7.2. Tipologi Pemimpin Lokal
Tipologi pemimpin lokal dapat dibentuk berdasarkan informasi yang diperoleh melalui pengukuran Indeks Casey pemimpin lokal, Uji Nilai Tengah
serta basis yang dimiliki oleh masing-masing pemimpin lokal. Berdasarkan pembahasan mengenai basis dan kepemilikan modal
pemimpin lokal pada bab sebelumnya, diketahui bahwa masing-masing pemimpin lokal memiliki basis yang berbeda dan memiliki modal internal yang dominan
dibandingkan modal eksternal yang dimilikinya. Selanjutnya untuk melihat tingkat keterlibatan pemimpin lokal pada tahapan program menunjukkan
kecenderungan keterlibatan masing-masing pemimpin lokal cukup beragam lihat
Tabel 19 .
.
Tabel 19 . Tipologi Pemimpin Lokal Berdasarkan Basis dan Modal yang dimiliki
oleh Pemimpin Lokal.
Tipe Basis
Pemimpin Lokal
Modal Internal Tahapan Program
PL M.M
M.S M.E Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi
Tipe 1 Keturunan Rendah Rendah Rendah
V AR
Tipe 2 Pemerintahan Tinggi Tinggi Tinggi V
V V
YT Tipe 3 Agama
Tinggi Tinggi Rendah V
DM Tipe 4 Terpelajar
Tinggi Rendah Rendah V
AQ
Ket : 1. M.M = Modal Manusia 2. M.S = Modal Sosial
3. ME = Modal Ekonomi 4. PL = Pemimpin Lokal
Tabel 19
menunjukkan bahwa masing-masing pemimpin lokal memiliki kecenderungan yang berbeda dalam keterlibatannya pada tahapan program. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat empat tipologi pemimpin lokal. Pertama, pemimpin lokal tipe 1 yang memiliki basis keturunan dan memiliki
modal manusia, sosial, ekonomi yang lebih rendah dibandingkan ketiga pemimpin lokal lainnya, lebih cenderung terlibat dalam tahap perencaaan. Hal ini
menunjukkan bahwa pemimpin lokal tersebut berpengaruh dan terlibat dalam tahapan program dikarenakan kemampuan, pengalaman, dan tingkat pendidikan
yang dimiliki pemimpin lokal. Selain itu dikarenakan posisi AR yang lebih
kepada sesepuh desa, sehingga beliau hanya sering terlibat dalam tahap perencanaan untuk diminta pendapatnya sebelum program dilaksanakan.
Kedua, pemimpin lokal tipe 2 yaitu pemimpin lokal yang memiliki basis pemerintahan dan memiliki modal manusia, sosial, ekonomi yang paling tinggi
dibandingkan ketiga pemimpin lokal lainnya, cenderung terlibat dalam semua tahapan program perencanaan, pelaksanaan, evaluasi. Pemimpin lokal tipe ini
diwakili oleh pemimpin lokal YT. Hal ini menunjukkan bahwa pemimpin lokal tersebut berpengaruh dan terlibat dalam semua tahapan program dikarenakan
pengalaman, tingkat pendidikan, dan khususnya kemampuan yang dimiliki pemimpin lokal.
Ketiga, pemimpin lokal tipe 3 yaitu pemimpin lokal yang memiliki basis agama dan memiliki modal manusia dan sosial yang sama dan lebih tinggi dari
modal ekonominya, cenderung terlibat dalam tahap evaluasi. Pemimpin lokal tipe ini diwakili oleh DM. Pemimpin lokal DM yang memiliki jumlah yang sama
untuk indeks pengaruh modal manusia dan modal sosial. Nilai indeks yang sama ini menunjukkaan bahwa pemimpin lokal dengan basis agama dalam pengaruhnya
dengan keterlibatannya dalam tahap evaluasi, selain memanfaatkan modal manusia yang dimilikinya, juga memanfaatkan akumulasi kemampuan jaringan
yang dimilikinya serta dukungan grup kolektif dan reputasi yang baik.lahir berdasarkan basis keturunan, pemerintahan dan terpelajar, cenderung memiliki
modal manusia yang paling tinggi, terkecuali DM. Dengan kata lain, ketiga pemimpin lokal tersebut berpengaruh dan terlibat dalam tahapan program
dikarenakan kemampuan, pengalaman, dan tingkat pendidikan yang dimiliki pemimpin lokal. Keterlibatan pemimpin lokal pada tahap evaluasi menurut
responden cukup tinggi dikarenakan DM sebagai agama sering diminta pendapatnya untuk mengevaluasi jalannya program. Apabila melihat modal
internal yang dimiliki DM, pemimpin lokal DM memiliki indeks pengaruh modal sosial dan modal manusia yang sama. Dengan demikian, pemimpin lokal DM
selain memiliki kemampuan, DM juga memiliki jaringan dalam mengkontrol jalannya program, selain itu DM juga memiliki dukungan dan reputasi yang baik
sehingga evaluasi yang dilakukan oleh pemimpin lokal DM dapat diterima masyarakat.
Keempat, pemimpin lokal tipe 3 yaitu pemimpin lokal yang memiliki basis agama dan memiliki modal manusia yang tinggi serta modal sosial dan ekonomi
yang rendah, cenderung terlibat dalam tahap pelaksanaan. Pemimpin lokal tipe ini diwakili oleh AQ. Hal ini dikarenakan posisi AQ sebagai bedahara TPK sehingga
menuntut AQ untuk terlibat langsung dalam pembangunan infrastruktur, selain itu AQ memiliki modal manusia yang tinggi, dimana kemampuan yang dimilikinya
dapat mendorong keterlibatannya pada tahap pelaksanaan. Adapun jika melihat tipologi berdasarkan sintesis analisa Casey, maka
ditemukan bahwa tipologi pemimpin lokal pada Desa Dramaga yaitu berada pada tipologi modal manusia dan modal moral. Tipologi ini menunjukkan bahwa
pengaruh pemimpin lokal didasari oleh kemampuan yang dimilikinya dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin, tingkat pendidikan. pengalamannya
baik pada bidang maupun di luar bidangnya, serta didukung oleh opini positif masyarakat tentang pemimpin lokal tersebut. Hal ini sesuai dengan penelitian tesis
Yanti 2004 mengenai Peran Tokoh Adat dalam Mengkomunikasikan Usaha Pengelolaan dan Pelestarian Hutan di Sumatra Barat. Dengan demikian
kemampuan dalam diri pemimpin lokal yang didukung kepercayaan masyarakat merupakan faktor penting yang mendukung pemimpin lokal tersebut dapat
berpengaruh terhadap masyarakat Desa Dramaga, Kecamatan Dramaga.
BAB VIII PEMIMPIN LOKAL DAN PEMBANGUNAN DALAM PERSPEKTIF
PERUBAHAN SOSIAL
Program pembangunan lahir sebagai wadah untuk mewujudkan pembangunan. Pembangunan sendiri tidak terlepas dari perubahan sosial
didalamnya. Pada Desa Dramaga, program pembangunan yang terealisasikan melalui program PNPM Mandiri Perdesaan adalah pembangunan sarana irigasi
dan Mandi Cuci Kakus MCK. Terealisasinya program ini tidak terlepas dari perspektif perubahan sosial yaitu matrealistik dan idealistik.
Perubahan pada perspektif matrealistik dapat terlihat pada demografi desa. Desa Dramaga mengalami kenaikan penduduk yang cukup tinggi sehingga
menyebabkan terjadinya konversi lahan pertanian menjadi pemukiman. Hal ini menyebabkan masyarakat mencari mata pencaharian lain, dikarenakan lahan
pertanian mulai menipis. Kondisi ini mendorong Desa Dramaga mengalami urbanisasi. Gejala urbanisasi ini memang berdampak pada terjadinya konversi
lahan, namun seiring dengan hal tersebut, masyarakat juga mulai paham akan pentingnya sanitasi. Oleh sebab itu masyarakat mengusulkan untuk dibangunnya
sarana MCK. Selain demografi desa, apabila dilihat dari perspektif idealistik, sebagian
warga Desa Dramaga khususnya di daerah kampung manggis masih mempertahankan potensi pertanian dan perikanan disana. Hal ini dikarenakan
adanya aspek sejarah Desa Dramaga, yaitu dulu Desa merupakan desa yang memiliki potensi unggulan perikanan gurame dan pertanian. Keinginan
masyarakat untuk mengembalikan Desa Dramaga menjadi Desa yang memiliki potensi unggulan tersebut merupakan salah satu latar belakang diajukannya
pembangunan saluran irigasi pada program PNPM Mandiri Perdesaan. Diajukannya kedua pembangunan tersebut merupakan keinginan dari
masyarakat yang mana dalam keberhasilan program ini tentunya tidak terlepas dari peran pemimpin lokal di dalamnya. Pada Desa Dramaga terdapat empat
pemimpin lokal dengan basis yang berbeda serta kepemilikan modal yang berbeda pula. Perbedaan basis dan kepemilikan modal ini akhirnya mempengaruhi