Param Struktur Populasi Udang Putih .1 Ukuran Minimum dan Maksimum

eksploitasi E 0,5, menggambarkan belum terjadi over eksploitasi terhadap suatu biota di suatu kawasan. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan terjadinya penurunan populasi udang putih di Ekosistem Mangrove Percut Sei Tuan lebih disebabkan oleh mortalitas alami. Hal ini terlihat dari nilai laju mortalitas alami yang lebih tinggi dari laju mortalitas penangkapan Tabel 12. Mortalitas alami dapat terjadi karena udang putih yang tidak tertangkap akan mati secara alami akibat adanya pemangsaan, mencapai umur tua, kurangnya ketersediaan pakan alami, atau daya dukung lingkungan yang rendah untuk pertumbuhannya. Konversi hutan mangrove menjadi peruntukan lain dapat mengurangi fungsi ekosistem ini dalam menunjang kehidupan udang putih. Stasiun 1, 2, dan 3 yang terdapat di bagian hulu Ekosistem Mangrove Percut Sei Tuan telah mengalami degradasi hutan mangrove yang cukup tinggi kerapatan mangrove 1000 indha. Pengurangan luasan hutan mangrove yang cukup tinggi akan berdampak pada penurunan tingkat kekeruhan perairan, sehingga memudahkan hewan predator memangsa udang putih berukuran kecil, yang secara tidak langsung menyebabkan tingginya kematian alami biota tersebut di alam.

4.6.8 Rekruitmen

Penambahan individu barurekruitmen erat kaitannya dengan kestabilan populasi di alam. Hasil analisis menunjukkan bahwa selama 12 bulan penelitian telah terjadi penambahan individu baru udang putih setiap bulannya di alam, yang berpengaruh terhadap dinamika populasi udang putih di Ekosistem Mangrove Percut Sei Tuan. Persentase rekruitmen udang putih pada setiap bulan disajikan pada Tabel 13. Hasil yang didapat menunjukkan setiap bulannya telah terjadi rekruitmen populasi udang putih di Ekosistem Mangrove Percut Sei Tuan dengan nilai yang berfluktuasi. Penambahan individu baru yang terjadi tidak terlalu besar, namun cukup berarti bagi kesinambungan populasi udang putih di alam. Bila dilihat secara keseluruhan, terjadi dua puncak rekruitmen pada persentase rekruitmen udang putih. Puncak rekruitmen udang putih terjadi antara bulan September dan Oktober sebesar 45,11, serta antara bulan Februari dan Maret sebesar 34,27, setelah 2 sampai 4 bulan udang melakukan pemijahan. Hasil ini hampir sama dengan yang didapatkan Staples dan Vance 1986 di Perairan Carpentaria Australia yang mendapatkan puncak rekruitmen udang putih terjadi setelah 2 bulan proses pemijahan berlangsung. Tabel 13 Persentase rekruitmen bulanan udang putih di Ekosistem Mangrove Percut Sei Tuan Bulan Rekruitmen Januari 8,73 Februari 20,11 Maret 34,27 April 21,04 Mei 8,22 Juni 6,54 Juli 8,36 Agustus 10,77 September 20,67 Oktober 45,11 Nopember 16,19 Desember 4.7 Aspek Reproduksi 4.7.1 Nisbah Kelamin Nisbah kelamin udang putih dapat diketahui dengan membandingkan individu jantan dan betina pada tiap stasiun. Hasil analisis terhadap nisbah kelamin selama 12 bulan pengamatan pada tiap stasiun, menunjukkan bahwa nisbah kelamin udang putih terlihat tinggi pada Stasiun 1, 2, 3, dan 4 Tabel 14. Secara keseluruhan terlihat fluktuasi nisbah kelamin hampir tidak berubah dengan rataan nisbah kelamin 1,007 ± 0,034, sehingga dapat dikatakan bahwa nisbah kelamin udang putih P. merguiensis de Man selama penelitian berada dalam kondisi seimbang. Tabel 14 Nisbah kelamin udang putih pada tiap stasiun Stasiun Jantan Betina Nisbah kelamin 1 119 119 1,000 2 123 116 1,055 3 123 122 1,011 4 135 130 1,032 5 139 142 0,982 6 125 131 0,960 Rataan 1,007 Sd 0,034