Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

12 siswa itu ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh siswa itu sendiri Susanto, 2015: 191.

3. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

William Brownell berpendapat bahwa belajar matematika harus bermakna, dari setiap konsep yang dipelajari harus benar-benar dimengerti sebelum siswa sampai pada tahap latihan atau hafalan Ruseffendi, 1992: 116. Begitu pula dengan teori Gestaalt dalam Abdul Halim 2012: 9 dalam pembelajaran matematika perlu adanya penekanan atau pemahaman mengenai gambaran belajar matematika secara keseluruhan, baru kemudian dilanjutkan dengan mempelajari matematika secara lebih terperinci. Pembelajaran matematika di sekolah dasar merupakan proses belajar dan mengajar antara guru dengan siswa, antara siswa dengan siswa, dan antara siswa dengan lingkungan terkait dengan konsep matematika. Selain berinteraksi dengan siswa, guru juga harus mengetahui dan memahami bahwa kemampuan yang dimiliki oleh siswanya berbeda-beda, serta tidak semua siswa juga menyukai mata pelajaran matematika. Dalam pembelajaran matematika di tingkat sekolah dasar diharapkan terjadi reinvension penemuan kembali yakni menemukan suatu cara penyelesaian masalah saat pembelajaran di kelas. Seperti yang dikatakan oleh Bruner Heruman, 2013: 4 dalam penemuannya yaitu pada pembelajaran matematika, siswa harus menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang diperlukannya. Menemukan tersebut memiliki pengertian siswa menemukan lagi discovery atau menemukan hal yang benar-benar baru invention. 13 Tujuan dari kegiatan pembelajaran matematika di sekolah dasar yaitu agar siswa terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika seperti aljabar, analisis, dan geometri dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mencapai keterampilan tersebut dapat melalui langkah-langkah pembelajaran matematika berikut ini yang disesuaikan dengan kemampuan dan lingkungan siswa Heruman, 2013: 3. a. Penanaman Konsep Dasar Kegiatan penanaman konsep baru matematika di sekolah dasar merupakan jembatan yang harus dapat menghubungkan kemampuan kognitif siswa yang konkret dengan konsep baru matematika yang abstrak. Dalam kegiatan penanaman konsep dasar ini, diharapkan menggunakan media atau alat peraga untuk membantu kemampuan pola pikir siswa. b. Pemahaman Konsep Setelah menanamkan konsep dasar matematika, siswa harus memahami konsep dasar tersebut. Pemahaman konsep ini memiliki dua pengertian yaitu kelanjutan dari pembelajaran penanaman konsep dasar dalam satu pertemuan dan pembelajaran pemahaman konsep lanjutan yang dilakukan pada pertemuan yang berbeda. c. Pembinaan Keterampilan Setelah menanamkan dan memahami konsep matematika dengan baik, dilanjutkan dengan pembelajaran pembinaan keterampilan. Kegiatan ini bertujuan agar siswa lebih terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika. Seperti yang telah disampaikan oleh James James bahwa konsep matematika terdiri dari tiga bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometri. Dalam penelitian ini, penulis memfokuskan pada konsep matematika geometri. Geometri merupakan sebuah studi tentang ruang dan berbagai bentuk dalam ruang. Siswa mengembangkan konsep geometri dengan mengamati bentuk-bentuk geometri yang ada di sekitar mereka Runtukahu, 2014: 47. Menurut Van Hiele dalam Ruseffendi 1992: 128 terdapat tiga unsur utama dalam pengajaran geometri yaitu waktu, materi pengajaran, dan metode pengajaran yang diterapkan. Jika tiga unsur utama tersebut tersusun dengan baik dapat 14 meningkatkan kemampuan berpikir siswa pada tingkatan yang lebih tinggi. Ada lima tahapan belajar siswa dalam mempelajari geometri, yaitu: a. Tahap Pengenalan Tahap pengenalan ini siswa belajar mengenal bentuk geomteri secara keseluruhan, namun belum mengetahui sifat-sifat dari bentuk geometri yang dilihatnya. Sebagai contoh, seorang siswa yang diperlihatkan sebuah balok belum mengetahui sifat-sifat yang dimiliki oleh balok tersebut. Siswa belum mengetahui bahwa balok memiliki 6 buah sisi, 12 buah rusuk, dan lain-lain. b. Tahap Analisis Tahap analisis ini siswa sudah mulai mengenal sifat-sifat benda geometri yang diamati. Namun siswa belum mengetahui keterkaitan atau hubungan antara suatu benda geoetri dengan benda geometri lainnya. Sebagai contoh, siswa mengamati persegi panjang, ia mengetahui bahwa terdapat dua pasang sisi yang berhadapan dan saling sejajar. Tetapi siswa belum mengetahui bahwa bujur sangkar adalah persegi panjang, bujur sangkar adalah belah ketupat, dan sebagainya. c. Tahap Pengurutan Tahap pengurutan ini siswa sudah mampu untuk mengurutkan. Sebagai contoh siswa sudah mengenali bahwa kubus adalah balok dengan keistimewaannya yaitu seluruh sisinya berbentuk bujur sangkar. Namun pada tahap ini siswa belum mampu menjelaskan mengapa diagonal pada persegi panjang memiliki panjang yang sama dan siswa juga belum memahami bahwa belah ketupat terbentuk dari dua segitiga yang kongruen. 15 d. Tahap Deduksi Tahap deduksi ini siswa sudah mampu menrik kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum menuju ke hal-hal yang bersifat khusus. Sebagai contoh, dalam pembuktian segitiga yang sama dan sebangun yaitu sudut-sudut, sisi-sisi-sisi, dan sudut-sisi-sudut dapat dipahami. Namun siswa belum memahami mengapa pernyataan itu benar dan mengapa pernyataan tersebut dapat dijadikan alasan dalam pembuktian dua segitiga yang sama dan sebangun. e. Tahap Akurasi Tahap akurasi ini siswa sudah mulai menyadari pentingnya ketepatan dari prinsip dasar yang melandasi suatu pembuktian. Tahap ini merupakan tahap berpikir tinggi, rumit, dan kompleks. Berdasarkan uraian di atas, dalam kegiatan pembelajaran matematika di sekolah guru dituntut untuk menyesuaikan kemampuan dan perkembangan siswanya. Dalam menyampaikan materi pelajaran dimulai dari hal-hal yang bersifat umum, kemudian dilanjutkan dengan hal-hal yang bersifat khusus. Guru dalam kegiatan pembelajaran mempunyai peran sebagai pembimbing siswa-siswanya untuk menemukan dan membangun sendiri pengetahuannya serta menyelesaikan permasalahan dengan pengetahuan yang dimilikinya.

4. Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika Kelas V Sekolah Dasar

Dokumen yang terkait

Efektivitas penggunaan media permainan kartu dalam meningkatkan hasil belajar IPS terpadu siswa pada materi ekonomi (penelitian tindakan kelas di SMP Darussalam Cimanggis-Ciputat)

4 40 140

Geometri Bangun Ruang SD

2 26 21

PENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SEGIEMPAT DENGAN METODE PERMAINAN KARTU KUARTET Peningkatkan Minat Dan Hasil Belajar Matematika Pada Segiempat Dengan Metode Permainan Kartu Kuartet (PTK Pada Siswa Kelas VII Semester Ganap SMP Muhamma

0 0 15

PENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SEGIEMPAT DENGAN METODE PERMAINAN KARTU KUARTET Peningkatkan Minat Dan Hasil Belajar Matematika Pada Segiempat Dengan Metode Permainan Kartu Kuartet (PTK Pada Siswa Kelas VII Semester Ganap SMP Muhamma

0 0 12

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Negeri Jamasih 01Brebes pada Materi Pokok Sifat-sifat Bangun Ruang Melalui Penggunaan Alat Peraga Bangun Ruang.

0 0 1

PENGEMBANGAN MEDIA PERMAINAN KARTU KUARTET SATUAN WAKTU MATEMATIKA (KUANTUM) UNTUK SISWA KELAS V SD NEGERI SARIKARYA YOGYAKARTA.

2 18 167

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD NEGERI DAYUHARJO SLEMAN.

0 0 196

UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR GEOMETRI BANGUN RUANG MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI KARANGNONGKO 1 KALASAN SLEMAN.

0 1 182

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI LUAS BANGUN RUANG MELALUI PENGGUNAAN MEDIA BANGUN RUANG PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI KEMBANGKUNING 1 WINDUSARI.

0 4 51

Pengaruh Penggunaan Media Kartu Kuartet (1)

0 1 58