Strategi Pembelajaran Peta Konsep

Gambar 2.2 Peta konsep yang memperlihatkan konsep yang berkaitan 44 b. Ciri-Ciri Peta Konsep Pemahaman terhadap peta konsep dapat lebih jelas, maka Tianto, 45 mengemukakan ciri-ciri peta konsep sebagai berikut: 1 Peta konsep atau pemetaan konsep adalah suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep dan proposisi-proposisi suatu studi, apakah itu bidang fisika, kimia, biologi, matematika. Dengan menggunakan peta konsep, siswa dapat melihat bidang studi itu lebih jelas dan mempelajari bidang studi itu lebih bermakna. 2 Suatu peta konsep merupakan gambar dua dimensi dari suatu bidang studi, atau suatu bagian dari bidang studi. Ciri inilah yang dapat memperlihatkan hubungan-hubungan proporsional antara konsep- konsep. 3 Tidak semua konsep mempunyai bobot yang sama. Ini berarti ada konsep yang lebih inklusif dari pada konsep-konsep yang lain. 4 Bila dua atau lebih konsep digambarkan dibawah suatu konsep yang lebih inklusif, terbentuklah suatu hirarki pada peta konsep tersebut. 44 Zulfiani, Op. Cit, h. 30 45 Trianto, Op.Cit, h. 159 Makhluk hidup tumbuhan hewan air molekul gerak panas padat hewan gas cair dapat dapat mengandung mengandung Dalam keadaan Meningkat karena beruba dapat dapat dapat Ciri-ciri tersebut di atas menunjukkan sebaiknya peta konsep disusun secara hirarki, artinya konsep yang lebih inklusif diletakkan pada puncak peta, makin ke bawah konsep-konsep diurutkan menjadi konsep yang kurang inklusif. Dalam IPA peta konsep membuat informasi abstrak menjadi konkret dan sangat bermanfaat meningkatkan ingatan suatu konsep pembelajaran, dan menunjukkan pada siswa bahwa pemikiran itu mempunyai bentuk. c. Menyusun Peta Konsep Pembuatan peta konsep dilakukan dengan membuat suatu sajian visual atau suatu diagram tentang ide-ide penting atau suatu topik tertentu dihubungkan satu sama lain. Peta konsep mirip peta jalan, namun peta konsep menaruh perhatian pada hubungan antara ide-ide, bukan hubungan antar tempat. Terdapat beberapa langkah penyusunan peta konsep, yaitu: 46 1 Pilihlah satu bacaan dari buku pelajaran 2 Tentukan konsep-konsep yang relevan 3 Urutkan konsep-konsep itu dari yang paling tidak inklusif atau contoh- contoh. 4 Susunlah konsep-konsep itu di atas kertas, mulai dengan konsep yang paling inklusif di puncak ke konsep yang paling tidak inklusif. 5 Hubungkanlah konsep-konsep itu dengan kata atau kata-kata penghubung. 46 Zulfiani, Op. Cit, h. 31 Trianto memberikan langkah-langkah dalam pembuatan peta konsep sebagai berikut: Tabel 2.1 . Langkah-langkah dalam membuat peta konsep 47 Langkah 1 Mengidentifikasi ide pokok atau prinsip yang melingkupi sejumlah konsep. Contoh: ekosistem Langkah 2 Mengidentifikasi ide-ide atau konsep-konsep sekunder yang menunjang ide utama. Contoh: individu, populasi, dan komunitas. Langkah 3 Tempatkan ide-ide utama di tengah atau dipuncak peta tersebut. Langkah 4 Kelompokkan ide-ide sekunder di sekeliling ide utama yang secara visual menunjukkan hubungan ide-ide tersebut dengan ide utama d. Macam-Macam Peta Konsep Peta konsep ada empat macam, yaitu pohon jaringan network tree, rantai kejadian events chain, peta konsep siklus cycle concept map, dan peta konsep laba-laba spider concept map. 48 1 Pohon Jaringan Network Tree Ide-ide pokok dibuat dalam persegi empat, sedangkan beberapa kata yang lain ditulis pada garis-garis penghubung. Garis-garis pada peta konsep menunjukkan hubungan antara ide-ide itu. Kata-kata yang ditulis pada garis memberikan hubungan antara konsep-konsep. Pohon jaringan sesuai digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal berikut: - Menunjukkan sebab akibat - Suatu hirarki - Prosedur yang bercabang 47 Trianto, Op. Cit, h. 160 48 Ibid - Istilah-istilah yang berkaitan yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan-hubungan 49 G ambar 2.3. Peta konsep model pohon jaringan network tree 2 Rantai Kejadian Event Chain Peta konsep rantai kejadian dapat digunakan untuk memberikan suatu urutan kejadian, langkah-langkah dalam suatu prosedur, atau tahap-tahap dalam suatu proses. Rantai kejadian sesuai digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal: - Memberikan tahapan-tahapan suatu proses, - Langkah-langkah dalam suatu prosedur, - Suatu urutan kejadian 50 . Gambar 2.4. Peta konsep model rantai kejadian events chain 49 Ibid 50 Rohmawati, Op. Cit, h. 15 3 Peta Konsep Siklus Peta konsep siklus digunakan untuk rangkaian kejadian tidak menghasilkan suatu hasil final. Kejadian pada rantai itu menghubungkan kembali kejadian awal. Karena tidak ada hasil dan kejadian terakhir itu menghubungkan kembali kekejadian awal, siklus itu berulang dengan sendirinya. 51 Gambar 2.5. Peta Konsep Model Siklus 4 Peta Konsep Model Laba-Laba Spider Concept Map Peta konsep laba-laba dapat digunakan untuk curah pendapat. Melakukan curah pendapat ide-ide berangkat dari satu ide sentral, sehingga dapat memperoleh sejumlah ide besar yang bercampur aduk. Banyak dari ide-ide dan ini berkaitan dengan ide sentral itu tetapi belum tentu jelas hubungannya satu sama lain. Peta konsep laba-laba sesuai untuk mengevaluasikan hal-hal berikut: - Tidak menurut hirarki - Katagori yang tidak paralel - Hasil curah pendapat 52 51 Trianto Op. Cit, h. 163 52 Trianto Loc.Cit Gambar 2.6. Peta konsep model laba-laba 53 e. Kegunaan Peta Konsep Menurut Dahar 54 peta konsep diterapkan untuk berbagai tujuan. 1 Menyelidiki apa yang telah diketahui siswa. Belajar bermakna membutuhkan usaha yang sungguh-sungguh dari pihak siswa untuk menghubungkan pengetahuan baru dengan konsep- konsep relevan yang telah dimiliki. Guru harus mengetahui konsep- konsep apa yang telah dimiliki siswa, sedangkan para siswa diharapkan dapat menunjukkan konsep-konsep apa yang telah mereka miliki dalam menghadapi pelajaran baru itu. Dengan menggunakan peta konsep, guru dapat melaksanakan apa yang telah dikemukakan diatas sehingga pada para siswa diharapkan akan terjadi belajar bermakna. 2 Mempelajari Cara Belajar Dengan membuat peta konsep untuk mengambil sari dari apa yang mereka baca, baik buku teks maupun bacaan-bacaan lain, berarti meminta mereka membaca buku dengan seksama. Mereka tidak dapat dikatakan tidak berpikir. Untuk mengeluarkan konsep-konsep, kemudian menghubungkan konsep-konsep itu dengan kata 53 Ibid, h. 164 54 Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Erlangga, 2006, h. 110 Biologis Air Fisik tanah Kimiawi udara Penipisan ozon reboisasi Hujan asam daur ulang Pemanasan global pencemaran penghubung menjadi proporsi-proporsi yang bermakna, bukanlah tugas yang sambil lalu dapat dilakukan. 3 Mengungkapkan Miskonsepsi Dari peta konsep yang dibuat, ada kalanya ditemukan miskonsepsi yang terjadi dari dikaitkannya dua konsep atau lebih yang membentuk proporsi yang salah. f. Peta Konsep Sebagai Alat Evaluasi Peta konsep digunakan untuk menilai hubungan antara pemahaman konseptual dan penggunaan strategi untuk siswa biologi. 55 Peta konsep dapat digunakan untuk mengetahui pengetahuan siswa sebelum guru mengajarkan topik, menolong siswa bagaimana belajar, untuk mengungkapkan konsepsi salah miskonsepsi yang ada pada anak, dan sebagai alat evaluasi. Menurut Trianto, 56 peta konsep sebagai alat evaluasi didasarkan atas tiga prinsip dalam teori Ausubel, yaitu: 1 Struktur kognitif diatur secara hirarki dengan konsep-konsep dan proposisi-proposisi yang lebih inklusif, lebih umum, super koordinat terhadap konsep-konsep, dan proposisi-proposisi yang kurang inklusif dan lebih khusus. 2 Konsep-konsep dalam struktur kognitif mengalami diferensiasi progresif. Prinsip ini menyatakan bahwa belajar bermakna merupakan proses yang kontinu, dimana konsep-konsep baru memperoleh lebih banyak arti dengan dibentuk lebih banyak kaitan-kaitan proporsional. Jadi konsep-konsep tidak pernah tuntas dipelajari, tetapi selalu dipelajari, dimodifikasi, dan dibuat lebih inklusif. 3 Prinsip penyesuaian integratif menyatakan bahwa belajar bermakna akan meningkat bila siswa menyadari akan perlunya kaitan-kaitan baru antara segmen-segmen konsep atau proposisi. Dalam peta konsep 55 John R Mcclure, Brian Sonak, Hoi K. Suen, Concept Map Assasement Of Classroom Learning: Reliability, Validity, and Logistical Practicality, Journal Of Research In Science Teaching Vol 36, 1999, h. 2 56 Trianto Op.Cit, h. 164 penyesuaian integratif ini diperlihatkan dengan kaitan-kaitan silang antara segmen-segmen konsep. Peta konsep bertujuan untuk memperjelas pemahaman suatu bacaan, sehingga dapat dipakai sebagai alat evaluasi dengan cara meminta siswa untuk membaca peta konsep dan menjelaskan hubungan antara konsep satu dengan konsep lain dalam satu konsep. g. Rubrik Penilaian Peta Konsep Rubrik adalah alat yang digunakan untuk menilai keriteria yang kompleks dan subjektif, yang diartikulasikan dengan kriteria dan standar yang akan digunakan untuk mengevaluasi pekerjaan siswa. Rubrik dapat membantu membuat kriteria penilaian yang transparan. Kriteria penilaian peta konsep adalah: 1 Proposisi adalah hubungan dua konsep yang dihubungkan oleh kata penghubung. Proposisi dikatakan sahih jika menggunakan kata penghubung yang tepat. Untuk setiap proporsisi yang sahih diberi skor 1. 2 Hirarki adalah tingkatan dari konsep yang paling umum sampai konsep yang lebih umum dituliskan di atas dan konsep yang lebih khusus dituliskan di bawahnya. Hirarki dikatakan sahih jika urutan penempatan konsepnya benar. Untuk setiap hirarki yang yang sahih diberi skor 5. 3 Kaitan silang adalah hubungan yang bermakna antara suatu konsep pada suatu hirarki dengan konsep lain pada hirarki yang lainnya. Kaitan silang dikatakan sahih jika menggunakan kata penghubung yang tepat dalam menghubungkan dua konsep pada hirarki yang berbeda. Sementara itu, kaitan silang dikatakan kurang sahih jika tidak menggunakan kata penghubung yang tepat dalam menghubungkan kedua konsep sehingga antara kedua konsep tersebut menjadi kurang jelas. Untuk setiap kaitan silang yang sahih diberi skor 10. Sedangkan untuk setiap kaitan silang yang kurang sahih diberi skor 2. 4 Contoh adalah kejadian atau objek yang spesifik yang sesuai dengan atribut konsep. Contoh dikatakan sahih jika contoh tersebut tidak dituliskan di dalam kotak. Contoh bukanlah konsep untuk setiap contoh yang sahih diberi skor 1. 57 G G Gambar 2.7 penskoran peta konsep menurut novak dan gowin 58 57 Zahrotul Hayati, “Perbandingan Hasil Belajar Antara Siswa Yang Diajar Dengan Pembelajaran Konstruktivisme Teknik Mind Map dan Concept Map, ”Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2012, h, 24, tidak dipublikasikan 58 Calvin Hall, Center Of Learning: Concept Map Rubrics, http:centeach.uiowa.edumaterialsConcept20Map20Rubrics.pdf, h. 3 Concept map yang dijadikan acuan pembelajaran dikelas adalah sebagai berikut. G G a Gambar 2.8. Concept Map acuan 59

B. Hasil Penelitian Relevan

1. Mareta Dwi Satuti, yang berjudul pengaruh pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap hasil belajar kimia siswa. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap hasil belajar kimia siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan sampel diambil dari 2 kelas berbeda. Instrumen penelitian tersebut berupa tes objektif. Analisis penelitian menggunakan uji-t, didapatkan nilai t hitung = 4,47 dan nilai t tabel = 1,999. Dapat disimpulkan bahwa model 59 Martin J Eppler, A Comparison Between Concept Maps, Mind Maps, Conceptual Diagrams, And Visual Metaphors As Complementary Tools For Knowedge Contruction And Sharing, Information Visualization , 2006, Pp. 208 pembelajaran kooperatif tipe jugsaw memberikan pengaruh bagi siswa dalam mempelajari konsep laju reaksi dibandingkan siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode ekspositori. 60 2. Ahmad Ridwan, yang berjudul pengaruh pembelajaran dengan menggunakan peta konsep Concept Mapping terhadap hasil belajar bilogi Eksperimen di MTs Tarbiyausshibyan. Penelititan tersebut bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan peta konsep terhadap hasil belajar siswa, metode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan pengambilan sampel secara Random Sampling. Pengumpulan data menggunakan instrumen tes dengan tes objektif. Analisis data menggunakan teknik distribusi, Uji Fisher, Uji Chi Kuadrat dan Uji-t pada taraf 0,05. Dari perhitungan uji t-hitung diperoleh t hitung = 2,31 dan t tabel 1,67, karena t hitung dari t tabel maka dapat dikatakan hasil belajar biologi pada sistem saraf manusia dengan menggunakan peta konsep lebih tinggi dibandingkan dengan hasil pembelajaran biologi tanpa peta konsep. 61 3. Van Dat Ran dan Ramon, jurnal yang berjudul The Effects of Jigsaw Learning on Students’ Attitudes in a Vietnamese Higher Education Classroom, penelitian tersebut bertujuan untuk melihat pengaruh pembelajaran jigsaw terhadap prestasi belajar siswa, metode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan menggunakan kelas kontrol dan kelas eksperimen. Hasil yang didapat menyatakan bahwa intruksi dengan menggunakan model jigsaw lebih berpusat kepada siswa dan mengalami perbaikan secara signifikan lebih besar pada kedua prestasi dan langkah-langkah retensi dari pada siswa pada kelompok kontrol. 62 60 Mareta Dwi Satuti , “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Konsep Laju Reaksi ,” Skripsi Pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2011, h. 42-58, Tidak Dipublikasikan 61 Ahmad Ridwan , “Pengaruh Pembelajaran Dengan Menggunakan Peta Konsep Concept Map Terhadap Hasil Belajar Biologi Eksperimen Di Mts Tarbiyatusshibyan, Skripsi, Di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2005, h. 26-42 Tidak Dipublikasikan 62 Van Dat Ran Dan Ramon, The Effects Of Jigsaw Learning On Students’ Attitudes In A Vietnamese Higher Education Classroom, Journal Education, 1, 2012, Pp. 9 4. Indah Budi Lestari, skripsi yang berjudul pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap minat belajar siswa kelas X pada mata pelajaran biologi di MAN Babakan Lebaksiu Tegal, Semarang. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran biologi di MAN X Babakan Lebaksiu Tegal, penelitian menggunakan teknik survai dengan teknik regresi satu prediktor. Pengumpulan data menggunakan metode angket. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan analisis statistik dengan pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi dan korelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model kooperatif tipe jigsaw pada kelas X MAN Babakan berada dalam katagori cukup dengan rata-rata 66. Sedangkan minat belajar siswa kelas X pada mata pelajaran biologi juga dalam katagori cukup dengan rata-rata 65,92. Terdapat pengaruh positif antara model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap minat belajar yang ditunjukkan oleh analisis r xy = 0,6365. Dan uji hipotesis menggunakan analisis regresi sederhana. 63 5. Ayu Arsyi Rahayu, dengan judul skripsi pengunaan peta konsep untuk mengatasi miskonsepsi siswa pada konsep jaringan tumbuhan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan strategi pembelajaran peta konsep sebagai upaya untuk mengatasi miskonsepsi siswa sehingga terjadi penguasaan konsep siswa. Penelitian berupa penelitian tindakan kelas PTK dengan dua siklus. Hasil pengumpulan data dilakukan dengan tes, observasi dan rubrik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan peta konsep sangat efektif dalam mengurangi miskonsepsi siswa sehingga terjadi peningkatan penguasaan konsep siswa siklus I dan II. 64 63 Indah Budi Lestari, “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Minat Belajar Siswa Kelas X Pada Mata Pelajaran Biologi Di MAN Babakan Lebaksiu Tegal,” Skripsi pada Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, Semarang, 2009, h. 7-8 Tidak dipublikasikan 64 Ayu Arsyi Rahayu, “Penggunaan Peta Konsep Untuk Mengatasi Miskonsepsi Siswa Pada Konsep Jaringan Tumbuhan ,” Skripsi, pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2011, h. 38-72. Tidak dipublikasikan

C. Kerangka Berpikir

Pelajaran biologi berhubungan dengan memahami alam semesta secara sistematis, dalam pembelajaran biologi siswa diharapkan mampu menguasai fakta-fakta, konsep-konsep maupun prinsip-prinsip dan proses penemuan. Sehingga dalam mengembangkan pembelajaran biologi dikelas hendaknya ada keterlibatan aktif siswa dalam pembelajara, untuk menemukan sendiri pengetahuan melalui interaksinya dalam lingkungan. Sehingga untuk hal itu dalam proses pembelajaran seorang guru harus dapat mengembangkan berbagai kemampuan siswa. Seperti dengan menerapkan proses belajar bersama dengan teman sebaya dan guru hanya berperan sebagai fasilitator dan pembimbing. Dengan menerapkan pendekatan pembelajaran kooperatif Cooperative Learning dalam proses pembelajaran di kelas, siswa diberi kesempatan bersama dengan teman-teman sekelompoknya untuk saling belajar secara berkelanjutan. Siswa dibiasakan saling bekerjasama dalam proses belajar. Pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw siswa lebih diberi kesempatan untuk bekerja sama, untuk saling berpikir kemudian dibahas bersama, siswa juga diberi kesempatan untuk saling mengajarkan kepada teman lain dalam kelompoknya, saling mentransfer ilmu pengetahuannya. Dalam model ini, menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Model ini bisa pula digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan social, matematika, agama, dan bahasa. Model ini cocok untuk semua kelastingkatan. Berikut kelebihan-kelebihan model jigsaw: 1. meningkatkan hasil belajar 2. meningkatkan daya ingat 3. dapat digunakan untuk mencapai taraf penalaran tingkat tinggi 4. mendorong tumbuhnya motivasi 5. meningkatkan hubungan antarmanusia yang heterogen 6. meningkatkan sikap anak yang positif terhadap sekolah 7. meningkatkan sikap positif terhadap guru

Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep laju reaksi

1 20 162

PENGERUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA PADA KONSEP CAHAYA (KUASI EKSPERIMEN DI SDN CIRENDEU III, TANGERANG SELATAN)

1 5 177

Perbedaan Peningkatan Hasil Belajar Antara Siswa Yang Diajar Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dengan Pembelajaran Konvensional Pada Konsep Protista

0 18 233

Pengaruh startegi peta konsep (concept mapping) terhadap hasil belajar fisika siswa: studi quasi eksperimen di MTs Al-Mukhsin Cibinong

1 8 88

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui penerapan Metode Jigsaw Pada Pelajaran PKN Materi Perundang-undangan Tingkat Dan Daerah Siswa Kelas V SDN Pondok Kacang Timur 03

0 5 128

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN TEKNIK MERINGKAS MENGGUNAKAN PETA PIKIRAN TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA SMAN KELAS XI IPA DI KABUPATEN ACEH TAMIANG.

0 1 16

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW MENGGUNAKAN PETA KONSEP TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA SMA NEGERI 1 SEI BINGAI LANGKAT.

0 1 23

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN TEKNIK MERINGKAS CATATAN MENGGUNAKAN MIND MAP TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI DAN KECAKAPAN SOSIAL MAHASISWA.

0 0 28

PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PETA KONSEP (CONCEPT MAP) PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PETA KONSEP (CONCEPT MAP) DENGAN MEDIA VISUAL POKOK MATERI EKOSISTEM PADA SISWA

0 0 14

PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW

0 0 7