4.6.7 Laju Mortalitas
Laju mortalitas total udang putih dapat diduga melalui metode kurva hasil tangkapan yang dikonversi ke panjang atau length-converted catch curve pada
program Fisat II sub program Elefan, yang didasarkan pada data panjang karapaks udang putih yang tertangkap. Variabel yang digunakan untuk udang jantan adalah
L ∞ = 4,36 cm, K = 1,10, dan t
= 0,652 tahun, sedangkan untuk udang betina variabel yang digunakan adalah L
∞ = 4,69 cm, K = 0,77, dan t = 0,549 tahun.
Berdasarkan variabel tersebut diperoleh nilai laju mortalitas total untuk udang putih jantan dan betina masing-masing sebesar 4,81tahun dan 3,98tahun,
sedangkan untuk laju mortalitas alami diperoleh nilai masing masing sebesar 3,03tahun untuk udang jantan dan 2,31tahun untuk udang betina. Nilai laju
mortalitas penangkapan dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan F = Z – M, sehingga diperoleh nilai F sebesar 1.78tahun untuk udang jantan dan
1,67tahun untuk udang betina Tabel 12. Tabel 12 Laju mortalitas total Z, alami M dan penangkapan F udang putih
pertahun di Ekosistem Mangrove Percut Sei Tuan
Jantan Betina Z pertahun
M pertahun F pertahun Z pertahun
M pertahun F pertahun
4.81 3.03 1.78 3.98 2.31 1.67
Hasil yang didapat menunjukkan laju mortalitas total udang jantan lebih tinggi dari udang betina. Hal ini disebabkan udang jantan dalam setiap fase
hidupnya mulai tingkat juvenil sampai dewasa banyak ditemukan di sekitar perairan estuari dibanding udang betina yang setelah mencapai fase dewasa
matang gonad bermigrasi ke perairan pantailaut untuk melakukan pemijahan. Kondisi tersebut menyebabkan udang jantan lebih banyak tertangkap oleh nelayan
yang umumnya banyak melakukan penangkapan udang di sekitar perairan estuari. Berdasarkan nilai laju mortalitas total dan mortalitas penangkapan
Tabel 12, akan didapatkan nilai laju eksploitasi E sebesar 0,37 untuk udang jantan dan 0,42 untuk udang betina membagi nilai laju mortalitas penangkapan
dengan mortalitas total. Nilai ini menggambarkan belum terjadinya over eksploitasi terhadap komoditas udang putih di kawasan Ekosistem
Mangrove Percut Sei Tuan. Sparre dan Venema 1999 menyatakan nilai laju
eksploitasi E 0,5, menggambarkan belum terjadi over eksploitasi terhadap suatu biota di suatu kawasan. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan terjadinya
penurunan populasi udang putih di Ekosistem Mangrove Percut Sei Tuan lebih disebabkan oleh mortalitas alami. Hal ini terlihat dari nilai laju mortalitas alami
yang lebih tinggi dari laju mortalitas penangkapan Tabel 12. Mortalitas alami dapat terjadi karena udang putih yang tidak tertangkap akan mati secara
alami akibat adanya pemangsaan, mencapai umur tua, kurangnya ketersediaan pakan alami, atau daya dukung lingkungan yang rendah untuk pertumbuhannya.
Konversi hutan mangrove menjadi peruntukan lain dapat mengurangi fungsi ekosistem ini dalam menunjang kehidupan udang putih. Stasiun 1, 2, dan 3 yang
terdapat di bagian hulu Ekosistem Mangrove Percut Sei Tuan telah mengalami degradasi hutan
mangrove yang cukup tinggi kerapatan mangrove 1000 indha. Pengurangan luasan hutan mangrove yang cukup tinggi akan
berdampak pada penurunan tingkat kekeruhan perairan, sehingga memudahkan hewan predator memangsa udang putih berukuran kecil, yang secara tidak
langsung menyebabkan tingginya kematian alami biota tersebut di alam.
4.6.8 Rekruitmen
Penambahan individu barurekruitmen erat kaitannya dengan kestabilan populasi di alam. Hasil analisis menunjukkan bahwa selama 12 bulan penelitian
telah terjadi penambahan individu baru udang putih setiap bulannya di alam, yang berpengaruh terhadap dinamika populasi udang putih di Ekosistem Mangrove
Percut Sei Tuan. Persentase rekruitmen udang putih pada setiap bulan disajikan pada Tabel 13.
Hasil yang didapat menunjukkan setiap bulannya telah terjadi rekruitmen populasi udang putih di Ekosistem Mangrove Percut Sei Tuan dengan nilai yang
berfluktuasi. Penambahan individu baru yang terjadi tidak terlalu besar, namun cukup berarti bagi kesinambungan populasi udang putih di alam. Bila dilihat
secara keseluruhan, terjadi dua puncak rekruitmen pada persentase rekruitmen udang putih. Puncak rekruitmen udang putih terjadi antara bulan September dan
Oktober sebesar 45,11, serta antara bulan Februari dan Maret sebesar 34,27, setelah 2 sampai 4 bulan udang melakukan pemijahan. Hasil ini hampir sama
dengan yang didapatkan Staples dan Vance 1986 di Perairan Carpentaria