1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Wilayah pesisir memiliki arti strategis karena merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut, serta memiliki potensi sumberdaya alam dan jasa-
jasa lingkungan yang sangat kaya, sehingga menimbulkan daya tarik bagi berbagai pihak untuk memanfaatkan sumberdayanya. Di sisi lain, sumberdaya
alam pesisir ini sering bersifat multi-guna dimana berbagai kegiatan memiliki hak atas akses dan pemanfaatan sumberdaya di kawasan ini. Kawasan ini dapat
dimanfaatkan sebagai tempat beraktifitas untuk penangkapan ikan dan juga kawasan ini merupakan ruang untuk melakukan aktivitas pariwisata bahari.
Peranan yang besar itu menjadikan wilayah ini sangat rentan dari berbagai
masalah, baik itu yang menyangkut masalah dari aspek fisik dan biologi maupun masalah yang menyangkut aspek sosial, ekonomi maupun budaya. Permasalahan
ini terutama menyangkut sumberdaya alam sebagai kendala yang merupakan ekosistem penting bagi keberlanjutan hidup baik manusianya sendiri, maupun
sumberdaya alam dan lingkungannya secara keseluruhan. Untuk banyak negara, baik berkembang maupun sedang berkembang,
pariwisata merupakan sumber paling penting sebagai sumber pendapatan dan penyedia kerja. Pertumbuhan yang diharapkan dalam sektor pariwisata dan
meningkatnya kebergantungan dari banyak negara sedang berkembang pada sektor ini sebagai penyedia kerja dan kontributor utama bagi perekonomian lokal,
regional dan nasional mendorong pemerintah untuk memberi perhatian khusus pada hubungan antara konservasi dan perlindungan lingkungan dengan pariwisata
yang berkelanjutan UN 2001 diacu dalam Noronha, 2003. Sebenarnya, kualitas lingkungan – baik yang alami dan yang buatan manusia – penting bagi pariwisata
dan aktivitas ini sangat bergantung pada kekuatan daya tarik dari sumberdaya di tempat tujuan.
Kebijakan pemerintah saat ini yang menjadikan pariwisata sebagai sasaran praktis untuk meningkatkan perekonomian masih bersifat sektoral. Akibatnya
banyak pembangunan pariwisata yang hanya mengeksploitasi sumberdaya alam tanpa memperhatikan lingkungannya, melestarikan alam bahkan
mengesampingkan keberadaan masyarakat setempat. Sementara di lain pihak, sektor perikanan juga merupakan salah satu sektor yang diharapkan menjadi
tumpuan bagi bangsa Indonesia untuk melakukan pemulihan ekonomi akibat krisis yang berlangsung sejak tahun 1997. Dalam situasi seperti ini, kebijakan
pemerintah hendaknya dapat mengatur keberadaan suatu kegiatan di kawasan pesisir yang dapat memberikan manfaat kepada kegiatan-kegiatan tersebut.
Permasalahan dasarnya adalah dalam pengelolaannya. Selama ini pemerintah belum memiliki bentuk pengelolaan yang tepat bagi wilayah pesisir maupun
lautnya. Hal ini bisa di lihat dari kondisi wilayah ini yang tidak lebih baik dari hari ke hari. Kenyataan menunjukkan bahwa sampai saat ini masyarakat pesisir di
Indonesia adalah masyarakat yang masih dililit kemiskinan dengan pendapatan per kapita yang jauh di bawah standard World Bank. Kenyataan juga
menunjukkan bahwa wilayah dengan kondisi kekayaan alam yang relatif tinggi ternyata memiliki tingkat pertumbuhan yang rendah.
Selat Lembeh yang terletak di Kota Bitung, Sulawesi Utara merupakan wilayah perairan pesisir yang unik dan memiliki nilai cukup strategis dalam
pembangunan ekonomi kota Bitung, baik dalam pemanfaatan ekonomi maupun ekologinya. Dalam pengelolaannya diperlukan keterpaduan antar berbagai
kegiatan dalam koordinasi dan mengarahkan berbagai kegiatan yang ada di wilayah pesisir Selat Lembeh tersebut. Hal ini dimaksudkan sebagai suatu upaya
secara terpogram untuk mencapai tujuan yang dapat mengharmoniskan dan mengoptimalkan antara berbagai kepentingan agar terpelihara lingkungan dan
tercapainya pembangunan ekonomi. Pariwisata merupakan salah satu sektor tumpuan yang diharapkan dapat
memberikan kontribusi dalam upaya pemulihan ekonomi yang sedang dilaksanakan di Propinsi Sulawesi Utara. Oleh karenanya pembangunan di sektor
ini terus ditingkatkan dengan memanfaatkan sumberdaya dan potensi wisata yang memang unggul di propinsi ini. Keunggulan ini dapat dilihat dari dua sisi,
pertama, sebagai daerah tujuan wisata yang memiliki potensi wisata bahari yang ditunjang oleh keindahan lingkungan alam dan sumberdaya alam yang melimpah,
terdapat beberapa obyek wisata bahari seperti wisata pantai dan wisata alam bawah laut yaitu Taman Nasional Bunaken dan Selat Lembeh; kedua, sebagai
pintu gerbang pariwisata regional karena posisinya yang strategis sebagai pintu masukpintu keluar di kawasan Timur Indonesia belahan utara ke pasar pariwisata
global, khususnya di kawasan Asia Pasifik. Pengelolaan wilayah pesisir dan laut khususnya sektor pariwisata bahari di
Indonesia masih jauh dari yang diharapkan. Oleh karenanya perlu adanya peningkatkan kepedulian, keterlibatan dan kemampuan dalam mengelola dan
melestarikan potensi-potensi wisata bahari, khususnya melibatkan partisipasi aktif
secara seimbang antara pemerintah, swasta, dan masyarakat. Masyarakat
diletakkan sebagai faktor utama, yang memiliki kepentingan berpartisipasi secara langsung dalam pengambilan keputusan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat
melalui upaya konservasi serta pemanfaatan sumber daya alam oleh masyarakat setempat, kemitraan dengan pihak swasta dan sewa lahan atau sumber daya
lainnya baik oleh masyarakat maupun kerja sama dengan swasta. Kawasan konservasi laut selama ini dipandang sebagai kawasan konservasi
dengan menitik beratkan pada fungsi ekologinya semata. Padahal di dalam kawasan koservasi tersebut tersimpan nilai-nilai ekonomi dan sosial yang sangat
potensial. Ketimpangan pandangan tersebut selain karena kurangnya informasi mengenai pentingnya kawasan konservasi laut, juga dilatar belakangi oleh
minimnya informasi mengenai nilai ekonomi yang diperoleh dari kawasan tersebut serta ketiadaan pengetahuan mengenai pendanaan yang berkelanjutan
untuk keperluan pengelolaan kawasan konservasi laut. Untuk itulah penelitian ini dibuat dalam rangka mengembangkan Model
Pengelolaan Kawasan Wisata, Kawasan Konservasi Pesisir dan Perikanan secara ko-eksistensi melalui analisis Konvergensi dan Divergensi di Selat Lembeh,
Sulawesi Utara.
1.2 Perumusan Masalah