Tidak begitu berbeda dengan pemimpin lokal DM. Responden yang menjawab sangat terhormat dan cukup terhormat berjumlah sama yaitu 21,2
persen. Hal ini dikarenakan sebagai seorang pemimpin lokal yang berasal dari elit agama, tentunya DM sangat dihormati oleh masyarakat disekitarnya, namun
dikarenakan DM saat ini terbatas untuk mengunjungi RT dan Kampung lain yang letaknya jauh dari daerah tempat tinggalnya, membuat sebagian responden
menjawab bahwa DM cukup terhormat, karena mereka tidak terlalu mengenal DM. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun masyarakat tidak mengenal DM,
pemimpin lokal DM tetap dihormati oleh mereka. Nilai indeks prestise yang dimiliki DM cukup tinggi dapat dikarenakan status DM sebagai sesepuh desa, hal
ini merupakan faktor pendukung yang menyebabkan warga desa tetap menghormati dan segan kepada DM hingga saat ini.
Selain itu pada pemimpin lokal YT sebanyak 84,9 persen responden menjawab bahwa pemimpin lokal YT cukup terhormat dikalangan masyarakat
desa. Hal ini terlihat di lapangan bahwa pemimpin lokal YT memiliki wibawa dimata warganya dikarenakan beberapa warga selalu memuji dan menyebutkan
bahwa beliau adalah pemimpin yang bijak. Selanjutnya indikator yang kedua adalah gelar. Gelar adalah latar belakang
pendidikan dilihat dari dimana tempat pemimpin lokal tersebut menentut ilmu. Pada indikator ini responden dominan menjawab gelar yang dimiliki oleh seluruh
pemimpin lokal tidak terkenal atau mereka tidak tahu. Khusus pada pemimpin
lokal YT yang telah memiliki gelar sarjana muda dan 100 responden menjawab gelar tersebut tidak terkenal. Begitu juga dengan ketiga pemimpin lokal lainnya,
responden menjawab tidak terkenal terkait gelar yang mereka miliki, hal ini dikarenakan mereka tidak memiliki gelar tersebut. Walaupun DM memiliki gelar
ustadz, namun gelar tersebut diberikan sendiri oleh masyarakat, bukan diberikan oleh tempat pemimpin lokal menuntut ilmu yaitu pesantren DM.
6.2.3. Modal Budaya
Modal budaya merupakan modal ketiga dalam kategori modal eksternal. Modal budaya adalah modal yang melihat kesesuaian pemimpin lokal dengan
budaya yang ada. Keseuaian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
kesesuaian segala tingkah laku, kebijakan, dan aktivitas pemimpin lokal merupakan representasi dari budayanya. Nilai indeks modal budaya pada masing-
masing pemimpin lokal dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11 . Nilai Indeks Modal Budaya pada Masing-masing Pemimpin Lokal
Indikator Pemimpin Lokal
AR YT
DM AQ
Kesesuaian dengan budaya 0,92
1,09 1,07
1,05
Pada Tabel 11 terlihat bahwa keempat pemimpin lokal memiliki nilai
indeks yang tidak jauh berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa keempat pemimpin lokal dalam kebijakannya sesuai dengan budaya setempat. Pemimpin lokal AR
memiliki nilai indeks yang paling rendah dan yang paling jauh selisihnya dengan nilai pemimpin lokal yang lain. Hal ini dikarenakan masyarakat yang mengenal
pemimpin lokal AR adalah yang paling sedikit sehingga nilai yang dimiliki juga rendah, bukan dikarenakan beliau yang paling tidak sesuai dengan budaya
setempat. Nilai dari indikator tersebut tentunya dipengaruhi oleh penilaian responden
terhadap masing-masing pemimpin lokal. Persentase penilaian responden kepada pemimpin lokal menunjukkan bahwa semua tindakan pemimpin lokal disebut
sesuai dengan budayanya. Pada pemimpin lokal YT sebanyak 90,9 persen responden menjawab sesuai dan sisanya menjawab sangat sesuai. Hal ini
memberikan nilai yang tinggi terhadap modal budaya yang dimiliki pemimpin lokal YT. Pada dasarnya sejauh ini kebijakan yang diterapkan oleh YT tidak
menyimpang dari budaya yang ada, walaupun aktivitas dan kebijakan yang diterapkan oleh YT sudah lebih mengarah kepada modernisasi, namun tidak
menyimpang pada norma-norma pada umumnya maupun norma-norma agama. Pemimpin lokal AQ juga memiliki nilai modal budaya yang tinggi. Hal ini
dapat dilihat bahwa sebanyak 60,6 persen responden menjawab sesuai. Selama AQ beraktivitas, AQ tidak menyimpang dari budaya yang ada, walaupun tidak
membiasakan kearah adat desa tapi tidak menyimpang dari norma-norma yang ada. Selain itu AQ juga memiliki tujuan untuk mengembalikan budaya gotong
royong dan swadaya pada masyarakat desa.
Tidak jauh berbeda dengan pemimpin lokal DM. Sebagai elit agama, tentunya hal ini juga mempengaruhi penilaian responden. Sebanyak 39,4 persen
responden menjawab sesuai. Budaya Desa Dramaga pada dasarnya masih berbasiskan islam. Terkait latar belakang DM sebagai ustadz dan lulusan
pesantren, sudah tentu kebijakan maupun tindakan dari DM sesuai dengan budaya setempat, yaitu selalu berbasiskan Agama Islam. Kebijakan maupun tindakan
yang dilakukan atau dicontohkan oleh DM bahkan terkadang dijadikan sebagai salah contoh sikap yang diikuti oleh masyarakat.
Berikutnya adalah pemimpin lokal AR. Sebanyak 30,3 persen responden menjawab kebijakan dan tingkah laku dari pemimpin lokal AR sesuai dengan
budaya setempat. Fakta dilapangan menunjukkan bahwa kebijakan maupun tindakan yang dilakukan oleh AR tidak bertentangan dengan kebudayaan yang
ada, hal ini dikarenakan, selain AR adalah seorang guru, AR juga terkadang disebut sebagai tokoh agama, sehingga biasanya kebijakan-kebijakan AR juga
disesuaikan dengan budaya desa yang lebih berbasiskan islam.
6.2.4. Modal Moral