Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pelaksanaan pembelajaran yang diamanatkan dalam sistem pendidikan nasional bertujuan agar peserta didik dapat belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, belajar untuk memahami dan menghayati, belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan Depdiknas, 2007:5. Guna mewujudkan hal tersebut, maka pembelajaran di sekolah harus mampu memberdayakan peserta didik untuk membangun pengetahuan sendiri dengan difasilitasi oleh guru. Sementara itu dalam KTSP 2006 dinyatakan bahwa salah satu tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam atau sains adalah untuk membantu peserta didik agar mampu menguasai pengetahuan tentang keteraturan sains. Pengetahuan tersebut diperoleh melalui proses ilmiah sehingga peserta didik memiliki sikap ilmiah yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari- hari. Hal ini relevan dengan hakikat pembelajaran sains yang mengacu pada tiga aspek yaitu produk, proses, dan sikap. Dalam Depdiknas 2007:46 sains dipandang sebagai produk artinya peserta didik diharapkan mampu menguasai fakta-fakta, konsep-konsep, generalisasi serta fenomena yang terjadi lingkungan sekitarnya. Fakta, konsep, dan generalissi tersebut tidak diberikan begitu saja kepada peserta didik, tetapi harus ditemukan dan dibentuk sendiri melalui pengalaman nyata oleh peserta didik. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 Sains dipandang sebagai suatu proses artinya pembelajaran sains biologi di sekolah harus dapat memberikan suatu pengalaman nyata bagi peserta didik. Pengalaman dapat menjadikan otak bekerja membangun persepsi dan kemapuan memecahkan masalah. Untuk itu guru sains dituntut mampu menciptakan sebuah proses pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman yang bermakna bagi peserta didik. Lingkungan belajar harus dirancang sedemikain rupa agar peserta didik memiliki kesempatan untuk berlatih memecahkan masalah yang dilakukan melalui aktivitas nyata, sehingga peserta didik dapat menemukan sendiri pengetahuan. Penciptaan lingkungan belajar sains khususnya biologi hendaknya disesuaikan dengan karakteristik materi pelajaran dan cara memperoleh pengetahuan tersebut. Materi biologi mengkaji berbagai hal yang berkaitan dengan berbagai fenomena makhluk hidup pada berbagai tingkat organisasi kehidupan dan interaksinya dengan lingkungan dengan cara mencari tahu tentang alam yang sistematis, bukan hanya penguasaan kumpulan konsep saja. Sains dipandang sebagai sikap artinya dalam pembelajaran sains harus ditumbuhkan rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan permasalahan baru dan dipecahkan melalui prosedur yang tepat. Pembelajaran juga harus menumbuhkan rasa tanggung jawab, jujur, terbuka, obyektif, toleransi, kerja keras, cermat, disiplin, percaya diri, dan terbuka. Keadaan yang terjadi di SMP Negeri 2 Sumberlawang saat ini adalah guru merupakan satu-satunya sumber belajar yang berperan sebagai tokoh utama yang mentransfer pengetahuan kepada peserta didik. Guru beranggapan bahwa pelajaran sains terutama biologi merupakan kumpulan konsep dan teori yang harus dihafalkan oleh peserta didik dan hanya diterapkan pada saat mengerjakan soal saja. Peserta perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 3 didik hanya menghafal konsep dan teori tetapi tidak memahami maknanya dalam kehidupan. Sains diajarkan hanya sebatas pada penguasaan konsep saja tanpa memperhatikan keterampilan prosesnya, sehingga yang berkembang hanya kemampuan aspek kognitifnya saja, sedangkan aspek afektif dan psikomotornya kurang berkembang. Saat ini kecenderungan guru sains di SMP Negeri 2 Sumberlawang masih menerapkan metode pembelajaran yang terpusat pada guru dengan metode ceramah. Guru belum menerapkan berbagai model pembelajaran yang dapat mengembangkan keterampilan proses sains sesuai dengan karakrteristik sains. Peserta didik kurang terlibat bahkan terkesan pasif dan tidak bebas untuk mengembangkan pemikirannya. Peserta didik harus mengikuti dan menerima alur pemikiran guru, menerima apa adanya yang disampaikan guru, tanpa ada kesempatan untuk mengembangkan dan menggunakan ide-idenya. Selama proses kegiatan pembelajaran peserta didik hanya duduk, diam, mendengar dan mencatat apa yang disampaikan oleh guru. Pembelajaran yang kaku berpusat pada guru, menjadikan karakter peserta didik sebagai seorang anak yang suka bermain dan memiliki kebebasan menjadi kurang berkembang. Kondisi tersebut menjadikan proses pembelajaran tidak efektif dan tidak bermakna. Akibatnya peserta didik menjadi pasif, dan tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan pemikirannya. Paradigma seperti ini masih sering kita jumpai di lingkungan kita, bahwa masih banyak guru sains yang menerapkan teori tabula rasa yang menganggap peserta didik sebagai kertas kosong yang menerima pengetahuan dari gurunya Anita Lie, 2002:2. Peserta didik bukanlah sebuah lembaran kosong yang siap diisi tulisan dari gurunya. Pengetahuan tidak ditransfer begitu saja dari guru, karena perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 4 pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu hasil bentukan oleh peserta didik sendiri.. Hal ini berpengaruh pada hasil belajar peserta didik menjadi tidak sesuai dengan yang diharapkan. Banyak peserta didik memiliki nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 65. Hasil belajar peserta didik terutama mata pelajaran IPA di SMP Negeri 2 Sumberlawang Kabupaten Sragen belum sesuai harapan, sebagaimana yang tercantum dalam tabel 1.1 di bawah ini: Tabel 1.1 Rata-Rata Nilai Ulangan Kenaikan Kelas Mata Pelajaran IPA Kelas VIII Tahun 20092010. Mata Pelajaran Nilai Ulangan Kenaikan Kelas Tahun 20092010 Rata-rata VIII A VIII B VIII C VIII D IPA 53 47 41 40 45,25 Sumber : Leger SMP Negeri 2 Sumberlawang Sragen tahun 20092010. Hasil penelusuran menunjukkan bahwa rendahnya prestasi belajar tersebut juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti lingkungan belajar. Interaksi antara peserta didik dengan semua unsur di dalam kelas tidak tercipta, sedangkan interaksi berperan menciptakan hubungan dinamis dalam lingkungan belajar. Lingkungan belajar yang kurang kondusif berpengruh pada kemampuan berinteraksi, motivasi, minat, rasa percaya diri, rasa ingin tahu peserta didik terhadap pelajaran, kemampuan memproses hasil belajar dan kemampuan mengkomunikasikan hasil belajar termasuk kemampuan verbal, kemampuan prosedural dan lain-lain. Akibatnya, kegiatan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 5 pembelajaran didominasi oleh guru, sedangkan partisipasi peserta didik sangat rendah. Rasa ingin tahu menjadi salah satu unsur pribadi peserta didik yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar. Menurut Erick Fromm dalam Asrori, 2008:176 “ rasa ingin tahu sesungguhnya dapat dikatakan sebagai suatu proses pencarian makna”. Tanpa ada rasa ingin tahu peserta didik tidak akan memiliki motivasi untuk belajar. Tentu saja jika rasa ingin tahu terhadap pelajaran rendah, dapat berdampak pada respon yang kurang positif dan cenderung acuh dalam menerima pelajaran sehingga dapat menurunkan prestasi belajar dan pada akhirnya tujuan pembelajaran tidak tercapai. Masalah lain yang sering dijumpai adalah rendahnya kemampuan peserta didik meyerap informasi atau pengetahuan, serta mengkomunikasikannya dalam bentuk bahasa baik secara lisan maupun tertulis atau yang disebut kemampuan verbal. Pengetahuan verbal penting bukan hanya untuk keterampilan berkomunikasi melainkan juga untuk mengungkapkan pikiran, keinginan dan pendapat May Lwin dkk, 2008:12. Seseorang yang memiliki kemampuan verbal mampu menuangkan pengetahuannya dalam bentuk bahasa yang memadai, sehingga dapat mengkomunikasikannya kepada orang lain. Rendahnya kemampuan verbal tersebut mengakibatkan pengetahuan yang diperoleh peserta didik sekiranya menjadi tidak banyak gunanya karena tidak adanya kemampuan mengolah serta mengkomunikasikan pengetahuannya kepada orang lain secara berarti. Oleh karena itu, guru harus memahami berbagai permasalahan belajar yang dimiliki peserta didik guna memberikan solusi untuk mengatasinya. Hal ini relevan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 6 dengan filosofi belajar menurut teori konstruktivisme, “bahwa peserta didik harus mengkonstruksi pengetahuannya sendiri melalui pengalaman nyata sehingga menjadi lebih bermakna” Baharudin dan Esa, 2008:116. Guru harus memahami bahwa pada dasarnya peserta didik sudah memiliki pengetahuan yang harus dikembangkan oleh guru dengan berbagai metode. Peserta didik bukan lagi kertas kosong yang siap menerima segala sesuatu yang disampaikan guru, melainkan sebagai pelaku utama dan mengalami langsung apa yang dipelajari. Apabila peserta didik mengalami apa yang dipelajari, serta mampu mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata atau belajar secara alamiah, dapat menjadikan belajar lebih bermanfaat dan bermakna Ausubel dalam Ratna Wilis,1989:111. Kondisi tersebut akan lebih memotivasi Peserta didik untuk mengkaji dan mendalami materi, karena konsepnya dapat langsung diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Dalam hal ini, peranan guru bukan lagi sebagai satu-satunya sumber belajar, melainkan sebagai fasilitator bagi peserta didik untuk menggali, menemukan dan mengembangkan pengetahuan. Berbagai masalah belajar tersebut pada akhirnya akan bermuara pada rendahnya prestasi belajar peserta didik. Rendahnya prestasi belajar akan menjadi indikator ketidak berhasilan kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, untuk mengatasi kejenuhan peserta didik selama proses pembelajaran, dan untuk menciptakan suasana pembelajaran yang alamiah dalam upaya meningkatkan prestasi belajar dibutuhkan suatu strategi dan model pembelajaran yang tepat dan inovatif misalnya dengan pembelajaran kuantum, pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis masalah, dan pembelajaran aktif. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 7 Pembelajaran kuantum dengan karakteristik keunggulan yang dimilikinya merupakan salah satu model pembelajaran yang dianggap tepat untuk memecahkan berbagai masalah pembelajaran Biologi di SMP Negeri 2 Sumberlawang. Pembelajaran kuantum merupakan pembelajaran yang menekankan pada penciptaan lingkungan belajar yang efektif dengan memadukan potensi yang dimiliki peserta didik dan lingkungan sekitar melalui interaksi di dalam kelas. Interaksi yang terjalin diharapkan akan dapat menciptakan hubungan emosional yang baik selama pembelajaran. Model pembelajaran kuantum tersebut akan semakin efektif dan menyenangkan serta mampu menarik perhatian peserta didik terutama rasa ingin tahu dan kemampuan verbal peserta didik apabila dikombinasikan dengan media pembelajaran yang statis misalnya komik, charta, model maupun yang dinamis misalnya animasi dan video. Media komik dan animasi sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran biologi khususnya materi sistem gerak pada manusia yang sifat materinya abstrak. Bentuk dan susunan tulang yang tidak dapat diamati secara langsung, menyebabkan peserta didik sulit untuk memahami. Melalui penggunaan media komik dan animasi dapat menjadikan materi tersebut lebih konkrit. Komik merupakan bentuk kartun yang mengungkapkan karakter dalam suatu cerita dengan urut yang berhubungan erat dengan gambar statis diam. Sedangkan media animasi karakteristiknya berbeda dengan gambar yang diam, animasi dapat dengan leluasa mensimulasikan peristiwa- peristiwa yang tidak dapat dihadirkan secara nyata Keunggulan komik dan animasi, keduanya memiliki kemampuan untuk menyampaikan banyak informasi dengan ringkas dan lebih mudah diingat, daripada perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 8 pejelasan yang panjang. Danie Beaulieu 2008:17 menyatakan bahwa: “bagi anak- anak dan remaja, gambar mampu berbicara, meringkas, sekaligus mengingatkan kembali mereka pada inti sebuah informasi baru”. Berangkat dari pandangan inilah, dapat dikembangkan sebuah media pembelajaran dalam bentuk komik dan animasi. Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran kuantum dengan media komik dan animasi, sangat tepat untuk mengatasi masalah pembelajaran khususnya dalam upaya meningkatkan prestasi belajar. Hal inilah yang melatarbelakangi penulis melakukan penelitian pembelajaran model kuantum menggunakan media komik dan animasi pada materi sistem gerak pada manusia semester I tahun 20102011 di SMP Negeri 2 Sumberlawang.

B. Identifikasi Masalah