Modal Sosial Modal Internal

6.1.2. Modal Sosial

Modal berikutnya setelah modal maunisa dalam kategori modal internal adalah modal sosial. Modal Sosial merupakan modal yang terdiri dari tiga indikator, yaitu dukungan grup kolektif, jaringan, dan reputasi. Masing-masing pemimpin lokal memiliki nilai indeks modal sosial yang berbeda, untuk melihat nilai indeks total modal yang dimiliki pemimpin lokal, maka perlu dilihat nilai indeks dari setiap indikator.lihat Tabel 7 Tabel 7. Nilai Indeks Modal Sosial Masing-masing Pemimpin Lokal Indikator Pemimpin Lokal AR YT DM AQ Dukungan grup kolektif 0,69 1,24 0,8 0,24 Jaringan 1,00 1,87 Reputasi 0,31 1,09 - 0,07 0,05 Total 1,00 3,33 2,6 0,29 Pada Tabel 7 dapat terlihat bahwa nilai Indeks Modal Sosial yang paling tinggi dimiliki oleh YT. Pemimpin lokal YT mempunyai modal sosial yang lebih tinggi dibandingkan ketiga pemimpin lokal lainnya, khususnya pada indikator dukungan grup kolektif yang mana menjukkan bahwa YT memiliki dukungan dari masyarakat yang cukup tinggi. Sedangkan pemimpin lokal DM memiliki modal manusia dengan total nilai indeks 2,6 2 . Tidak terlalu jauh dengan nilai yang dimiliki YT, hanya yang menarik adalah pada indikator reputasi, DM memiliki nilai indeks terendah yaitu – 0,07. Walaupun memiliki nilai terendah pada indikator reputasi, DM memiliki nilai indeks tertinggi pada indikator jaringan. Hal ini dapat terlihat dilapangan bahwa pemimpin lokal DM memiliki jaringan yang cukup baik di luar desa. Nilai pada setiap indikator tentunya dipengaruhi oleh jawaban responden terhadap tingkatan jawaban. Salah satu indikator dari modal sosial adalah dukungan grup kolektif. Dukungan grup kolektif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dukungan masyarakat, kelompok, maupun individu kepada pemimpin lokal baik berbentuk sikap yang tidak membantah dan mendukung kebijakan pemimpin lokal. Persentase dari jawaban reponden pada kuesioner menunjukkan 2 Nilai indeks tertinggi modal sosial adalah 6 dan terendah adalah -6, sedangkan nilai indeks tertinggi pada masing-masing indikator adalah 2 dan terendah adalah -2 bahwa responden menjawab bahwa pemimpin lokal AQ, DM, dan AR memiliki dukungan grup kolektif yang cukup mendukung kepemimpinan mereka. Sebanyak 48,5 persen responden menjawab cukup mendukung untuk pemimpin lokal AQ dan sebanyak 24,2 persen untuk pemimpin lokal DM dan AR. Pada pemimpin lokal AQ, dukungan grup kolektif yang dimilikinya khususnya dari kalangan pemuda dan pemerintahan desa. Hal ini ditunjukkan dari terpilihnya AQ menjadi pengurus PNPM Mandiri Perdesaan. Meskipun pada awalanya terpilihnya AQ menjadi pengurus dikarenakan rekomendasi dari Kepala Desa, namun saat pemilihan berikutnya AQ kembali dipilih oleh warga. Hal ini dikarenakan AQ sudah dipercaya dan dianggap mampu serta tidak akan menyelewengkan dana. Sedangkan pada pemimpin lokal DM, dukungan grup kolektif yang dimiliki lebih banyak dari kalangan elit agama, terutama dari perkumpulan kyai dan ustadz baik dalam lingkup Desa Dramaga, maupun di sekitar tempat tinggalnya di Situ Leutik. Salah satu bentuk dukungan dari grup kolektif tersebut adalah warga maupun perkumpulan kyai dan ustadz biasanya selalu mendukung kebijakan maupun tindakan dan aktivitas DM, bahkan bentuk dukungan tersebut tercermin dari sikap warga setempat yang sering mencium tangan DM jika bertemu. Sementara pada pemimpin lokal AR, grup kolektif yang mendukung AR adalah hanya dari kalangan warga setempat. Hal ini dikarenakan usia AR yang sudah sepuh sehingga AR lebih banyak dirumah atau mengunjungi kantor desa dan bersosialisasi dengan warga sekitar tempat tinggalnya yaitu Kampung Manggis dan Dramaga Pasar, sedangkan warga daerah Dramaga Tanjakkan dan Situ Leutik kurang mengenal AR. Berbeda dengan ketiga pemimpin lokal lainnya, sebanyak 45,5 persen responden yang menjawab dukungan grup klolektif yang dimiliki oleh YT yaitu sangat mendukung. Pemimpin lokal YT sebagai Kepala Desa dalam menjalankan tugasnya memiliki dukungan grup kolektif yang terlihat dari sikap masyarakat yang lebih cenderung setuju dengan tindakan dan kebijakan yang diambil oleh kepala desa, jika terjadi persengketaan, biasanya kepala desa yang akan menyelesaikan dan masyarakat menerima keputusan tersebut. Indikator selanjutnya adalah jaringan. Jaringan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kekuatan dan keluasan jaringan yang dimiliki oleh pemimpin lokal. Kekuatan jaringan masing-masing pemimpin lokal dapat dilihat dari persentase jawaban responden. Pada pemimpin lokal YT dan DM, responden menjawab bahwa kedua pemimpin lokal ini memiliki jaringan yang kuat. Hal ini ditunjukkan dengan persentase 97,0 persen responden menjawab jaringan yang dimiliki oleh YT sangat kuat. Jawaban responden ini sedikit berbeda dengan yang terjadi di lapangan. Sejauh ini YT tidak terlalu mempunyai jaringan keluar desa. Pemimpin lokal YT juga tidak terlalu fokus mengurusi hal-hal di luar desa, jika YT harus pergi ke kecamatan pun hal tersebut dikarenakan untuk kepentingan desa. Namun untuk jaringan di dalam desa, YT cukup dapat membangun jaringan sosial yang baik, hal ini telihat dari cukup banyaknya masyarakat dari beragam golongan seperti tokoh masyarakat maupun ulama antar kampung yang memiliki hubungan baik dengan YT. Pada pemimpin lokal DM sebanyak 42,4 persen responden menjawab bahwa pemimpin lokal DM memiliki jaringan sangat kuat, hal ini sesuai dengan fakta di lapangan. Kuatnya jaringan yang dimiliki oleh DM terlihat dari DM yang masih mempunyai jaringan dengan warga di Jasinga, kemudian dengan perkumpulan pengajian atau ta’lim salah satu tokoh partai politik dan sebagai anggota dari salah satu partai politik. Berbeda dengan kedua pemimpin lokal di atas, sebanyak 39,4 persen responden menjawab bahwa jaringan yang dimiliki AR cukup kuat. Hal ini sesuai dengan fakta di lapangan bahwa jaringan beliau yang terbatas yaitu hanya kalangan masyarakat desa saja. Sama halnya dengan pemimpin lokal AR, sebanyak 63,6 persen responden menjawab pemimpin lokal AQ memiliki jaringan cukup kuat. Pada dasarnya AQ tidak mempunyai jaringan yang luas, beliau hanya sering berinteraksi dengan warga desa atau warga sekitar tempat tinggalnya saja, AQ juga sudah lama tidak begitu aktif di Yoda Club Bogor karena beliau ingin fokus pada PNPM Mandiri Perdesaan. Indikator terakhir dari modal sosial adalah reputasi. Reputasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sejauh mana pemimpin lokal dikenal atau familiar dimasyarakat. Adapun melihat persentase jawaban reponden pada kuesioner, terlihat bahwa pada pemimpin lokal AQ, DM, dan AR disebut oleh responden sebagai pemimpin lokal yang cukup dikenal. Persentase responden yang menjawab hal tersebut masing-masing secara berurutan pada pemimpin lokal AQ, DM, dan AR adalah 60,6 persen; 36,4 persen; dan 33,3 persen. Merujuk pada persentase tersebut, menjelaskan bahwa sebenarnya pemimpin lokal AQ kurang begitu dikenal oleh warga desa. Walaupun pada jajaran sesepuh dan elit desa, AQ cukup dikenal dikarenakan kepiawaian dan tanggung jawabnya dalam bekerja. Sama halnya dengan AQ, pemimpin lokal DM pun didominasi oleh jawaban responden yang menyebutkan bahwa pemimpin lokal DM cukup dikenal. Pemimpin lokal DM memiliki reputasi yang baik dikalangan warga, meskipun DM lebih banyak dikenal dikalangan elit agama, hal ini juga dikarenakan posisi YT sebagai ustadz. Pada pemimpin lokal AR, reputasi AR dapat tergolong cukup rendah walaupun nilai indeksnya tidak serendah AQ. Sebanyak 33,3 persen responden memang menjawab AR cukup dikenal namun sebanyak 60,6 persen responden menjawab tidak tahu tentang pemimpin lokal AR. Hal ini dikarenakan kondisi fisik beliau yang menyebabkan kurangnya AR bersosialisasi dengan warga, sehingga AR hanya dikenal oleh para elit desa saja. Berbeda dengan ketiga pemimpin lokal lainnya, sebanyak 54,5 persen responden menjawab bahwa pemimpin lokal YT dikenal oleh warga. Pemimpin lokal YT familiar dikalangan warganya. Hal ini telihat dari kepemimpinan YT sebagai ketua RT dan setelah menjadi Kepala Desa tetap disambut positif oleh warganya bahkan juga di RT dan di kampung lain. Hal ini juga diungkapkan secara pribadi oleh pemimpin lokal DM, bahwa YT merupakan Kepala Desa yang bijak dan perhatian terhadap warganya. Sehingga YT dikenal sebagai kepala desa yang peduli dan bertanggung jawab, walaupun beberapa masyarakat jarang bertemu dengan Kepala Desa karena letak rumah mereka jauh dari kantor desa, mereka tetap mengenal Kepala Desa dan mengakui kepemimpinan beliau.

6.1.3. Modal Ekonomi

Dokumen yang terkait

Pemberdayaan Usaha Kecil Dan Menengah (UKM) Masyarakat Desa Melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri

2 85 78

Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri Pedesaan terhadap Pembangunan Desa di desa Suka Damai.

12 108 132

Respon Masyarakat Terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di Kecamatan Onan Runggu Kabupaten Samosir

2 40 130

Respon Masyarakat Terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir

4 59 100

Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Bidang Agribisnis Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sipogu Kecamatan Arse Kabupaten Tapanuli Selatan.

0 50 136

Sosialisasi Pemanfaatan Fasilitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan (Study Deskriptif di Desa Purbadolok, Kecamatan Doloksanggul, Kabupaten Humbanghasundutan)

4 63 111

Respon Masyarakat Terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Di Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir

4 65 98

Partisipasi Masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Nasional (PNPM) Mandiri Perdesaan (Studi Deskriftif di Kelurahan Aek Simotung, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara)

0 62 148

Partisipasi Masyarakat Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP)Di Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara

4 84 264

Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan di Desa Dolok Hataran Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun

0 55 76