Kajian Tentang Komunikasi Non Verbal
48
mata, tubuh, sentuhan, suara, ruang, waktu, daya tarik fisik, pakaian, dan lingkungan Muhammad Budyatna dan Leila Mona G, 2011:111.
Pendapat ahli di atas dapat dijelaskan bahwa komunikasi tidak perlu berucap maupun bersuara, namun dengan isyarat gerak tubuh serta
ekspresi wajah bisa dijadikan suatu bentuk komunikasi. Komunikasi non verbal sebagai bentuk dukungan dari komunikasi verbal seseorang dalam
menegaskan suatu pesan. Bagi anak-anak yang belum mampu dan tidak mampu menyampaikan pesan dengan verbal, isyarat tubuh sebagai bentuk
komunikasi utama untuk menyampaikan suatu pesan atau informasi. Pada dasarnya, komunikasi yaitu adanya interaksi antara komunikator yang
menyampaikan pesan kepada komunikan sehingga terjadi hubungan timbal balik antara penyampai pesan terhadap penerima pesan.
2. Bentuk-bentuk komunikasi non verbal
Menurut Jurgen
Ruesch Deddy
Mulyana,2007:352 mengklasifikasikan isyarat non-verbal menjadi tiga bagian:
“pertama, bahasa tanda “sign language”- acungan jempol untuk numpang mobil secara grafis, bahasa isyarat tunarungu; kedua,
bahasa tindakan action language- semua gerakan tubuh yang tidak digunakan secara eksklusif untuk memberikan sinyal,
misalnya berjalan, dan ketiga, bahasa objek object language- pertunjukan benda, pakaian, dan lambang non verbal bersifat
publik lainnya seperti ukuran ruangan, bendera, gambar lukisan, music misalnya marching band, dan sebagainya, baik secara
sengaja maupun tidak.”
Pendapat di atas merupakan klasifikasi suatu bahasa non verbal yang sering dilakukan oleh manusia, misalnya seperti saat mengacungkan
jempol untuk mengungkapkan kata bagus atau baik kepada seorang yang
49
melakukan perbuatan yang baik, misalnya ketika seseorang melakukan pementasan yang bagus maka mereka akan mendapat acungan jempol dari
rekannya. Klasifikasi perilaku non verbal yang lebih sederhana diugkapkan oleh
Purwaka Hadi 2007:97 sebagai berikut: a.
Body motion kinesics behavior b.
Physical characteristic karakteristik fisik c.
Touching behavior, yaitu perilaku-perilaku dalam kontak dengan orang
d. Paralanguage, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan
lisanbahasasuara e.
Proxemix, menggunakan jarak atau kedekatan tubuh f.
Artifac, penggunaan lipstik, parfum, kacamata, wig g.
Environmental factors, penggunaan perabotan, dekorasi, interior, lampu-lampu, harum-haruman kamar, warna, temperature, musik,
suara.
Perilaku dan komunikasi non verbal tersebut dapat di bagi menjadi beberapa kategori antara lain body motion kinesic behavior yaitu
merupakan suatu perilaku non verbal gerak isyarat yang ditandai dengan adanya gerakan-gerakan tubuh misalnya gerakan isyarat kepala, tangan,
maupun ekspresi wajah. Gerakan isyarat menggeleng-gelengkan kepala memberikan pesan menolak atau heran. Gerakan isyarat tangan melambai
member pesan “jangan” atau melambai pertanda perpisahan. Gerakan isyarat wajah dapat menunjukkan ekspresi disaat seseorang sedang marah
dengan pipi yang memerah, sedang sedih dengan raut wajah yang murung dan lain-lainnya.
Perilaku non verbal karakteristik fisik physical characteristic berupa karakteristik khas yang terdapat pada tubuh seseorang, misalnya bau badan
50
atau bau parfum seseorang, bau mulut, tinggi seseorang, dan lainnya. Karakteristik ini meliputi tanda-tanda fisik pada seseorang yang dapat
dilihat dan diperkirakan melalui panca indera manusia. Sedangkan touching behavior
merupakan perilaku-perilaku non verbal yang dalam melakukan kontak dengan orang lain, misalnya usapan atau belaian pada
rambut pertanda kasih sayang, dan bisa jadi pertanda memukul atau memegang.
Paralanguage perilaku non verbal yang berhubungan dengan
lisanbahasasuara. Paralanguage di sini dimaksudkan pada kualitas bahasa seseorang, misalnya tekanan suara, ritme, tempo, artikulasi dan
karakteristik vokalnya. Setiap orang memiliki karakteristik vokal yang berbeda-beda antara satu orang dengan orang lainnya, sehingga dapat
dijadikan simbol terutama untuk anak tunanetra dalam mengenali seseorang dengan keterbatasan indera penglihatan dalam mengenal
karakteristik suaranya. Proxemix
merupakan perilaku non verbal dengan menggunakan jarak atau kedekatan tubuh, misalnya jarak antara perempuan dan laki-laki.
Artifac merupakan perilaku non verbal yang ditandai dengan penggunaan
asesoris di dalam tubuh, misalnya menggunakan lipstick, wig atau kacamata yang menjadi ciri-ciri seseorang. Sedangkan perilaku non verbal
Eviromental factors melalui penggunaan perabotan, dekorasi, interior,
lampu-lampu, warna dan lain-lainnya, misalnya saat seseorang memegang
51
sapu, maka dapat diprediksi bahwa seseorang tersebut akan menyapu atau bersih-bersih.
Dari klasifikasi di atas peneliti memfokuskan penelitian ini pada Eviromental factors,
karena pada kasus anak autistik kelas TKLB di SLB Dharma Rena Ring Putra II Yogyakarta anak belum mampu mengutarakan
keinginannya seperti menunjukkan benda yang diinginkan dan belum mampu mandiri melakukan aktivitas menolong diri sendiri. Penelitian ini
lebih memfokuskan pada satu aspek saja karena dari beberapa klasifikasi di atas anak sudah mampu memahami isyarat gerak tubuh, mengenal
orang-orang disekitar, memahami perilaku orang lain yang dilakukan terhadap anak baik dalam gerakan maupun lisan serta mampu
mengidentifikasi benda-benda sekitar beserta fungsinya. Menurut Agus Hardjana 2003:26 komunikasi non verbal dapat
berfungsi untuk: a.
Menekankan komunikasi non verbal b.
Membesar-besarkan komunikasi non verbal c.
Melawan komunikasi verbal d.
Meniadakan komunikasi non verbal 3.
Melatih fungsi bahasa dan berkomunikasi. Menurut Setiati Widihastuti 2007:25 untuk melatih fungsi bahasa,
dapat dimulai dengan: a.
Keterampilan bahasa reseptif memahami kata-kata yang diucapkan orang lain. Diawali dengan memperlihatkan benda-benda kongkret
52
atau gambar benda, huruf, angka, warna, orang, emosi, gerakan, dan sebagainya, yang dikomunikasikan dalam bentuk informasi, perintah
dan larangan. b.
Mengerti maknanya, memahami informasi yang disampaikan dan melaksanakan perintah atau larangan. Apabila anak mulai mengerti,
dapat ditingkatkan denga kalimat-kalimat pendek yang sederhana. c.
Meningkatkan pada keterampilan bahasa ekspresif. Diperlukan stimulasi dari orang lain bagi anak autistik dalam proses komunikasi.
Dapat diawali
dengan melabel
sesuatu, misalnya:
dengan menunjukkan gambar benda, gambar orang ataupun benda
kongkretnya. Dari pendapat ahli tersebut dapat ditegaskan bahwa untuk melatih
fungsi bahasa yang pertama yaitu dengan keterampilan bahasa reseptif.Keterampilan bahasa reseptif tersebut dapat dijelaskan bahawa
bahasa reseptif bukan sebagai bahasa verbal tetapi dengan ditunjukkan dengan perilaku non verbal atau perbuatan yang berdasarkan dari instruksi
bahasa verbal. Instruksi yang digunakan selain bahasa verbal juga bisa menggunakan alat bantu sebagai media untuk mengkomunikasikan makna
dari instruksi verbal tersebut. Beberapa anak autistik yang masih keterbatasan dalam pemahaman dan berkomunikasi verbal dapat
menggunakan media gambar sebagai alat bantu komunikasinya. Media gambar diperlihatakan oleh anak serta diberikan suatu instruksi perintah
maupun larangan.
53
Indikator pencapaian komunikasi non verbal dengan menggunakan media yang telah dirancang oleh guru yaitu dengan memperhatikan aspek
kognitif, afektif dan psikomotor. Aspek kognitif anak mampu memahami instruksi, memahami gambar dengan menunjuk dan menyamakan kartu
gambar benda, dan dapat menerapkan kartu gambar benda fungsinya. Aspek afektif anak mampu menerima materi dengan baik dan anak mampu
menanggapi respon dari guru untuk mengimitasi kartu gambar aktivitas. Aspek psikomotor anak mampu berkomunikasi dengan mengambil kartu
benda sesuai keinginannya dengan benar, anak mampu memberikan persepsi pada benda nyata dengan kartu gambar benda, anak mampu
mandiri melakukan aktivitas dengan kartu gambar aktivitas. 4.
Evaluasi hasil kemampuan komunikasi non verbal. Kegiatan evaluasi dilakukan untuk mengukur tingkat keberhasilan
anak dalam pemahaman materi pelajaran. Supaya mampu mengukur materi pelajaran yang telah diberikan maka penyusunan evaluasi
pembelajaran didasarkan pada kompetensi dasar dan indikator pembelajaran, namun dalam penyusunan evaluasi yang akan diteliti bukan
bersumber pada kompetensi dasar yang diambil dari kurikulum yang ada di sekolah. Kurikulum di sekolah khususnya untuk anak autistik TKLB di
SLB tersebut belum ada, yang artinya belum ada kompetensi dasar yang tertulis di SLB tersebut khususnya pada jenjang TKLB untuk pengukuran
komunikasi non verbal serta dalam materi bina diri khususnya.
54
Di SLB Dharma Rena Ring Putra II tersebut khususnya di kelas TKLB walaupun belum terdapat kompetensi dasar secara tertulis, namun guru
memiliki pedoman dalam keterampilan komunikasi non verbal dalam aktivitas bina diri berdasarkan panduan Yayasan Autisma Indonesia
mengenai aktivitas bina diri. Kemampuan bina diri berdasarkan pedoman kurikulum awal panduan dari Yayasan Autisma Indonesia 1998:17 yaitu:
1. Minum dari gelas
2. Makan dengan menggunakan sendok dan garpu
3. Melepas sepatu
4. Melepas kaos kaki
5. Melepas celana
6. Melepas baju
7. Menggunakan serbettissue
8. Toilet-traning untuk buang air kecil
Selain menggunakan pedoman dari Yayasan Autisma Indonesia, guru menggunakan pedoman dari Setiati Widihastuti 2007:VIII, volunteer
pada Sekolah khusus Autistik Fajar Nugraha dalam pembelajaran aktivitas pengembangan diri, diataranya adalah:
1. Belajar mencuci tangan
2. Belajar makan dengan tangan
3. Belajar minum dengan cangkir
4. Belajar makan dengan sendok
5. Belajar mandi
6. Belajar menggosok gigi
7. Belajar memakai baju kaos
8. Belajar memakai celana
9. Belajar menyisir rambut
10. Belajar memakai sepatu
Dari beberapa aktivitas pengembangan diri yang akan digunakan peneliti untuk melatih keterampilan komunikasi non verbal, sehingga anak
autistik tersebut memahami suatu rangkaian aktivitas pengembangan diri
55
yang akan di implikasikan ke dalam keterampilan komunikasi non verbalnya. Peneliti memilih tiga kegiatan yang akan digunakan sebagai
penelitian yaitu belajar mencuci tangan, belajar memakai baju dan memakai sepatu. Langkah-langkah penerapan media pictograph dalam
kemampuan komunikasi non verbal pada materi pengembangan diri diawali dengan persiapan yaitu menggunakan pre test untuk mengukur
kemampuan awal anak dalam berkomunikasi non verbal pada materi pengembangan diri yang diterapkan dengan menampilkan suatu kegiatan
aktivitas pengembangan diri. Pre test dilakukan degan tes perbuatan. Hasil pre test akan menunjukkan kelebihan dan kelemahan pada anak
autistik dan dilakukan dengan memberikan media gambar yang terdapat unsurkomponen aktivitas yang akan dilakukan. Anak akan diminta guru
mengidentifikasi benda pada gambar yang akan digunakan apabila akan melakukan suatu langkah aktivitas. Dilanjutkan latihan komunikasi non
verbal menggunakan media pictograph dalam materi pengembangan diri.Selanjutnya anak harus melakukan serangkaian aktivitas dari beberapa
materi yang disampaikan sesuai susunan media pictograph. Komunikasi non verbal yang dilatih akan diaplikasikan pada rangkaian kegiatan dalam
satu waktu. Pre test
dilakukan dengan tes perbuatan yang hasilnya akan diketahui dengan melihat skor yang diperoleh melalui pre test. Hasil pre test akan
dibandingkan dengan hasil pre test, dengan demikian akan diketahui efektivitas pictograph tersebut dalam kemampuan komunikasi non verbal
56
pada anak autistik di kelas TKLB SLB Dharma Rena Ring Putra II Yogyakarta.
Kegiatan yang bersumber dari Setiati Widiastuti 2007:7-33 tersebut dapat dijelaskan dari perengkapan dan tahap-tahap latihannya, yaitu:
1. Belajar mencuci tangan
Gambar 1. Kegiatan mencuci tangan
Perlengkapan mencuci tangan:
a. Pengenalan perlengkapanalat dengan benda nyata
1 Kran air
2 Sabun
3 Handuklap tangan
b. Pengenalan media gambar
1 Kartu gambar perlengkapan: kran air, sabun, handuk
2 Mediapictograph
Tahap-tahap latihan mencuci tangan:
a. Pengenalan perlengkapanalat dengan media kartu gambar
1 Mengenal kartu gambar kran air
2 Mengenal kartu gambar sabun
3 Mengenal kartu gambar handuk
57
b. Pengenalan media kartu gambar dengan benda nyata
1 Mengidentifikasi kartu gambar kran air dengan kran air
2 Mengidentifikasi kartu gambar sabun dengan sabun
3 Mengidentifikasi kartu gambar handuk dengan handuk
c. Pengelompokan kartu gambar perlengkapanalat yang menjadi
satu rangkaian aktivitas mencuci tangan d.
Pengenalan media pictograph dengan komponen yang terdapat pada media pictograph
Keterangan: Pengenalan tahap ini, kartu media pictograph dikenalkan untuk
memahami bahwa media pictograph sebagai alat bantu dalam memahami instruksi aktivitas yang akan dilakukan.
1 Media pictograph ditempelkan pada papan display
2 Kartu gambar pendukung seperti kartu gambar komponen
seperti gambar kran air, sabun, handuk diletakkan di bawah media pictograph
e. Praktik mencuci tangan dengan analisis tugas
1 Membuka kran air
2 Menutup kran air
3 Membasuh kedua tangan
4 Menekan handel sabun
5 Mengusap sabun ke seluruh pergelangan tangan dan jari-jari
6 Membuka kran air
58
7 Membilas sabun dengan air sampai bersih
8 Menutup kran air
9 Mengeringkan dengan handuk tangan
f. Penggunaan media pictograph untuk melakukan aktivitas secara
mandiri. 2.
Anak dikenalkan Belajar memakai baju
Gambar 2. Kegiatan memakai baju
Perlengkapan memakai baju:
a. Pengenalan perlengkapanalat berpakaian
Baju berkancing b.
Pengenalan media gambar 1
Kartu gambar perlengkapan: baju kaos 2
Mediapictograph
Tahap-tahap latihan memakai baju:
a. Pengenalan perlengkapanalat dengan media kartu gambar :
Mengenal kartu gambar baju kaos b.
Pengenalan media kartu gambar dengan benda nyata: Mengidentifikasi kartu gambar baju kaos dengan baju kaos secara
nyata
59
c. Pengenalan media pictograph dengan kartu gambar bantuan cara
memakai baju kaos. Keterangan:
Pengenalan tahap ini, kartu media pictograph dikenalkan untuk memahami bahwa media pictograph sebagai alat bantu dalam
memahami instruksi aktivitas yang akan dilakukan. 1
Media pictograph ditempelkan pada papan display 2
Kartu gambar pendukung seperti kartu gambar tahap aktivitas seperti gambar memegang kaos, memasukkan kepala pada
lubang bagian atas kepala, hasil memasukkan kepala pada lubang kepala, menarik lengan kaos, memasukkan tangan ada
lengan kaos kiri dan kanan, hasil memakai kaos. Kartu pendukung ini diletakkan di bawah media pictograph
d. Praktik memakai baju dengan analisis tugas
1 Mengambil baju kaos
2 Membuka lubang bawah kaos
3 Menggulung ke atas sampai lubang kepala kaos
4 Memasukkan kepala ke lubang kepala kaos
5 Menarik lengan kanan kaos
6 Memasukkan tangan kanan pada lubang kaos
7 Menarik lengan kiri kaos
8 Memasukkan tangan kiri pada lubang kaos
9 Merapikan kaos
60
e. Penggunaan media pictograph untuk melakukan aktivitas secara
mandiri. 3.
Belajar memakai sepatu
Gambar 3. Kegiatan memakai sepatu
Perlengkapan memakai sepatu:
a. Pengenalan perlengkapanalat dengan benda nyata
1 Kaos kaki
2 Sepatu dengan gesper
b. Pengenalan media gambar
1 Kartu gambar perlengkapan: kaos kaki, sepatu dengan gesper
2 Media pictograph
Tahap-tahap latihan memakai sepatu:
a. Pengenalan perlengkapanalat dengan media kartu gambar
1 Mengenal kartu gambar kaos kaki
2 Mengenal kartu gambar sepatu dengan gesper
b. Pengenalan media kartu gambar dengan benda nyata
1 Mengidentifikasi kartu gambar kaos kaki dengan kaos kaki
2 Mengidentifikasi kartu gambar sepatu dengan sepatu
61
c. Pengelompokan kartu gambar perlengkapanalat yang menjadi
satu rangkaian aktivitas memakai sepatu d.
Pengenalan media pictograph dengan komponen yang terdapat pada media pictograph
Keterangan: Pengenalan tahap ini, media pictograph dikenalkan untuk
memahami bahwa media pictograph sebagai alat bantu dalam memahami instruksi aktivitas yang akan dilakukan.
1 Media pictograph ditempelkan pada papan display
2 Kartu gambar pendukung seperti kartu gambar komponen
seperti gambar kaos kaki, sepatu dengan gesper diletakkan di bawah media pictograph
e. Praktik mencuci tangan dengan analisis tugas
1 Mengambil kaos kaki
2 Menggulung kaos kaki sebelah kanan sampai ujung kaos kaki
3 Memasukkan kaki kanan ke kaos kaki
4 Menarik kaos kaki ke atas
5 Menggulung kaos kaki sebelah kiri sampai ujung kaos kaki
6 Memasukkan kaki kiri ke kaos kaki
7 Menarik kaos kaki ke atas
8 Menarik gesper sepatu sebelah kanan
9 Memasukkan kaki kanan ke dalam sepatu
10 Melekatkan gesper
62
11 Menarik gesper sepatu sebelah kiri
12 Memasukkan kaki kiri ke dalam sepatu
13 Melekatkan gesrper
f. Penggunaan media pictograph untuk melakukan aktivitas secara
mandiri Komunikasi nonverbal dalam penelitian ini mengenai pesan nonverbal
yang terdapat dalam lingkungan yaitu dilingkungan sekolah mengenai kegiatan sehari-hari anak. Sehingga dengan mengetahui kegiatan sehari-
hari di lingkungan sekolah anak dapat memahami bagaimana cara mengungkapkan kegiatan yang di sekolah dengan menunjuk objek dengan
kegiatan yang dimintai guru. Dengan kemampuan anak untuk menunjuk gambar dari beberapa gambar yang terdapat pada media dapat dikatakan
anak memahami cara berkomunikasi secara nonverbal dengan penggunaan bahasa objek.
Kegiatan evaluasi yang dilakukan pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran komunikasi non verbal yang
diterapkan pada pemahaman konsep aktivitas menolong diri sendiri dengan menggunakan media pictograph. Informasi keberhasilan diperoleh
dengan ditandai efektifnya penggunaan pictograph pada keterampilan komunikasi non verbal pada anak autistik TKLB didasarkan pada aspek-
aspek pada komunikasi non verbal. Evaluasi yang digunakan mencakup tiga aspek meliputi kognitif, afektif dan psikomotor. Menurut Lorin
63
Anderson dan David Karthwohl 2010:22 penilaian aspek kognitif meliputi:
a. Tingkat pengetahuan C1, siswa diminta untuk mengingat
kembali berbagai informasi pengetahuan yang telah diterima sebelumnya;
b. Tingkat pemahaman C2, siswa diminta untuk menjelaskan
pengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan kata- kata sendiri;
c. Tingkat penerapan C3, siswa diminta menerapkan
informasi yang telah dipelajari dalam situasi baru dalam kehidupan;
d. Tingkat analisis C4, siswa diminta membedakan suatu
konsep untuk memeriksa setiap komponen dalam membuat kesimpulan;
e. Tingkat mengevaluasi C5, kemampuan siswa dalam
mengambil keputusan berdasarkan kriteria dan atau standar; f.
Tingkat mencipta C6, kemampuan siswa memadukan bagian-bagian untuk membuat suatu produk yang baru.
Ranah kognitif pada penelitian yang dilakukan dengan memberi batasan pada kategori yaitu pada tingkat pengetahuan, pemahaman dan
penerapan. Pada tingkat pengetahuan anak, anak mampu menunjukkan benda yang digunakan untuk melakukan kegiatan. Pada tingkat
pemahaman anak mampu membedakan media pictograph yang berbeda. Pada tingkat penerapan, anak praktek langsung kegiatan sesuai dengan
media pictograph. Penilaian pada ranah afektif menurut Karthwohl Mimin Haryati,
2008:37 terbagi dalam lima kategori yakni: Menerima receiving, tanggapan responding, menilai
valuing, organisasi, karakterisasi, lebih lanjut dibahas sebagai berikut: 1 receiving merupakan sikap siswa untuk menerima dan
memperhatikan suatu fenomena khusus dalam pengetahuan; 2 responding,
sikap partisipasi aktif siswa dalam memberikan tanggapan atas fenomena yang didapatkan; 3 valuing, sikap
64
internalisasi siswa terhadap penilaiannya terhadap suatu fenomena; 4 organisasi merupakan sistem pembentukan internal siswa yang
konsisten; 5 karakterisasi yaitu sikap untuk mengendalikan perilaku siswa hingga menjadi pola hidup.
Penilaian aspek afektif untuk menilai sikap anak dalam mengikuti pembelajaran. Ketika di kelas, anak akan bersikap aktif dan tanggap dalam
menanggapi pembelajaran yang diberikan oleh peneliti dan guru. Keaktifan anak dapat dilihat dari antusias dan minat anak selama
menerima materi dari guru serta tanggapan pada instruksi yang diberikan oleh guru kepada anak.
Penilaian aspek psikomotor lebih mengarah kepada keterampilan anak dalam pembelajaran denga penggunaan sensomotorik. Menurut Chabib
Thoha 2003:30 penilaian aspek psikomotor mencakup persepsi perception, kesiapan set, respon danterbimbing guidance respond,
mekanisme mechanism dan respon kmpleks. Pembagian aspek psikomotor tersebut lebih lanjut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Persepsi, mengenal objek dengan menggunakan
pengamatan indera; b.
Kesiapan, kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan aktivitas;
c. Respon terbimbing, melakukan gerakan imitasi ataupun
aktivitas dengan bimbingan dari orang lain; d.
Mekanisme, melakukan suatu rangkaian kegiatan dengan lancar karena sudah terlatih;
e. Respon kompleks, gerakan kompleks yang terdiri dari
berbagai elemen keterampilan pengelolaan aktivitas motorik.
Penilaian psikomotor dalam penelitian ini terletak pada aktifitas gerak anak. Pada aspek persepsi, anak menunjukkan objek untuk kegiatan yang
akan dilakukan. Pada aspek kesiapan, anak antusias terhadap kegiatan
65
yang diberikan oleh guru. Pada aspek respon terbimbing, anak menirukan guru pada aktivitas sesuai instruksi. Pada aspek mekanisme, anak
melakukan aktivitas mandiri. Pada aspek respon kompleks, anak melakukan serangkaian aktivitas.
Evaluasi komunikasi non verbal dilakukan dengan tes perbuatan atau penampilan. Evaluasi dilakukan dengan teshasil belajar berupa tes
perbuatan untuk mengetahui kemampuan non verbal sebelum dan setelah diberikan treatment menggunakan media pictograph. Selain dari tes hasil
belajar, untuk memperkuat hasil tes dengan mencari data mengenai kemampuan komunikasi non verbal dengan melakukan observasi selama
proses pembelajaran. Data yang igin diungka dalam observasi adalah peran media pictograph dalam membantu anak autistik berkomunikasi dengan
media pictograph. Pre-tes
sebelum perlakuan dilakukan untuk mengetahui kemampuan anak dalam kemampuan komunikasi non verbal. Post-tes setelah perlakuan
dilakukan setelah anak diberi perlakuan menggunakan media pictograph. Tes setelah perlakuan untuk menentukan baseline supaya diketahui
efektivitas penggunaan pictograph sebagai media komunikasi non verbal anak autistik tipe ringan kelas TKLB di SLB Dharma Rena Ring Putra II
Yogyakarta. Materi yang digunakan dalam tes yakni penampilan, pensekoran tes
perbuatan yaitu berjumlah 10 item perbuatan dengan pensekoran maksimal tiap item 4 poin dan skor terendah yaitu 1 poin. Tes perbuatan ini dengan
66
beberapa indikator dan skor penuh 40 poin. Jumlah skor tersebut sebagai dasar penilaian kemampuan keterampilan komunikasi non verbal dalam
aktivitas bina diri. Penilaian tersebut dihitung menurut rumus Ngalim Purwanto 2006:102 yakni :
= R
SM x 100
Keterangan : NP
: nilai persen yang dicari atau diharapkan R
: skor mentah yang diperoleh siswa SM
: skor maksimum dari semua tes 100
: bilangan tetap Kriteria penilaian yang digunakan yaitu jumlah penghitungan skor
yang disesuaikan kategori penilaian dengan menentukan kategori kelas menurut Sudjana 2005:47 amat baik, baik, cukup, kurang, dan sangat
kurang. Kemampuan komunikasi non verbal diharapkan dapat mencapai standar kriteria minimal skor mencapai 70 dari total keseluruhan dengan
kategori cukup atau lebih. Sedangkan pada observasi aspek yang diamati dalam observasi yakni
pengetahuan, pemahaman, penerapan kognitif, receiving, responding afektif, perception, respon psikomotor.