Modal Institusi Modal Eksternal

pemasukkan hanya didapatkan dari mengajar di pesantren atau jika mengisi di kegiatan talim yang diadakan salah satu tokoh partai politik. Sama halnya dengan AR. Persentase responden yang menjawab bahwa dukungan ekonomi yang dimiliki AR adalah sedikit mendukung sebanyak 39.0. Hal ini dikarenakan kondisi ekonomi AR tidak terlalu baik. Penghasilan tetap AR adalah gaji sebagai guru. Namun untuk membiayai kehidupannya, selain dari gaji, AR juga memiliki sawah yang AR kelola sendiri serta tentunya bantuan ekonomi dari anak-anaknya yang sudah bekerja maupun yang sudah berkeluarga. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa modal ekonomi memiliki pengaruh yang sedikit pada kepemimpinan pemimpin lokal dalam memberikan pengaruh kepada masyarakat Desa Dramaga.

6.2. Modal Eksternal

Selain modal internal, modal yang berpengaruh terhadap kepemimpinan seorang pemimpin lokal adalah modal eksternal. Modal eksternal merupakan modal yang berasal dari luar diri pemimpin lokal tersebut. Modal eksternal terdiri dari empat modal yaitu modal institusi, modal simbolik, modal budaya, dan modal moral. Lebih jelasnya pembahasan masing- masing modal akan dibahas pada pembahasan dibawah ini.

6.2.1. Modal Institusi

Modal institusi merupakan modal pertama dalam kategori modal eksternal. Modal ini terdiri dari tiga indikator yaitu dukungan institusi, ideologi institusi, dan pengaruh institusi. Masing-masing pemimpin lokal memiliki nilai indeks yang beragam terkait dengan nilai indeks total modal institusi yang dimiliki. Total nilai indeks modal institusi yang dimiliki masing-masing pemimpin lokal tidak terlepas dari nilai indeks masing-masing indikator lihat Tabel 9. Tabel 9 . Nilai Indeks Modal Institusi pada Masing-masing Pemimpin Lokal. Indikator Pemimpin Lokal AR YT DM AQ Dukungan Institusi -2 1,64 -2 -0,81 Ideologi Institusi -2 0,03 -2 -0,95 Pengaruh Institusi -2 1,88 -2 -0,09 Total -6 3.55 -6 -1.85 Pada tabel di atas terlihat bahwa YT memiliki modal institusi yang paling tinggi dibandingkan pemimpin yang lainnya, yaitu 3,55 3 . Hal ini dikarenakan posisi YT sebagai Kepala Desa yang langsung berkaitan dengan institusi pemerintahan. Selanjutnya diikuti oleh AQ sebagai pengurus PNPM, walaupun nilai indeks yang dimiliki tidak tinggi, namun masih ada kaitan dengan institusi pemerintahan. Sangat berbeda dengan DM dan AR. Kedua pemimpin lokal ini sama sekali tidak memiliki modal institusi terlihat dari jumlah nilai yang mereka miliki. Hal ini dikarenakan mereka memang sama sekali tidak terlibat dengan institusi. Indikator pertama dalam modal institusi adalah dukungan institusi. Dukungan institusi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dukungan yang diberikan institusi kepada pemimpin dalam menjalankan kebijakan-kebijakan pemimpin lokal tersebut. Adapun jika melihat persentase jawaban responden pda kuesioner menunjukkan bahwa pemimpin lokal YT sebagai Kepala Desa tentunya memiliki dukungan institusi yang cukup baik. Sebanyak 81,8 persen responden menjawab cukup mendukung. Hal ini merujuk dari posisi YT sebagai Kepala Desa yang didukung oleh institusi formal yaitu pemerintahan desa. Sebagai Kepala Desa, pemerintahan desa sendiri sudah tentu memberikan kewenangan kepada Kepala Desa untuk mengeluarkan kebijakan-kebijakan dalam melaksanakan tugasnya. Kebijakan serta keputusan Kepala Desa menjadi suatu keputusan yang harus dijalankan oleh warga desa. Sama halnya dengan pemimpin lokal AQ. Sebanyak 51,5 persen responden menjawab dukungan institusi yang dimiliki AQ adalah sedikit mendukung. Pemimpin lokal AQ yang terpilih menjadi panitia PNPM Mandiri Perdesaan sudah tentu terikat pada institusi pemerintah. Adanya legalitas dari pemerintahan desa kepada AQ sebagai pengurus PNPM Mandiri Perdesaan memudahkan beliau dalam menggerakkan pemuda desa untuk ikut serta membantu program. Cukup berbeda dengan pemimpin lokal DM dan AR. Dalam kepengurusan desa, pemimpin lokal DM tidak terlibat sama sekali. Hal ini didukung oleh 3 Nilai indeks tertinggi pada modal institusi adalah 6 dan terendah adalah -6. Sedangkan nilai indeks tertinggi pada masing-masing indikator adalah 2 dan terendah -2 pernyataan responden yaitu sebanyak 45,5 persen menjawab tidak mendukung. DM memang merupakan anggota dari salah satu partai politik, untuk itu DM didukung oleh institusi dari luar yaitu partai politik tersebut, tetapi dukungan tersebut tidak berpengaruh terhadap kepemimpinan DM di Desa Dramaga. Kalaupun ada pengaruhnya, pengaruh tersebut lebih kepada untuk menambah wawasan DM dan mendapatkan pengakuan dari masyarakat desa bahwa DM juga berkiprah didunia politik, yang mana rata-rata masyarakat tidak berkecimpung didalamnya. Begitu pula dengan pemimpin lokal AR. Pemimpin lokal AR juga tidak terlibat dalam institusi yang berada di desa. Sebanyak 39,4 persen responden menjawab tidak mendukung . Hal ini menunjukkan memang tidak ada dukungan dikarenakan pemimpin lokal tidak terlibat dalam institusi pemerintahan desa. Walaupun diawal dijelaskan bahwa AR merupakan ketua perkumpulan orang tua murid, hal ini dianggap bukan sebuah institusi tersendiri melainkan merupakan organisasi yang hanya memiliki lingkup sekolah saja bukan masyarakat, sehingga kedudukan yang beliau miliki tidak dapat mempengaruhi masyarakat desa. Indikator berikutnya adalah ideologi institusi. Ideologi institusi adalah kesesuaian pemimpin lokal dalam menjalankan kebijakan-kebijakannya dengan ideologi dari institusi tersebut. Sebanyak 97,0 persen responden mengatakan bahwa ideologi yang dibawa oleh YT cukup sesuai dengan ideologi dari institusi yang mana YT termasuk didalamnya, yaitu pemerintah desa. Pemimpin lokal YT sebagai Kepala Desa, sudah tentu kebijakan-kebijakan dari Kepala Desa tidak menyimpang dari tugas dan wewenang Kepala Desa seharusnya, sehingga dalam hal ini, YT tetap menjalankan tugasnya sesuai dengan aturan yang berlaku dan tetap memperjuangkan aspirasi warga desa. Tidak begitu jauh berbeda dengan pemimpin lokal AQ. Responden yang menyatakan bahwa ideologi institusi yang dibawa oleh pemimpin lokal AQ sedikit sesuai sebanyak 54,6 persen yaitu lebih dari setengah responden. Hal ini sesuai dengan yang terjadi dilapangan dimana kebijakan maupun keputusan- keputusan AQ sesuai dengan ideologi yang dibawa oleh institusi, seperti misalnya pembangunan infrastruktur melalui PNPM Mandiri Perdesaan harus disertai dengan swadaya masyarakat didalamnya. Sehingga dalam tindakan dan kebijakan AQ pun mengarah kepada pelaksanaan program yang juga disertai dengan swadaya masyarakat. Berbeda dengan pemimpin lokal DM dan AR. Walaupun responden menyebutkan bahwa ideologi yang dibawa DM dan AR tidak sesuai sebesar masing-masing 45,5 persen dan 39,4 persen, ini diinterpretasikan sebagai tidak adanya ideologi, dikarenakan dari awal pemimpin lokal DM dan AR tidak memiliki dukungan institusi. Indikator yang terakhir adalah pengaruh institusi. Pengaruh institusi adalah sejauh mana institusi memberikan pengaruh positif kepada pemimpin lokal, baik dalam hal pengaruhnya kepada masyarakat maupun dalam pelaksanaan kebijakan. Pada pemimpin lokal YT, pengaruh institusi yang diberikan terhadap kepemimpinan YT cukup tinggi. Sebanyak 94,0 persen responden menjawab sangat berpengaruh. Hal ini juga terlihat dimana posisi YT sebagai Kepala Desa tentunya memberikan pengaruh yang positif terhadap kepemimpinan YT, karena dengan status yang diberikan oleh institusi ini, YT menjadi tokoh yang kebijakan dan keputusannya dianjurkan untuk diikuti oleh masyarakat desa. Selanjutnya pada pemimpin lokal AQ, pengaruh dari institusi terlihat cukup berpengaruh, hal ini terlihat dari jumlah responden yang menjawab sebanyak 60,6 persen. PNPM Mandiri Perdesaan memberikan pengaruh positif kepada AQ untuk menggerakkan pemuda. Hal ini dikarenakan PNPM Mandiri Perdesaan memberikan legalitas resmi terkait kedudukan AQ. Pemimpin lokal DM tidak memiliki pengaruh dari institusi, hal ini dikarenakan beliau tidak terlibat pada institusi apapun didalam desa. Hal ini juga terjadi dengan pemimpin lokal AR, walaupun dalam data terdapat responden yang menjawab tidak berpengaruh masing-masing 45,5 persen dan 39,4 persen, hal ini diartikan bahwa DM dan AR tidak memiliki pengaruh institusi dikarenakan tidak memiliki dukungan institusi sebelumnya.

6.2.2. Modal Simbolik

Dokumen yang terkait

Pemberdayaan Usaha Kecil Dan Menengah (UKM) Masyarakat Desa Melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri

2 85 78

Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri Pedesaan terhadap Pembangunan Desa di desa Suka Damai.

12 108 132

Respon Masyarakat Terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di Kecamatan Onan Runggu Kabupaten Samosir

2 40 130

Respon Masyarakat Terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir

4 59 100

Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Bidang Agribisnis Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sipogu Kecamatan Arse Kabupaten Tapanuli Selatan.

0 50 136

Sosialisasi Pemanfaatan Fasilitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan (Study Deskriptif di Desa Purbadolok, Kecamatan Doloksanggul, Kabupaten Humbanghasundutan)

4 63 111

Respon Masyarakat Terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Di Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir

4 65 98

Partisipasi Masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Nasional (PNPM) Mandiri Perdesaan (Studi Deskriftif di Kelurahan Aek Simotung, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara)

0 62 148

Partisipasi Masyarakat Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP)Di Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara

4 84 264

Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan di Desa Dolok Hataran Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun

0 55 76