bertatap muka
saling memberikan
informasi dan
saling membelajarkan.
d Partisipasi dan komunikasi antar anggota Participation
Communication, yaitu pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi.
e Evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwal waktu khusus bagi
kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama siswa agar selanjutnya dapat bekerjasama dengan lebih
efektif. Pembelajaran kooperatif siswa tidak hanya mempelajari materi
pembelajaran. Siswa juga harus mempelajari keterampilan interpersonal agar dapat bekerja sama secara produktif. Lundgren membagi
keterampilan kooperatif kooperatif menjadi tiga tingkatan, yaitu
18
: a
Keterampilan kooperatif tingkat awal, meliputi berbagai tugas, mendorong partisipasi dan mengundang orang lain untuk berbicara.
b Keterampilan kooperatif tingkat menengah, meliputi mendengarkan
dengan aktif, bertanya, membuat ringkasan dan menerima tanggung jawab.
c Keterampilan kooperatif tingkat mahir, meliputi mengelaborasi,
memeriksa ketepatan dan menetapkan tujuan. Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan
kerja dan tugas. Peran kerja dapat dibangun dengan mengembangkan komunikasi antar anggota kelompok sedangkan peranan tugas dilakukan
dengan membagi tugas antar kelompok selama kegiatan. Pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidaklah berjalan dengan
mulus meskipun rencana telah dirancang sedemikian rupa.
18
Zulfiani,Op.cit, h. 133
Hal-hal yang dapat menghambat proses pembelajaran terutama Cooperative Learning diantaranya adalah sebagai berikut:
19
a Kurangnya pemahaman pembelajaran mengenai pembelajaran
kooperatif. b
Jumlah peseta didik yang terlalu banyak yang mengakibatkan perhatian pembelajar terhadap proses pembelajaran relatif kecil
sehingga yang hanya segelintir orang yang menguasai arena kelas, yang lain hanya sebagai penonton.
c Kurangnya sosialisasi dari pihak terkait tentang teknik pembelajaran
kooperatif. d
Kurangnya buku sumber sebagai media pembelajaran. e
Terbatasnya pengetahuan peserta didik akan system teknologi dan informasi yang dapat mendukung proses pembelajaran.
4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
a. Pengertian Jigsaw
Model ini pertama kali dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot Aronson dan teman-temannya di Universitas Texas.
20
Metode ini memiliki dua versi tambahan, jigsaw II yang dikembangkan oleh Slavin
dan jigsaw III yang dikembangkan oleh Kagan. Arti jigsaw dalam bahasa inggris adalah gregaji ukir dan ada juga yang menyebutkan dengan istilah
puzzle yaitu sebuah teka teki menyusun potongan gambar. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini mengambil pola cara kerja sebuah gregaji, yaitu
siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab peserta didik terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain.
19
Martinis Yamin, Strategi Metode Dalam Model Pembelajaran, Jakarta: Referensi GP Press Grup, 2013, h. 95
20
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP, Jakarta: Kencana, 2010,
h. 73
Martinis Yamin mengungkapkan bahwa pembelajaran kooperatif model jigsaw merupakan model belajar kooperatif dengan cara peserta didik
saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan.
21
Jigsaw adalah upaya siswa membentuk kelompok-kelompok kecil untuk mencapai tujuan umum pembelajaran dengan cara memecahkan
masalah atau melakukan tugas dengan cara kerja kolektif.
22
Tujuan jigsaw adalah mengembangkan kerja tim, keterampilan belajar kooperatif dan penguasaan pengetahuan secara mendalam yang
tidak mungkin diperoleh siswa apabila siswa mempelajari materi secara individual.
23
Jigsaw dikatakan dapat meningkatkan jumlah partisipasi siswa karena a siswa tidak tertekan karena belajar, b meningkatkan
jumlah partisipasi siswa dalam kelas, c mengurangi dominasi guru dalam kelas.
24
Pelajar dalam kelompok jigsaw dianggap sebagai ahli dalam aspek tertentu dari topik-topik yang diteliti, dan diharapkan untuk berkontribusi
dalam memberikan pengetahuan yang tidak dimengerti anggota kelompok lainnya.
25
Pembelajaran model jigsaw ini dikenal juga dengan kooperatif para ahli. Karena nggota setiap kelompok dihadapkan pada permasalahan
yang berbeda. Tetapi permasalahan yang dihadapi setiap kelompok sama, setiap utusan dalam kelompok yang berbeda membahas materi yang
sama, disebut sebagai tim ahli yang bertugas membahas permasalahan
21
Yamin Op.Cit H. 92
22
Ali Gocer, A Comparative Research On The Effectivity Of Cooperative Learning Method and Jigsaw Technique On Teaching Literary Genres Jigsaw, Educational Research and
Reviews Vol. 5, 2010, Pp. 441
23
Arya Widi Kristiani, Efektifitas Metode Jigsaw Dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Pembelajaran Geografi, Jurnal Pendidikan Penabur. No 6, 2011, h. 57
24
Qiao Mengguo and Jin Xiaoling, Jigsaw Strategy As A Cooperative Learning Technique: Focusing On The Language Learners, Chines Journal Of Applied Linguistics
Bimonthly, Vol 33, No 4, 2010, Pp. 114
25
Yueh-Min Huang and Tieng-Chi Huang, Using Annotation Service In Ubiquitous Jigsaw Cooperative Learning Environment, From Educational Technology And Society 11 2, 3-
5, 2008, Pp 4
yang dihadapi, selanjutnya hasil pembahasan itu dibawa kekelompok asal dan disampaikan kepada anggota kelompoknya.
Lie mengungkapkan dalam teknik jigsaw ini, guru memperhatikan sekemata atau latar belakang pengalaman siswa agar bahan pelajaran
menjadi lebih bermakna.
26
Metode jigsaw menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 5 anggota. Setiap kelompok diberi informasi yang
membahas salah satu topik dari materi pelajaran siswa saat itu. Dari informasi yang diberikan pada setiap kelompok ini, masing-masing
anggota harus mempelajari bagian-bagian yang berbeda dari informasi tersebut. Misalnya jika kelompok A diminta mempelajari informasi
tentang novel, maka lima anggota kelompok didalamnya harus mempelajari bagian-bagian yang lebih kecil dari novel, seperti tema, alur,
tokoh, konflik, dan latar. Siswa mempelajari informasi tersebut dalam kelompoknya masing-
masing, kemudian setiap anggota yang mempelajari bagian-bagian ini berkumpul dengan anggota-anggota dari kelompok-kelompok lain yang
juga menerima bagian-bagian materi yang sama. Jika anggota dalam kelompok A mendapatkan tugas mempelajari alur, maka ia harus
berkumpul dengan siswa dalam kelompok B dan C yang membahas bagian yang sama. Perkumpulan siswa yang memiliki bagian informasi
yang sama dikenal dengan istilah “kelompok ahli expert group”. Dalam “kelompok ahli” ini, masing-masing siswa saling berdiskusi dan mencari
cara terbaik bagaimana cara menjelaskan informasi itu kepada teman- teman satu kelompoknya yang semula, dan masing-masing dari mereka
mulai menjelaskan bagian informasi tersebut kepada teman-teman satu kelompoknya.
27
26
Anita Lie, Cooperative Learning, Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2014, h. 69
27
Huda Op. cit, h. 121
Hubungan antara kelompok asli dan asal lihat gambar berikut:
Gambar 2.1. Ilustrasi Kelompok Jigsaw
28
tiap kelompok ahli memiliki satu anggota dari tim asal
b. Jenis Jigsaw dan Langkah-Langkah Pelaksanaannya
1 Jigsaw I
Metode jigsaw ini mirip dengan jigsaw II dalam sebagian besar aspeknya, tetapi juga mempunyai perbedaan penting. Dalam jigsaw I,
para siswa membaca bagian-bagian yang berbeda dengan yang dibaca oleh teman satu timnya. Ini memang berguna untuk membantu para
ahli menguasai informasi yang unik, sehingga membuat tim sangat menghargai kontribusi tiap anggotanya. Misalnya, dalam unit tentang
chile, satu siswa mungkin saja memiliki informasi tentang ekonomi chile, satu siswa yang lain tentang geografinya, yang ketiga tentang
sejarahnya, dan seterusnya. Untuk mengetahui segala sesuatu tentang chile, siswa harus bergantung kepada teman satu timnya. Jigsaw I juga
membutuhkan waktu yang lebih sedikit dibandingkan dengan jigsaw II. Bacaannya singkat, hanya satu bagian dari seluruh unit yang harus
28
Durmus Kilic, The Effect Of Jigsaw Technique On Learning The Concept Of The Principles And Methods Of Teaching, From World Applied Science Journal 4 Supple 1: 109-
114, 2008, Pp. 111