ara Kecende stabi Data Level st dan re Level pe 3. Deskripsi Kompo variabel, kecenderu a. Jumlah Jum yang d adalah b. Peruba Per menga 141 Tabel 16. Data Analisis Visual Dalam Kon ondisi A1 B njang ondisi 12 17,5 timasi derungan arah derungan bilitas Stabil 4 Stabil 5 ta jejak stabilitas rentang 50 - 62,5 65 - 82,5 perubahan 62,5 - 50 +12 82,5 - 65 +17,5 si Analisis Antar Kondisi ponen-komponen analisis antar kondisi m , perubahan kecenderungan arah dan efek rungan stabilitas, perubahan level dan presenta lah variabel yang diubah umlah variabel yang diubah yaitu menentukan diubah yaitu dari kondisi baseline 1 A1 k ah 1. bahan kecenderungan arah dan efeknya erubahan kecenderungan arah dan efekny gambil data analisis antar kondisi di atas. D ondisi A2 7,5 Stabil 5,85 90 - 97,5 97,5 - 90 +7,5 meliputi: jumlah eknya, perubahan tase overlap. an jumlah variabel ke intervensi B nya yaitu dengan Dengan demikian data a table b Tabe Pe K ke arah c. Peruba Per fase in baslein d. Peruba Me data po data p kemud +2,5 terakhi B 65 diperol A m interve 32,5 142 analisis antar kondisi di atas dapat dimaksu berikut: bel 17. Perubahan Kecenderungan Arah dan Perbandingan Kondisi BA-1 A- Perubahan kecenderungan rah dan efeknya + + + bahan kecenderungan stabilitas erubahan kecenderungan stabilitas pada fase intervensi adalah stabil ke stabil, pada fase in eine 2 adalah stabil ke stabil. bahan level enentukan level perubahan yaitu dengan ca poin sesi terakhir pada kondisi baseline 1 A poin sesi pertama pada kondisi intervensi udian hitung selisih antara keduanya 62,5 - dan data poin sesi pertama pada kondisi bas hir 97,5 dan data poin sesi pertama pada ko 65, selanjutnya hitung selisih antara keduanya roleh +32,5. Dapat dilihat level perubahan mengalami peningkatan sebesar 2,5, be vensi ke baseline 2A2 mengalami penin . Peningkatan yang didapat ini menunjukkan sudkan ke dalam an Efeknya -2B + ase baseline 1 ke intervensi ke fase cara menentukan yaitu 62,5 dan i B yakni 65 - 65 diperoleh aseline 2 A2 sesi kondisi intervensi ya 97,5 - 65 n dari baseline 1 begitu pula dari ningkatan sebesar an bahwa kondisi 143 dari baseline 1 A1 ke baseline 2 A2 membaik yang berarti bahwa intervensi yang dilakukan memberikan pengaruh terhadap kemampuan membaca permulaan pada anak autistik tipe ringan yang diikuti dengan faktor lain yang mempengaruhi diri anak dalam berkomunikasi non verbal. e. Data overlap Data overlap adalah kesamaan kondisi antara baseline 1 A1 dengan intervensi B dengan baseline 2 A2. Jika data pada suatu kondisi baseline lebih dari 90 yang tumpang tindih pada kondisi intervensi, hal ini menimbulkan isyarat bahwa pengaruh intervensi terhadap perubahan kemampuan berkomunikasi non verbal tidak dapat diyakini. Menentukan overlap data pada kondisi baseline 1 dengan intervensi dengan cara: a Melihat batas bawah dan batas atas kondisi baseline 1 A1. b Menghitung berapa banyak data poin pada kondisi intervensi B yang berada pada rentang baseline 1 A1. c Banyaknya data poin yang diperoleh dibagi banyaknya data poin dalam kondisi intervensi B kemudian dikalikan 100. Juang Sunanto, 2005:83-84 Cara untuk melihat apakah data overlap kondisi baseline 1 A1 ke intervensi B dapat dilihat dari skor yang diperoleh saat intervensi dan fase baseline 1 A1 dengan melihat batas atas dan batas bawah dari fase baseline 1 A1. Batas atas dan batas bawah dan fase baseline 1 A1 adalah 24 dan 20, sedangkan skor yang diperoleh pada saat intervensi 144 subjek memperoleh skor antara 90 – 97,5, sehingga tidak terdapat data yang overlap atau dapat dikatakan 0. Untuk data overlap pada saat intervensi ke fase baseline 2 dilakukan hal yang sama untuk mengetahui data yang overlap yaitu dengan melihat batas atas dan batas bawah pada fase intervensi yaitu dengan batas atas 33 dan batas bawah 26. Skor yang diperoleh saat intervensi antara 65 - 82,5, sehingga tidak terdapat data yang masuk pada batas atas, untuk batas bawah skor subjek tidak terdapat 29, sehingga dapat dikatakan bahwa tidak terdapat data yang masuk pada batas bawah dan dapat dikatakan data tidak overlap. Hal ini menunjukkan bahwa semakin kecil presentase overlap maka baik, pengaruh intervensi terhadap target behavior Juang Sunanta, 2005:84. Data overlap dapat dilihat dalam table berikut: Tabel 18. Data Presentase Overlap Perbandingan kondisi BA1 A2B Presentase Overlap 6 : 3 X 100 0,33 6 : 3 X 100 0,33 Dibawah ini adala Tabel 19. Dat Kondisi yang dibandingka Jumlah variabel diubah Perubahan arah efeknya Perubahan kecenderunga stabilitas Perubahan lev Presentase over

E. Uji Hipotesis

Uji hipote sebagai med TKLB di SL akan dibuktik tingkat overla 145 alah rangkuman hasil perhitungan analisis antar ata Rangkuman Analisis Visual Antar Kond ang kan BA1 A2 el yang 1 ah dan + + Positif + Po n gan Stabil ke stabil Stabil k level 65 - 82,5 17, 90 – 7, erlap 6 : 3 X 100 0,33 6 : 3 X 0, sis otesis pada Bab 2 berbunyi efektivitas penggu edia komunikasi non verbal anak autistik ti LB Dharma Rena Ring Putra II Yogyakarta. tikan melalui grafik hasil baseline 1, intervensi rlap sebagai berikut: tar kondisi: ndisi A2B 1 + Positif il ke stabil – 97,5 7,5 X 100 0,33 gunaan pictograph tipe ringan kelas a. Uji hipotesis ini nsi, baseline 2 dan 146 Skor Keterampilan Komunikasi Non Verbal Baseline 1 Intervensi Baseline 2 Keterangan: : skor hasil tes : garis batas tiap sesi Gambar 8. Grafik Perkembangan Kemampuan Komunikasi Non Verbal dariSetiap Fase Data presentase overlap dihitung dengan cara sebagai berikut: Tebel 20. Data Presentase Overlap Perbandingan kondisi BA1 A2B Presentase overlap 6 : 3 X 100 0,33 6 : 3 X 100 0,33 Dengan memperhatikan arah grafik dan presentase overlap dengan hasil 0,33 pada fase intervensi ke baseline 1 dan pada baseline 2 dan intervensi dengan hasil 0,33. Menurut Juang Sunanta 2005:84, semakin kecil atau mencapai 0 presentase overlap semakin baik pengaruh intervensi terhadap target behavior, maka terbukti bahwa penggunaan pictographs ebagaimedia 10 20 30 40 50 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 S k o r K et ra m p il an K o m u n ik as i N o n V er b al 147 komunikasi non verbal anak autistik tipe ringan kelas TKLB di SLB Dharma Rena Ring Putra II Yogyakarta lebih efektif..

E. Pembahasan

Subjek dalam penelitian ini adalah anak autistik tipe ringan berumur 9 sembilan tahun mengalami gangguan perkembangan yaitu kesulitan berkomunikasi. Karakteristik komunikasi non verbal pada subjek berupa perilaku-perilaku yang berupa sentuhan yang disebut dengan istilah tauching behavior . Sentuhan tersebut ditandai dengan menarik tangan orang disekitar untuk mengungkapkan sesuatu maupun meminta sesuatu. Ketika meminta sesuatu benda subjek menarik-narik tangan dan tidak berusaha menunjuk tetapi hanya merengek dan menggumam. Menurut Yuniar 2002 dalam Pamuji 2007:11 karakterisitik anak autistik dalam komunikasi baik verbal maupun non verbal sebagai berikut: Gangguan pada anakautistik dalam berkomunikasi diantaranya mampu melakukan komunikasi secara baik namun terkadang tidak ada maknanya hanya membeo maupun babbling yaitu mengulang kata yang tidak bermakna. Lebih banyak anak autistik mengalami gangguan komunikasi verbalnya yang biasanya diam maupun menggumam. Hasil observasi yang dilakukan menunjukkan subjek mengalami kesulitan dalam berkomunikasi verbal dan ketidakmampuannya dalam menyampaikan sesuatu yang diinginkan. Melatih fungsi bahasa yang pertama yaitu dengan keterampilan bahasa reseptif. Bahasa reseptif ditunjukkan dengan perilaku non verbal atau 148 perbuatan yang berdasarkan instruksi bahasa verbal maupun menggunakan alat bantu sebagai media komunikasi. Media memiliki peranan penting pada proses pembelajaran, fungsi media diantaranya meningkatkan perhatian anak. Kasus anak autistik yang memiliki pola bermain yang tidak wajar terhadap kertas koran, dimanfaatkan sebagai langkah pembelajaran menggunkan media kartu gambar. Media yang digunakan dalam penelitian yaitu media pictograph. Media pictograph mengandung satu makna kata yang mewakili bermacam-macam benda. Fungsi media tersebut diantaranya untuk menunjukkan suatu benda, menunjukkan keadaan atau situasi, menunjukkan keinginan, mengemukakan suatu pilihan. Media yang digunakan oleh guru diantaranya adalah konstruksi balok dan kertas HVS yang di dalamnya terdapat bermacam-macam gambar. Hasil observasi, ada keanehan terhadap cara bermain yang tidak wajar dan monoton. Keanehan cara bermain yaitu selalu melipat-lipat koran, membuka lipatan kembali secara berulang-ulang. Pembelajaran menggunakan media pictograph digunakan karena media pictograph tersebutlebih simple, tidak terlalu umum gambar-gambarnya, sehingga subjek tidak bingung apabila dihadapkan oleh benda aslinya yang bisa jadi warna dan gambar sangat bervariasi. Tujuannya bukan pengenalan benda tetapi pemahaman terhadap benda dan fungsinya. Media ini sudah diakui sebagai gambar lambang yang lebih mudah diartikan dalam penggunaannya. Setiap lambang gambar sangat detail komponennya, sehingga mudah dipahami artinya.

Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL GURU DALAM MENGAJAR ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SLB-C1 DHARMA RENA RING PUTRA I YOGYAKARTA.

0 4 15

IMPLEMENTASI KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL GURU DALAM MENGAJAR ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI IMPLEMENTASI KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL GURU DALAM MENGAJAR ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SLB-C1 DHARMA RENA RING PUTRA I YOGYAKARTA.

0 2 13

PENDAHULUAN IMPLEMENTASI KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL GURU DALAM MENGAJAR ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SLB-C1 DHARMA RENA RING PUTRA I YOGYAKARTA.

0 4 38

PENUTUP IMPLEMENTASI KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL GURU DALAM MENGAJAR ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SLB-C1 DHARMA RENA RING PUTRA I YOGYAKARTA.

0 4 61

Pemanfaatan program geogebra dalam membantu kesulitan siswa kelas III di SLB Dharma Rena Ring Putra II Yogyakarta dalam memahami bentuk-bentuk bangun datar : studi kasus siswa tunagrahita ringan.

0 1 191

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MEMASAK BAGI ANAK TUNAGRAHITA MAMPU DIDIK DI SLB-C DHARMA RENA RING PUTRA II YOGYAKARTA.

5 15 134

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA BABA BAGI SISWA TUNAGRAHITA RINGAN KELAS D II SEKOLAH LUAR BIASA DHARMA RENA RING PUTRA 2 YOGYAKARTA.

0 4 194

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA BUKU POP-UP PADA ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI RINGAN KELAS IV DI SLB DHARMA RENA RING PUTRA 1 YOGYAKARTA.

1 6 161

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA ABAKUS UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA BAGI ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI SEDANG KELAS IV DI SLB C1 DHARMA RENA RING PUTRA 1.

0 0 208

Pemanfaatan program geogebra dalam membantu kesulitan siswa kelas III di SLB Dharma Rena Ring Putra II Yogyakarta dalam memahami bentuk-bentuk bangun datar : studi kasus siswa tunagrahita ringan - USD Repository

0 1 189