99
BAB 6 ASPEK PELAYANAN KESEHATAN
b. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial wajib membayar fasilitas kesehatan atas pelayanan yang diberikan kepada peserta paling lambat 15 lima belas hari sejak
permintaan pembayaran diterima. Pasal 24 ayat 2 c.
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial mengembangkan sistem pelayanan kesehatan, sistem kendali mutu pelayanan, dan sistem pembayaran pelayanan kesehatan untuk
meningkatkan efisiensi dan efektifitas Pasal 24 ayat 3 d. Daftar dan harga tertinggi obat-obatan, serta bahan medis habis pakai yang dijamin
oleh Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pasal 25
Ketentuan lebih lanjut tentang pembayaran kepada fasilitas kesehatan diatur dalam Peraturan Presiden tentang Jaminan Kesehatan. Pembayaran kepada fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama dilakukan secara kapitasi atas jumlah peserta yang terdaftar di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat I. Sedangkan pembayaran kepada fasilitas
pelayanan kesehatan tingkat II dan III berdasarkan pola DRG Diagnosis Related Group atau tarif kelompok diagnosis terpadu yang kini digunakan dengan sistem INA-CBG.
Namun demikian, besaran satuan kapitasi dan INA-CBG perlu disesuaikan agar dapat diterimadisepakati oleh asosiasi fasilitas kesehatan di tiap wilayah.
3. PENGUATAN SISTEM PELAYANAN BERJENJANG RUJUKAN
Efisiensi dan efektifitas pelayanan kesehatan akan dapat tercapai jika pelayanan kesehatan menerapkan sistem rujukan berjenjang termasuk di dalamnya rujukan balik.
Oleh karena itu perlu ada upaya penguatan sistem pelayanan rujukan berjenjang. Sistem rujukan hanya bisa berjalan dengan baik, jika fasilitas kesehatan mendapat pembayaran
kapitasi yang besarnya layak atau dapat disepakati oleh asosiasi dokter.
C. HAL-HAL YANG PERLU DILAKUKAN
UU SJSN menjamin hak fasilitas pelayanan kesehatan milik pemerintah dan milik swasta yang sama untuk mendapatkan kontrak dengan BPJS dalam memberi dan menyediakan
pelayanan kesehatan bagi peserta. Implementasi ketentuan ini memerlukan berbagai persyaratan sebagai berikut
1
:
1 Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia, KUMPULAN NASKAH Pembentukan
Peraturan Pelaksanaan UU SJSN. Konsep Rancangan Peraturan Presiden tentang Program Jaminan Kesehatan Nasional Konsep RPerPres PJKN Pembahasan Awal 2007 – 2008 dalam proses pembentukan, Jakarta, 7 Nopember 2008
100
PETA JALAN MENUJU JAMINAN KESEHATAN NASIONAL 2012 - 2019
1. Adanya standarisasi prosedur medik, keperawatan, dan kefarmasian sebagai pedoman pemberian pelayanan kesehatan di masing-masing tingkatan pelayanan dan tingkatan
fasilitas; 2. Standarisasi kompetensi yang meliputi infrastruktur, tenaga kerja dan peralatan sebagai
pedoman untuk mengontrak fasilitas pelayanan kesehatan oleh BPJS; 3. Keterlibatan pemerintah pusat dan daerah dan swasta dalam membangun fasilitas
pelayanan kesehatan yang berkualitas dan terdistribusi dengan merata di seluruh wilayah Indonesia.
Sehubungan hal tersebut maka kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan dari aspek pelayanan kesehatan di antaranya adalah sebagai berikut:
1. PENINGKATAN KETERSEDIAAN DAN KUALITAS FASILITAS KESEHATAN, TENAGA KESEHATAN DAN SARANA KESEHATAN
Untuk melakukan hal tersebut diperlukan sejumlah kegiatan, di antaranya sebagai berikut:
a. Penyusunan rencana aksi pengembangan pelayanan kesehatan yang di dalamnya memuat rencana pengembangan fasilitas kesehatan, tenaga kesehatan, alat dan
infrastruktur kesehatan serta penguatan sistem rujukan oleh Kementerian Kesehatan. b. Implementasi pengembangan fasilitas kesehatan, tenaga kesehatan dan sarana
kesehatan c.
Implementasi penguatan sistem rujukan. d. Pemerintah termasuk pemda memberikan informasi dan peluang kepada sektor
swasta perorangan atau kelembagaan untuk berperan aktif menyediakan layanan kesehatan bagi peserta BPJS.
e. Menjamin bahwa prinsip any willing provider yaitu setiap fasilitas kesehatan yang bersedia menerima pembayaran dari BPJS yang besarnya disepakati untuk suatu
wilayah diterapkan. Tidak boleh ada diskriminasi dimana suatu fasilitas kesehatan tidak dikontrak BPJS, padahal fasilitas kesehatan tersebut bersedia menerima dan
memenuhi ketentuan peraturan perundangan.
2. PENYUSUNAN SISTEMSTANDAR OPERASIONAL PELAYANAN
Untuk melakukan hal tersebut diperlukan sejumlah kegiatan, di antaranya sebagai berikut:
101
BAB 6 ASPEK PELAYANAN KESEHATAN
a. Penyusunan standar prosedur medik, keperawatan, dan kefarmasian sebagai pedoman pemberian pelayanan kesehatan di masing-masing tingkatan pelayanan
dan tingkatan fasilitas yang dapat dilakukan oleh asosiasi fasilitas atau tenaga kesahatan
b. Penyusunan standar kompetensi yang telah disusun oleh Konsel Kedokteran dan standar infrastruktur, tenaga kerja dan peralatan sebagai pedoman untuk
mengontrak fasilitas pelayanan kesehatan oleh BPJS c.
Penyusunan Pedoman KredensialingRe-Kredensialing Fasilitas Kesehatan d. Pengembangan sistem kendali mutu pelayanan kesehatan untuk menjamin kualitas
layananan yang diberikan oleh fasilitas kesehatan memenuhi syarat minimal; e. Merumuskan dan operasionalisasi pemantauan kendali mutu dan biaya untuk
menghindari pelayanan kesehatan yang berlebihan, ketidak-tepatan diagnosis, prosedur terapi dan intervensi, pengobatan dan pembuatan resep yang tidak
rasional serta pemberian rujukan yang tidak tepat; f.
Perumusan dan operasionalisasi sistem penanganan keluhan dari peserta baik oleh fasilitas kesehatan maupun oleh BPJS.
Rincian kegiatan yang perlu dilakukan dari aspek pelayanan kesehatan dapat dilihat pada Tabel 6.2.