Distribusi Temporal Udang Putih Berdasarkan Tingkat Kematangan Gonad

4.10 Distribusi Temporal Udang Putih Berdasarkan Tingkat Kematangan Gonad

Distribusi temporal udang putih betina berdasarkan tingkat kematangan gonad dan kaitannya dengan karakteristik lingkungan berdasarkan bulan pengamatan dianalisa menggunakan correspondence analysis, CA. Hasil analisis memperlihatkan bahwa informasi distribusi temporal terpusat pada 2 sumbu utama F1 dan F2 yang masing-masing mampu menjelaskan sebesar 96,86 dan 2,38 dari ragam total 99,25, seperti tersaji pada Gambar 31. Hasil analisis juga mampu mengelompokkan titik-titik pengamatan atas 2 kelompok besar yang mempunyai keterkaitan erat antara kelompok udang putih menurut tingkat kematangan gonad TKG 1, TKG 2, TKG 3, dan TKG 4 dengan bulan pengamatan. Gambar 31 Diagram analisis koresponden keterkaitan tingkat kematangan gonad udang putih P. merguiensis dengan bulan pengamatan pada sumbu 1 dan sumbu 2. Kelompok I pertama yang terdiri atas bulan Januari dan Juni dicirikan oleh melimpahnya udang putih betina dengan tingkat kematangan gonadTKG 4 udang betina siap memijah, dan kelompok II kedua yang terdiri atas bulan Pebruari, Maret, April Mei Juli, Agustus, September, Oktober, Nopember dan Desember dicirikan oleh melimpahnya udang putih betina dengan tingkat TKG 1 TKG 2 TKG 3 TKG 4 Jan Feb Mar Ap Mei Jun Jul Ag Sep O N Des -1.5 -1 -0.5 0.5 1 1.5 -1.5 -1 -0.5 0.5 1 1.5 -- a x is F2 2 ,3 8 -- -- axis F1 96,86 -- Symmetric Plot axes F1 and F2: 99,25 kematangan gonadTKG 1, TKG 2, dan TKG 3. Bila dihubungkan dengan karakteristik habitat pada setiap bulan pengamatan terlihat bahwa bulan Juni dan Januari tersebut dicirikan oleh curah hujan yang tinggi dan kecepatan arus yang tinggi. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa udang putih P. merguiensis de Man di perairan Percut Sei Tuan memijah sepanjang tahun dengan puncak musim pemijahan terjadi pada bulan Januari dan Juni yang memiliki curah hujan tinggi. Garcia dan Le Reste 1981; Rothschild dan Gulland 1982 menyatakan kombinasi curah hujan dan kecepatan arus yang tinggi dapat merangsang ruaya udang dewasa ke daerah yang lebih dalam, sehingga koloni udang dewasa banyak dijumpai di daerah perairan yang dalam untuk memijah. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suman 1996, yang mendapatkan puncak musim pemijahan udang P. merguiensis di perairan Binuangeun, Jawa Barat terjadi pada bulan Nopember. Peter et al. 2003 mendapatkan puncak musim pemijahan udang P. merguiensis di Teluk Carpentaria, Australia terjadi pada bulan Augustus, Januari dan April, sedangkan Ayub dan Ahmed 2002 di perairan Pantai Pakistan mendapatkan puncak musim pemijahan udang P. merguiensis de Man terjadi pada dua puncak dalam setahun, yaitu bulan Pebruari- Mei serta September dan Oktober. V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

- Udang putih betina dewasa kelamin dan matang gonad banyak dijumpai pada habitat yang memiliki suhu air berkisar antara 29,00°C-30,05°C, salinitas 31,00‰-31,20‰, dan pH 7,05-7,40. - Pemijahan udang putih di Ekosistem Mangrove Percut Sei Tuan terjadi sepanjang tahun dengan puncak musim pemijahan pada bulan Januari dan Juni, dan rekruitmen udang putih terjadi setiap bulan dengan puncak rekruitmen terjadi antara bulan September dan Oktober, serta Pebruari dan Maret.

5.2 Saran

- Perlu dilakukan upaya penanaman mangrove pada stasiun 1, 2, dan 3 yang sudah mengalami degradasi cukup tinggi guna menjaga kelestarian ekosistem mangrove sebagai habitat udang putih. - Disarankan tidak melakukan penangkapan udang putih di kawasan Ekosistem Mangrove Percut Sei Tuan pada bulan Januari dan Juni, disebabkan bulan tersebut merupakan bulan puncak musim pemijahan udang putih, sehingga kelestarian udang putih di kawasan ini tetap terjaga. DAFTAR PUSTAKA Adisusilo S. 1983. Ukuran matang kelamin dan musim pemijahan udang jerbung Penaeus merguiensis de Man di Perairan Cilacap dan sekitarnya . Laporan Penelitian Perikanan Laut 29: 97-102 Allen PG, Botsford LW, Schuur AM, Johnston WE. 1984. Bioeconomics of Aquaculture . Elsevier. Amsterdam. Anggoro S. 1992. Efek osmotik berbagai tingkat salinitas media terhadap daya tetas telur dan vitalitas larva udang windu Penaeus monodon F Disertasi. Program Pascasarjana IPB. Bogor. Angsupanich S, Chiayvareesajja S, Chandumpai A. 1999. Stomach contents of the banana prawns Penaeus indicus and P. merguiensis in Tammalang Bay, Southern Thailand. Asian Fisheries Science 12: 257-265. Anwar J, Damanik SJ, Hisyam N, Whitten AJ. 1987. Ekologi Ekosistem Sumatera. Gadjah Mada University Press. Yokyakarta. [APHA] American Public Healt Association. 1979. Standart Methods for the Examination of Water and Wastewater . New York. Ashton EC, Hogarth PJ, Ormond R. 1999. Breakdown of mangrove leaf litter in a managed mangrove forest in Peninsular Malaysia. Hydrobiologia 413: 77-88. Ayub Z, Ahmed M. 2002. Maturation and spawning of four commercially important penaeid shrimps of Pakistan. Indian Journal of Marine Science 31 2: 119-124. [BAPPEDA] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 2008. Rencana Strategis Kawasan Pesisir Pantai Kabupaten Deli Serdang. Bengen DG. 1998. Sinopsis Analisis Statistik MultivariabelMultidimensi. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. IPB. Bengen DG. 2002. Pedoman Teknis Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. IPB. Bittner A, Ahmad M. 1989. Budidaya Air. Seri Studi Pertanian. Kerjasama Jerman dan Indonesia. Yayasan Obor Indonesia. Boonruang P. 1984. the Rate of degradation of mangrove leaves, Rhizophora apiculata BL and Avicennia marina FORSK VIERH at Phuket Island, Western Peninsula of Thailand. Di dalam: Soepadmo E, Rao AN, Macintosh DJ. 1984. Proceedings of the Asian Symposium on Mangrove Environment Research and Management . University of Malaya and UNESCO. Kuala Lumpur. hlm 200-208. Boyd CE, Fast AW. 1992. Pond monitoring and management. Di dalam: Fast AW, Lester JL, editor. Marine Shrimp Culture-Principles and Practices. Elsevier. Amsterdam. hlm 497–513.