Karakteristik Lingkungan Mangrove Kajian bioekologi udang putih (Penaeus merguiensis de Man)

mencapai ukuran pascalarva dan juvenil, udang putih mulai memakan plankton dari kelompok Cyanophyceae dan plankton hewani dari kelompok Rotifera, Protozoa, Copepoda, dan sebagainya. Chong et al. 1990 menyatakan udang putih dewasa akan memakan makrozoobentos seperti moluska kecil, annelida, chironomus, dan krustase kecil lainnya. Chong dan Sasekumar 1981 menyatakan pakan alami udang P. merguiensis di perairan Angsa Bank-Klang Strait Malaysia sangat bervariasi bergantung pada habitatnya. Di daerah pembesarannursery ground, pascalarva udang P. merguiensis bersifat karnivor dan makanannya terdiri atas kopepoda berukuran besar. Pada fase juvenil udang P. merguiensis selain memakan detritus juga hewan-hewan kecil seperti foraminifera, kopepoda, larva bivalvia dan larva branchyura. Pada saat juvenil dan dewasa udang P. merguiensis memakan krustase besar, acetes, dan mysid. Di daerah spawning ground, udang P. merguiensis menyukai makanan berupa detritus organik, krustase, polikaeta, dan jenis-jenis moluska. Makanan alami yang dimakan oleh udang putih akan digunakan untuk pertumbuhan, pergerakan, metabolisme dasar, reproduksi dan mengganti sel-sel yang telah rusak.

4.3. Karakteristik Lingkungan Mangrove

Karakteristik lingkungan mangrove berdasarkan variasi parameter fisik kimia pada tiap stasiun, dianalisa dengan analisis statistik multivariabel yang didasarkan pada analisis komponen utama principal component analysis, PCA. Parameter fisik kimia lingkungan yang terdiri atas suhu air, kecerahan air, kecepatan arus, kedalaman perairan, oksigen terlarut, salinitas air, salinitas substrat, pH air, NO 3 , PO 4 , dan fraksi substrat ditempatkan sebagai variabel statistik aktif; stasiun penelitian sebagai individu statistik; parameter biologi yang terdiri atas jenis mangrove ditempatkan sebagai variabel statistik tambahan additional variable. Hasil analisis komponen utama terhadap parameter fisik kimia lingkungan dan jenis mangrove pada matriks korelasi menunjukkan informasi penting yang menggambarkan korelasi antar parameter terpusat pada dua sumbu utama F1 dan F2. Kualitas informasi yang disajikan oleh kedua sumbu masing-masing sebesar 71,26 dan 12,53 Gambar 17, sehingga ragam karakteristik lingkungan dan jenis mangrove menurut stasiun penelitian dapat dijelaskan melalui dua sumbu utama sebesar 83,79 dari ragam total. Gambar 17 Diagram lingkaran korelasi antara parameter fisik kimia lingkungan dan jenis mangrove pada sumbu 1 dan sumbu 2. N. fruticans Nip, A. alba Avi, E. agallocha Exo, H.tiliaceus Hib, X. granatum Xyl, B. gymnorrhiza Br g, B. parviflora Br p, R. mucronata Rhi, S. alba Son, kecerahan Kcr, salinitas air S A, salinitas substrat S S, kedalaman Ked, oksigen terlarut DO, nitrat NO 3 fosfat PO 4 , kecepatan arus Kec A, lumpur Lpr, pasir Psr. Diagram lingkaran korelasi parameter fisik kimia lingkungan dan jenis mangrove pada sumbu 1 dan 2 Gambar 17, menunjukkan parameter suhu air, pH air, kecerahan, salinitas air, salinitas substrat, pasir, kedalaman, dan mangrove jenis S. alba mempunyai kontribusi yang besar dalam pembentukan sumbu 1 F1 positif, sedangkan kecepatan arus, NO 3 , PO 4 , DO, substrat lumpur, liat, N. fruticans, dan H. tiliaceus mempunyai kontribusi besar dalam pembentukan sumbu 1 F1 negatif. Mangrove jenis B. parviflora, E. agallocha, B. gymnorrhiza , R. mucronata, A. alba, dan X. granatum mempunyai kontribusi besar dalam pembentukan sumbu 2 F2 positif. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa parameter suhu air, pH air, kecerahan, salinitas air, salinitas substrat, pasir, dan kedalaman berkorelasi positif dengan mangrove jenis S. alba, tetapi Nip Avi Exo Hib Xyl Br g Br p Rhi Son Sh Kcr Kec A Ked DO SA SS pH NO 3 PO 4 Psr Liat Lpr -1 -0.75 -0.5 -0.25 0.25 0.5 0.75 1 -1 -0.75 -0.5 -0.25 0.25 0.5 0.75 1 F2 12,53 F1 71,26 Variables axes F1 and F2: 83,79 berkorelasi negatif dengan N. fruticans, H. tiliaceus, kecepatan arus, NO 3 , PO 4 , DO, substrat lumpur, dan liat. Diagram sebaran stasiun penelitian berdasarkan parameter fisik kimia lingkungan dan jenis mangrove pada sumbu 1 dan 2 Gambar 18 membentuk 3 kelompok individu stasiun, yang masing-masing memiliki karakteristik fisik kimia lingkungan dan jenis mangrove berbeda. Gambar 18 Diagram representasi sebaran stasiun penelitian berdasarkan parameter fisik kimia lingkungan dan jenis mangrove pada sumbu 1 dan 2. Kelompok individu I pertama yang terdiri atas Stasiun 1, 2, dan 3 dicirikan oleh kerapatan mangrove jenis N. fruticans, H. tiliaceus, B. parviflora, E. agallocha , B. gymnorrhiza, kecepatan arus, NO 3 , PO 4 , DO, substrat lumpur, dan liat yang tinggi. Stasiun 1, 2, dan 3 memiliki kandungan oksigen terlarut yang tinggi disebabkan ketiga stasiun ini memiliki kecepatan arus yang tinggi sehingga percampuran massa air dapat menyebabkan kandungan oksigen menjadi tinggi. Rendahnya kadar salinitas pada ketiga stasiun ini juga dapat menyebabkan kandungan oksigen tinggi. Riley dan Chester 1981; Parsons et al. 1984 menyatakan kandungan oksigen terlarut rendah pada tingkat salinitas yang tinggi, demikian sebaliknya. St1 St2 St3 St4 St5 St6 Nip Avi Exo Hib Xyl Br g Br p Rhi Son Sh Kcr Kec A Ked DO SA SS pH NO 3 PO 4 Psr Liat Lpr -16 -12 -8 -4 4 8 12 16 20 -20 -16 -12 -8 -4 4 8 12 16 20 24 28 F 2 1 2,53 F1 71,26 Biplot axes F1 and F2: 83,79 Stasiun 1, 2, dan 3 juga memiliki kadar nitrat dan fosfat yang tinggi disebabkan ketiga stasiun ini letaknya berdekatan dengan permukiman penduduk dan daratan, sehingga adanya suplai air tawar dari daratan terutama pada saat surut kemungkinan membawa limbah domestik maupun limbah pertanian pemupukan, sehingga dapat mempengaruhi kadar nitrat dan fosfat di stasiun tersebut. Proses dekomposisi serasah juga dapat mempengaruhi tingginya kadar nitrat dan fosfat pada stasiun ini. Folkowski dan Raven 1997 menyatakan pasokan nutrien termasuk nitrat dan fosfat pada ekosistem perairan terjadi dalam dua jalur, yaitu dekomposisi senyawa-senyawa organik menjadi anorganik oleh organisme dekomposer dan pasokan dari sungai. Lebih lanjut Hutagalung et al. 1997 menyatakan kadar nitrat dan fosfat umumnya semakin tinggi di kawasan perairan muara. Salah satu penyebab peningkatan kadar nitrat adalah masuknya limbah domestik atau pertanian yang umumnya banyak mengandung nitrat dan fosfat. Ketiga stasiun ini juga memiliki kecepatan arus yang tinggi, disebabkan dijumpai adanya anak sungaikanal yang mengalir di dalamnya. Kelompok individu II kedua yang terdiri atas Stasiun 4 dan 5 dicirikan oleh kerapatan mangrove jenis R. mucronata, A. alba, dan X. granatum yang tinggi. Kelompok individu III ketiga terdiri atas Stasiun 6 dicirikan oleh kerapatan mangrove jenis S. alba, kecerahan air, suhu air, kedalaman, salinitas air, salinitas substrat, pH, dan substrat pasir yang tinggi. Stasiun 6 memiliki kecerahan dan suhu perairan yang tinggi dibanding kelima stasiun lainnya, disebabkan stasiun ini letaknya tepat di kawasan pantai yang merupakan kawasan terbuka bebas dari naungankanopi pohon mangrove, sehingga intensitas cahaya matahari yang masuk ke badan air juga lebih tinggi, dan secara tidak langsung mempengaruhi suhu perairan di stasiun ini. Stasiun ini juga memiliki kandungan substrat berpasir disebabkan letaknya yang berdekatan dengan perairan samudera. Perairan samudera memiliki gerakan ombak yang kuat, sehingga membawa partikel-partikel pasir dari laut terbuka. Nilai pH pada ketiga stasiun ini juga tinggi, disebabkan memiliki salinitas yang tinggi sehingga kondisi perairannya sedikit lebih basa dibanding stasiun lainnya. Hasil analisis juga menggambarkan bahwa Stasiun 1, 2, 3, pada lokasi penelitian telah mengalami degradasi yang lebih tinggi dibanding stasiun 4, 5, dan 6 yang ditunjukkan dengan rendahnya kerapatan mangrove pada ketiga stasiun tersebut, sehingga perlu dilakukan upaya rehabilitasi hutan mangrove sebagai salah satu habitat udang putih berupa penanaman mangrove pada keempat stasiun tersebut.

4.4 Karakteristik Habitat Udang Putih