69
gambar yang disediakan didalam media pictograph. Guru menjelaskan alur yang terdapat didalam media pictograph yang dimulai dari mengambil media
pictograph , kemudian mengenalkan unsur gambar yang terdapat dalam satu
kegiatan. d Anak diminta untuk merespon permintaan guru tentang kegiatan yang dilakukan secara nonverbal dengan penggunaan bahasa objek
menunjuk gambar yang tedapat didalam media. Media pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan dan menyukseskan
setiap proses pendidikan yang dilakukan, untuk itu guru bagi anak autistik harus dapat memilih media yang sesuai dengan materi yang diberikan, supaya
tujuan pendidikan dapat dicapai. Salah satu alternatif untuk melatih komunikasi nonverbal anak autistik yakni dengan menggunakan media
pictograph. Dengan menggunakan media pictograph ini maka diharapkan
dapat meningkatkan komunikasi nonverbal yang dimiliki oleh anak autistik yang pada komunikasi verbalnya terhambat atau tidak bisa, sehingga lebih
mudah dalam menyampaikan keinginan dan melakukan kegiatan sehari-hari. Media pictograph diharapan dapat membantu dalam menyampaikan
informasi kepada anak, lebih variatif dan media pictograph dapat dimanfaatkan sebagai media yang efektif bagi anak autistik sebagai sarana
komunikasi non verbal.
70
Alur kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 4.Bagan Kerangka Pikir Efektivitas Penggunaan Pictograph.
F. Hipotesis penelitian
Berdasarkan dari kerangka pikir maka hipotesis tindakan dapat dirumuskan sebagai berikut:
Penggunaan pictograph efektif sebagai media komunikasi non verbal bagi anak autistik di SLB Dharma Rena Ring Putra II Yogyakarta.
Anak
autistik
Kelebihan penggunaan pictograph
terkait dengan komunikasi non verbal :
Dapat membantu
anak
mengenalkan konsep aktivitas, memahami,
menunjukkan dan melakukan aktivitas secara
mandiri. Keterbatasan anak
autistik
dalam berkomunikasi non verbal:
1. Belum menggunakan
komunikasi non-verbal dalam menginginkan
sesuatu. 2.
Menarik tangan orang lain tanpa menunjukkan
Penggunaan penggunaan pictograph
memberi pengaruh terhadap
kemampuan komunikasi non verbal
anakautistik
kelas TKLB di SLB Dharma Rena Ring Putra II
Yogyakarta.
Kemampuan komunikasi non verbal
anak autistik lebih baik kelas
TKLB di SLB Dharma Rena Ring
Putra II Yogyakarta. Efektivitaspenggunaan
pictograph terhadap
kemampuan komunikasi non verbal anak
autistik
kelas TKLB di SLB Dharma Rena Ring Putra
II Yogyakarta.
71
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian.
Jenis penelitian ini adalah eksperimen. Menurut Arikunto 2003:3, eksperimen selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat dari
suatu perlakuan. Dengan kata lain masalah yang diteliti yaitu dengan cara membandingkan hasil pengukuran sebelum dan sesudah perlakuan
diberikan Panggabean, 1996:31. Juang Sunanto 2005:54 menjelaskan bahwa kondisi eksperimen
adalah kondisi di mana suatu intervensi telah diberikan dan target behavior
diukur di bawah kondisi tersebut. Pada penelitian dengan subyek tunggal selalu dilakukan perbandingan antara fase baseline dengan
sekurang-kurangnya satu fase intervensi. Desain penelitan ini menggunakan desain penelitian subjek tunggal
atau Single Subject Research SSR. Menurut Sumanto 1995:135 Single Subject Research
SSR adalah desain yang dipakai apabila ukuran sample adalah satu.
Desain penelitian ini menggunakan desain A-B-A. Desain A-B-A ini menurut Juang Sunanto 2006 : 44 yaitu:
Perilaku sasaran target behavior diukur secara bersambung pada kondisi baseline A1 dengan periode waktu tertentu
kemudian pada kondisi intervensi B. Setelah pengukuran pada kondisi intervensi B pengukuran pada kondisi baseline kedua
A2 diberikan. Penambahan kondisi baseline yang kedua A2 ini dimaksudkan sebagai control untuk kondisi intervensi sehingga
keyakinan untuk menarik kesimpulan adanya hubungan fungional antara variabel bebas dan variabel terikat lebih kuat.
72
Desain A-B-A merupakan penelitian yang pengolahan datanya dipergunakan untuk menyelidiki perilaku, dalam hal ini efektivitas
penggunaan pictograph sebagai media komunikasi non verbal anak autistik tipe ringan. Desain A-B-A mempunyai 3 tiga tahap yaitu: A-1
Baseline 1, B Intervensi, A-2 Baseline 2 yang bertujuan untuk mempelajari besarnya pengaruh dari suatu perlakuan yang diberikan
kepada individu. Desain ini mengacu dalam model yang dikembangkan oleh Juang
Sunanto 2006 : 45 yaitu dengan satu perlakuan yang digambarkan sebagai berikut:
Baseline A1
Intervensi B
Baseline A2
Sumber: Juang Sunanto, 2006 : 45 Gambar 5. Prosedur Dasar Desain A-B-A
Keterangan gambar 1: Baseline
A1 : periode melakukan pengukuran kondisi subjek tanpa
perlakuan atau intervensi. Intervensi
B : periode diberikannya perlakuan atau intervensi dan
disertai dengan kegiatan pengukuran terhadap perilaku atau kondisi subjek.
P er
il ak
u S
as ar
an
73
Baseline A2
: periode dilakukannya pengukuran perilaku atau keadaan subjek penelitian tanpa disertai dengan
pemberian perlakuan seperti pada periode A. periode ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan
kondisi subjek saat diberi perlakuan atau intervensi dan setelah diberikan perlakuan.
Dari keterangan di atas dapat dijelaskan bahwa Baseline adalah kondisi dimana pengukuran target behavior dilakukan pada keadaan natural
sebelum diberikan intervensi apapun. Kondisi eksperimen adalah kondisi dimana suatu intervensi telah diberikan dan target behavior diukur di
bawah kondisi tersebut. Penelitian dengan desain A-B-A perlu diperhatikan hal-hal tertentu
agar terwujud validitas penelitian yang baik. Hal-hal yang harus diperhatikan menurut Juang Sunanto, dkk 2006 : 45:
1. Mendefinisikan perilaku sasaran target behavior dalam
perilaku yang dapat diamati dan diukur secara akurat. 2.
Mengukur dan mengumpulkan data pada kondisi baseline A1 secara bersambung sekurang-kurangnya 3 atau 5 atau sampai
kecenderungan arah dan level data menjadi stabil. 3.
Memberikan intervensi setelah kecenderungan data pada kondisi baseline stabil.
4. Mengukur dan mengumpulkan data pada kondisi intervensi B
dengan periode waktu tertentu sampai data menjadi stabil. 5.
Setelah kecenderungan arah dan level data pada kondisi intervensi B stabil mengulang kondisi baseline A2.
Dari kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa dengan desain A-B-A perlu adanya perubahan kecenderungan yang stabil namun tidak terlalu
signifikan. Perubahan perilaku bersifat relatif permanen. Karena pada