JAMINAN KESEHATAN SEBAGAI BAGIAN SISTEM KESEHATAN NASIONAL

11 BAB 2 KERANGKA KONSEP Konsentrasi pertama adalah bagaimana agar dimensi pertama tercapai yaitu semua penduduk terjamin sehingga setiap penduduk yang sakit tidak menjadi miskin karena beban biaya berobat yang tinggi. Langkah berikutnya adalah memperluas layanan kesehatan yang dijamin agar setiap orang dapat memenuhi kebutuhan medis yang berarti semakin komprehensif paket manfaatnya. Terakhir adalah peningkatan biaya medis yang dijamin sehingga makin kecil proporsi biaya langsung yang ditanggung penduduk. Sesuai dengan pengalaman masa lalu dan pengalaman penyediaan jaminan kesehatan untuk pegawai negeri, maka Indonesia menghendaki jaminan kesehatan untuk semua penduduk dimensi I, menjamin semua penyakit dimensi II dan porsi biaya yang menjadi tanggungan penduduk dimensi III sekecil mungkin. Namun demikian, tingkat kenyamanan kepuasanpilihan layanan dibatasi. Sebagai contoh, Askes PNS menjamin layanan perawatan di kelas II RS publik untuk golongan pangkat I dan II dan di kelas I RS publik untuk golongan pangkat III dan IV. Tingkat pilihankepuasan dibatasi dengan kelas perawatan, tetapi semua penyakit atau semua biaya perawatan dijamin apabila peserta Askes dirawat sesuai kelas perawatan yang menjadi haknya. Jika peserta menginginkan perawatan di ruang kelas yang lebih memuaskan, kelas VIP, maka peserta Askes harus membayar selisih biayanya dimensi III. Dengan demikian, sistem jaminanasuransi pegawai negeri menjamin pemenuhan kebutuhan medis dengan biaya terkendali, meskipun sebagian tidak puas dengan kelas perawatan. Yang utama adalah pemenuhan kebutuhan medis seluruh penduduk dimensi I dan seluruh penyakit dijamin dimensi II.

C. PRINSIP PROGRAM JAMINAN KESEHATAN

Jaminan kesehatan yang dirumuskan oleh UU SJSN adalah jaminan kesehatan yang diselenggarkan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas sebagaimana diatur dalam Pasal 19 ayat 1 UU SJSN. Penjelasan Pasal 19 UU SJSN menyatakan bahwa yang dimaksud prinsip asuransi sosial adalah: 1. Kegotong-royongan antara yang kaya dan miskin, yang sehat dan sakit, yang tua dan muda, dan yang berisiko tinggi dan rendah; 2. Kepesertaan yang bersifat wajib dan tidak selektif; 3. Iuran berdasarkan persentase upahpenghasilan; 4. Bersifat nirlaba. Sedangkan yang dimaksud dengan prinsip ekuitas adalah kesamaan dalam memperoleh pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis yang tidak terikat dengan besaran iuran yang 12 PETA JALAN MENUJU JAMINAN KESEHATAN NASIONAL 2012 - 2019 telah dibayarkannya. Kesamaan memperoleh pelayanan adalah kesamaan jangkauan finansial ke pelayanan kesehatan. Pasal 19 ayat 2 UU SJSN menyatakan bahwa “Jaminan kesehatan diselenggarakan dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan”. Kebutuhan dasar kesehatan adalah kebutuhan akan layanan kesehatan yang memungkinkan seseorang yang sakit dapat sembuh kembali sehingga ia dapat berfungsi normal sesuai usianya. Anak-anak dapat kembali bermain dan belajar, orang dewasa dapat kembali bekerja, dan penduduk lanjut usia lansia dapat menikmati kehidupan sosialnya. Oleh karenanya, manfaat jaminan kesehatan mencakup layanan yang berbiaya mahal seperti operasi jantung, perawatan di ruang intensif, dan cuci darah hemodialisa. Suatu jaminan kesehatan membutuhkan dana untuk membayar tenaga kesehatan, obat, bahan habis pakai dan lain-lain. Currin G and James C 1 menggambarkan pengelolaan jaminan kesehatan dalam skema sebagaimana tampak pada Bagan 2.2 yang mencakup tiga unsur penting yaitu pengumpulan dana, kegotong royongan, dan efisiensi dalam belanja kesehatan. Dari Bagan 2.2 tampak tiga unsur utama dalam pengelolaan jaminan kesehatan yaitu: Pengumpulan dana revenue collection. Pengumpulan dana adalah proses dimana dana harus bisa dikumpulkan iuran dari peserta atau pajak dapat dikumpulkan secara efektif dan efisien dari rumah tangga, pemberi kerja, pemerintah danatau organisasi lain. Dana yang terkumpul harus mencukupi untuk membayar layanan kesehatan dan berkelanjutan. Hanya ada dua cara pendanaan yang memungkinkan untuk cakupan universal yaitu asuransi sosial dan pajak. Luasnya cakupan penduduk menentukan kecukupan dana yang harus dikumpulkan. Keberadaan sistem ekonomi-keuangan, keberadaan hubungan kerja formal pekerja penerima upah, sistem perpajakan yang handal, manfaat yang memadai dan kesadaran penduduk menentukan kesinambungan pengumpulan dana. Bukti-bukti di berbagai negara menunjukkan bahwa pengumpulan iuran dari rumah ke rumah tidak menjamin kesinambungan. Disini, perlu diperhatikan sistem perpajakan, sistem pengumpulan danapembayaran iuran, dan besaran iuranpajak yang memadai untuk belanja kesehatan penduduk yang dijamin. Dalam konteks SJSN, Indonesia telah memilih mekanisme asuransi sosial dengan mewajibkan setiap penduduk yang menerima upah membayar iuran sementara yang belum mampu miskin atau tidak mampu mendapat bantuan iuran dari Pemerintah. Kelak, ketika ia bekerja dan mempunyai upah, maka ia akan wajib mengiur. Mekanisme asuransi sosial lebih menjamin kecukupan dana untuk layanan kesehatan 1 Normand, Charles and Axel Weber, Social Health Insurance. A guidebook for planning., second edition, ADB, GTZ, ILO and WHO, VAS, Germany, 2009, p.16