PENGALIHAN KEPESERTAAN PROGRAM JPK JAMSOSTEK DARI PT JAMSOSTEK PERSERO KE BPJS KESEHATAN

63 BAB 4 ASPEK KEPESERTAAN

a. Perluasan Kepesertaan di Kelompok Usaha Besar

Sensus Ekonomi yang diselenggarakan BPS menunjukkan ada sekitar 45,6 ribu 26 usaha skala besar, yang mempekerjakan sekitar 4,99 juta pekerja 27 termasuk BUMN yang berjumlah 141 buah. Jumlah pekerja tersebut merupakan jumlah yang cukup besar. Jika setiap pekerja menanggung 2,5 orang peserta berarti kepesertaan jaminan kesehatan di usaha skala besar mencapai 12,5 juta jiwa. Perlu segera dipetakan di antara sekitar 45,6 ribu usaha skala besar dan 141 BUMN tersebut mana yang sudah menjadi peserta aktif JPK Jamsostek, mana yang sudah menjadi peserta asuransi kesehatan komersial dan mana yang menyelenggaran jaminan kesehatan sendiri self insurance. Ini adalah tugas pertama BPJS Kesehatan yang dapat dilakukan sebelum tanggal 1 Januari 2014. Undang-undang SJSN mengharuskan semua penduduk wajib menjadi peserta, maka semua pekerja di usaha besarBUMN yang sudah dijamin dalam skema asuransi kesehatan komersial maupun self insurance kelak wajib mengikuti jaminan kesehatan yang dikelola oleh BPJS Kesehatan. Apabila mereka ingin mendapatkan layanan non-medis yang lebih memuaskan, maka mereka dapat membeli asuransi kesehatan tambahan suplemen dan atau komplemen dengan koordinasi manfaat cooordinaton of benefit. Dalam konteks ini, maka Jaminan kesehatan yang dikelola BPJS Kesehatan merupakan jaminan primer, yang menjadi penanggung terlebih dahulu. Fasilitas kesehatan mengklaim peserta yang memiliki asuransi kesehatan tambahan ke BPJS Kesehatan dulu. Sisanya diklaim kepada pemberi kerja asuransi, yang merupakan biaya tambahan non-medis atau biaya pilihan sendiri obat, yang tidak dijamin oleh BPJS Kesehatan. Dengan mereka ikut dalam jaminan kesehatan maka terlaksana prinsip gotong royong dimana terjadi subsidi silang antara pekerja di kelompok usaha besarBUMN dan di usaha kecil dan mikro. Yang lebih penting adalah jaminan yang diselenggarakan BPJS Kesehatan bersifat permanen seumur hidup tanpa dipengaruhi ada tidaknya kegagalan atau kebangkrutan pemberi kerja. Dengan demikian, keharusan semua pekerja menjadi peserta jaminan kesehatan adalah untuk memproteksi pekerja dan anggota keluarganya. Tidak ada jaminan bahwa pemberi kerja besar akan tetap beroperasi sepanjang usia pekerja. Tuntutan efisiensi di setiap unit usaha menguntungkan pemberi kerja baik usaha besar, koperasi, yayasan, maupun BUMN karena biaya operasional BPJS 26 BPS, Ibid. Tabel 4 dan Tabel 5, p. 8-9 27 BPS, Ibid. Tabel 6, p. 10 64 PETA JALAN MENUJU JAMINAN KESEHATAN NASIONAL 2012 - 2019 diperkirakan tidak lebih dari 5 persen sementara loading factor dalam asuransi komersial yang dibebankan kepada pemberi kerja sebagai biaya operasional dapat mencapai 30-50 persen dari premi yang dibayarkan. Kelompok skala usaha besar yang belum menjamin pekerja dan seluruh anggota keluarganya dengan paket komprehensif menjadi prioritas pertama untuk menjadi peserta. Penegakan hukum pemberian sanksi administratif maupun sanksi publik dimulai sejak Maret 2014 untuk kepesertaan jaminan kesehatan pada unit usaha besar difokuskan pada pemberi kerja besar yang belum menyediakan jaminan kesehatan secara komprehensif sebagaimana dijamin dalam UU SJSN. Selama ini cukup banyak pemberi kerja besar termasuk didalamnya BUMN yang belum menjadi peserta JPK Jamsostek. Mereka pada umumnya membeli asuransi komersial atau menyelenggarakan jaminan kesehatan sendiri self insurance dengan paket manfaat yang lebih baik dari paket manfaat yang ada dalam JPK Jamsostek. Kemampuan dan kemauan pemberi kerja usaha besar termasuk BUMN untuk memberikan jaminan kesehatan kepada pekerjanya sudah ada. Persoalannya adalah produk paket manfaat yang ditawarkan dalam JPK Jamsostek dianggap tidak memenuhi kebutuhan mereka, sehingga mereka lebih memilih paket manfaat yang lebih baik. Hal ini dimungkinkan karena peraturan yang ada UU Jamsostek memberikan pilihan seperti itu. Dengan kondisi seperti itu maka paket manfaat JPK Jamsostek dianggap sebagai produk inferior. Oleh karena itu perluasan kepesertaan kepada pemberi kerja usaha besar lebih terkendala pada paket manfaatnya yang tidak sesuai dengan kebutuhan mereka. Menghadapi kondisi tersebut maka isu pokok yang tampaknya perlu diatasi adalah mekanisme koordinasi manfaat coordination of benefit, jika mereka tetap menghendaki paket manfaat yang lebih baik dari paket standar yang ditetapkan dalam jaminan kesehatan. Namun, keikutsertaan pemberi kerja dengan jumlah pekerja besar misalnya di atas 100 pekerja yang sudah menyediakan jaminan kesehatan yang komprehensifsetara yang dijamin JKN tidak perlu dipaksakan sejak awal. Mereka diberikan masa observasi 3-5 tahun untuk bergabung ke BPJS Kesehatan.Hal ini akan mengurangi beban manajemen BPJS sekaligus juga tidak menimbulkan kegoncangan pekerja yang sudah dijamin karena perubahan prosedur jaminan kesehatan. Pengaturan perluasan jaminan untuk orang tua atau mertua pekerja kelompok ini yang dalam jaminan sekarang tidak dimungkinkan perlu difasilitasi untuk menarik perpindahan jaminan ke BPJS dengan kesadaran pekerja dan pemberi kerja sendiri.

b. Perluasan Kepesertaan di Kelompok Usaha Sedang