26
PETA JALAN MENUJU JAMINAN KESEHATAN NASIONAL 2012 - 2019
Jika diperhatikan distribusi layanan kesehatan sekarang, maka sesungguhnya Indonesia telah memiliki lebih dari 85.000 dokter berlisensi praktik umum.
Jumlah itu mencukupi, dengan rasio 1: 3.000 untuk melayani seluruh penduduk. Masalahnya hanya pada distribusi. Masalah distribusi akan dapat diselesaikan jika
pembayaran BPJS memadai. Tentu saja untuk mendapatkan pembayaran yang memadai, diperlukan iuran yang memadai. Selain itu, kita memiliki lebih dari 1.800 rumah sakit
dan lebih dari 1.000 Puskesmas yang memiliki tempat tidur perawatan. Menurut UU Rumah Sakit, Puskesmas yang memiliki tempat tidur dan melayani rawat inap seharusnya
termasuk golongan rumah sakit. Jika diperhatikan angka utilisasi BOR RS tersebut secara keseluruhan, maka tampak jumlah tempat tidur yang ada sekarang belum optimal
digunakan. Angka BOR rata-rata masih di bawah 70 persen. Hanya di kota-kota besar, BOR sebagian RS bisa mencapai diatas 80 persen. Hal ini bukan merupakan bukti efek
jaminan, akan tetapi lebih pada efek pasar, tingkat sosial dan pendidikan masyarakat, dan akses. Namun, banyak pihak menilai jumlah tempat tidur masih jauh kurang
berdasarkan rasio tempat tidur TT penduduk 1 TT untuk 1.000 penduduk. Penggunaan rasio statis itu berbahaya jika demand belum tumbuh. Fakta data utilisasi sekarang ini,
demand belum cukup baik karena belum ada jaminan kesehatan yang efektif untuk semua penduduk, jarak jauh, dan kualitas layanan belum memadai. Oleh karenanya,
kita tidak perlu terburu-buru menyediakan tambahan tempat tidur sebanyak rasio yang ditargetkan. Proses peningkatan demand akan berkembang secara bertahap sejalan
dengan perluasan kepesertaan. Menunda perluasan jaminan kesehatan karena alasan belum tersedia cukup faskes dapat melanggar hak sekitar 60 persen penduduk yang
telah tinggal dalam jarak kurang dari satu jam ke salah satu faskes, tetapi tidak memiliki dana untuk membayar layanan kesehatan.
Mekanisme pasar akan dengan sendirinya menarik investor membangun lebih banyak faskes dan mencari nakes untuk melayani peserta jaminan di berbagai
daerah yang kini belum cukup tersedia layanan untuk peserta. Kuncinya, pembayaran
yang memadai atau pada harga keekonomian. Selain itu, menurut UU Otonomi Daerah, Pemda wajib menyediakan fasilitias kesehatan. Pada kasus-kasus dimana jumlah
penduduk dan sebaran penduduk yang jarang, mungkin investor swasta tidak tertarik untuk membangun faskes; maka Pemda yang memiliki dana APBNAPBD, atau dana
rakyat wajib menyediakan fasilitas dengan kualitas yang baik. Selain itu, pemda yang selama ini membayar iuran Jamkesda yang bukan kewajibannya, hendaknya didorong
untuk memindahkan dananya guna membangun dan memperbaiki fasilitas kesehatan dan membayar menambah insentif nakes agar mampu melayani penduduknya dengan
kualitas yang memuaskan. Pendekatan ini, jauh lebih adil dan lebih efektif daripada
27
BAB 2 KERANGKA KONSEP
meminta Pemda membayar iuran untuk kelompok non-kuota seperti yang terjadi sekarang ini.
10. SOSIALISASI
Sosialisasi adalah elemen penting yang seringkali kurang mendapat perhatian. Sosialisasi yang baik akan memberikan pemahaman dan kesadaran kepada peserta
dan pemberi kerja akan hak dan kewajibannya. Sosialisasi adalah sama dengan
pemasaran pada produk komersial. Pada produk komersial, anggaran pemasaran untuk produk baru dapat mencapai 30-50 persen dari biaya produksi. Dengan pemasaran yang
memadai, penjualan produk mencapai target yang diharapkan dan pemberi kerja meraih laba yang diharapkan. Belajar dari model komersial, asuransi sosial harus melakukan
pemasaransosialisasi atau pemasaran sosial yang memadai. Apabila hal itu dilakukan dengan baik, maka pekerja, pemberi kerja, dan penduduk yang mampu tidak akan
merasa terpaksa membayar iuran, akan tetapi merasa butuh mengikuti jaminan untuk proteksi keluarga dari biaya berobat yang mahal yang dapat memiskinkan keluarga.
Untuk mencapai pemahaman dan kesadaran luas tentang sistem JKN, maka sosialisasi harus dilakukan dua tahap:
a. Tahap sosialisasi kepada pemangku kepentingan kunci, yaitu para tokoh pimpinan serikat pekerja, para pemberi kerja, para akadmisi, para penggiat
organisasi kemasyarakatan, dan para pejabat di pusat dan di daerah. Tahap
penyusunan peraturan perundangan perlu dikawal dengan sosialisasi tersebut melalui forum temu muka, loka karya, roadshow, publikasi di media cetak dan
elektronik tertentu yang konsumennya umumnya kelas menengah keatas.
b. Tahap sosialisasi kepada seluruh publik peserta dilakukan setelah peraturan perundangan, fasilitastenaga kesehatan telah dikontrak, sistem dan prosedur
baku telah disusun dan diuji, serta bahan yang dibutuhkan telah tersedia.
Fasilitas dan tenaga kesahatan yang bekerja di fasilitas kesehatan atau yang dikontrak secara mandiri perorangan telah memahami berbagai aspek layanan
yang telah dilatihkan. Sosialisasi ini dilakukan dengan bahasa sederhana dan mudah difahami. Model sukses atau testimoni merupakan salah satu bentuk yang mampu
menarik perhatian publik awam seperti pekerja operator, pedagang eceran, petani, nelayan, dan masyarakat pada umumnya. Pada tahap ini, kumandang satu mars atau
lagu yang mendorong setiap orang menjadi peserta secara aktif. Slide, poster, film pendek, isi sinetron, talkshow, buku pelajaran, dan berbagai tulisan yang mengacu
pada satu sumberstandar perlu diproduksi dan disebar-luaskan ditempatkan dalam
28
PETA JALAN MENUJU JAMINAN KESEHATAN NASIONAL 2012 - 2019
laman yang bisa diunduh dalam dua bahasa Indonesia dan Inggris. Pembuatan bahan informasisosialisasi standar dalam dua bahasa mutlak diperlukan karena
di masa datang; investor, peneliti, penggiat, pembanding, dan juga pengenalan keberhasilan Indonesia sebagai negara dengan pembayar tunggal single payer
layanan kesehatan akan menguntungkan Indonesia.
E. SASARAN DAN ASPEK PENYELENGGARAAN
Peta jalan ini merupakan pegangan bagi semua pihak untuk memahami dan mempersiapkan diri berperan aktif mempersiapkan beroperasinya BPJS Kesehatan pada 1 Januari 2014 dan
mencapai cakupan universal satu Jaminan Kesehatan untuk seluruh penduduk Indonesia pada Tahun 2019. Untuk itu, dirumuskan sasaran yang akan dicapai pada tahun 2014 dan
sasaran yang akan dicapai pada tahun 2019. Secara ringkas sasaran yang akan dicapai dari pengembangan jaminan kesehatan tergambar
pada Tabel 2.1. Dari tabel tersebut tampak ada dua momentum waktu yang akan dicapai.
Tabel 2.1. Delapan Sasaran Pokok Peta Jalan Jaminan Kesehatan Nasional Tahun 2012-2019
SASARAN 1 JANUARI 2014 SASARAN 2019
1. BPJS Kesehatan mulai beroperasi
1. BPJS Kesehatan beroperasi dengan baik
2. BPJS Kesehatan mengelola jaminan kesehatan
setidaknya bagi 121,6 juta peserta sekitar 50 juta masih dikelola Badan lain
2. Seluruh penduduk Indonesia yang pada 2019
diperkirakan sekitar 257,5 juta jiwa mendapat jaminan kesehatan melalui BPJS Kesehatan
3. Paket manfaat medis yang dijamin adalah seluruh
pengobatan untuk seluruh penyakit. Namun, masih ada perbedaan kelas perawatan di rumah sakit bagi yang
mengiur sendiri dan bagi Penerima Bantuan Iuran PBI yang iurannya dibayarkan oleh Pemerintah
3. Paket manfaat medis dan non medis kelas perawatan
sudah sama, tidak ada perbedaan, untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
4. Rencana Aksi Pengembangan fasilitas kesehatan
tersusun dan mulai dilaksanakan 4.
Jumlah dan sebaran fasilitas pelayanan kesehatan termasuk tenaga dan alat-alat sudah memadai untuk
menjamin seluruh penduduk memenuhi kebutuhan medis mereka
5. Seluruh peraturan pelaksanaan PP, Perpres, Peraturan
Menteri, dan Peraturan BPJS yang merupakan turunan UU SJSN dan UU BPJS telah diundangkan dan diterbitkan
5. Semua peraturan pelaksanaan telah disesuaikan
secara berkala untuk menjamin kualitas layanan yang memadai dengan harga keekonomian yang layak
6. Paling sedikit 75 peserta menyatakan puas, baik dalam
layanan di BPJS maupun dalam layanan di fasilitas kesehatan yang dikontrak BPJS
6. Paling sedikit 85 peserta menyatakan puas, baik
dalam layanan di BPJS maupun dalam layanan di fasilitas kesehatan yang dikontrak BPJS
7. Paling sedikit 65 tenaga dan fasilitas kesehatan
menyatakan puas atau mendapat pembayaran yang layak dari BPJS
7. Paling sedikit 80 tenaga dan fasilitas kesehatan
menyatakan puas atau mendapat pembayaran yang layak dari BPJS
8. BPJS dikelola secara terbuka, eisien, dan akuntabel
8. BPJS dikelola secara terbuka, eisien, dan akuntabel