KKL dan pada kondisi tanpa KKL, sangat berbeda dibandingkan pada kondisi pengelolaan optimal.
Sementara itu, hasil analisis bioekonomi untuk perubahan nilai luasan KKL masing masing 0,1; 0,3; 0,5; 0,7 dan 0,9, menunjukkan bahwa semakin besar
luasan KKL maka masing-masing nilai Effort open acces dan tangkap open acces menunjukkan penurunan, sedangkan nilai effort optimal, tangkap optimal dan
rente optimal tidak menunjukkan perubahan yang signifikan tetap. Analisis bioekonomi yang dilakukan pada penelitian ini juga mendapatkan
hasil perhitungan yang berkaitan dengan perubahan harga yang terjadi akibat adanya KKL di kawasan Selat Lembeh. Harga yang terjadi akibat adanya KKL
adalah Rp 3270 per kg. Harga ini lebih rendah dibanding harga pada kondisi tanpa KKL sebesar Rp 3400 per kg. Hal ini dapat difahami karena penutupan sebagian
fishing ground untuk kawasan konservasi maka produksi jangka pendek akan berkurang, karena produsen berada pada sisi suplai, maka dia menghadapi kurva
suplai yang positif, sehingga penurunan produksi akan mengakibatkan terjadinya penurun harga.
5.4 Dampak Kesejahteraan
Untuk mengukur dampak kesejahteraan terhadap penetapan kawasan konservasi bagi nelayan maka sebagaimana dijelaskan pada Bab 3, nilai
kesejahteraan tersebut diukur dalam bentuk surplus produsen yang semestinya dihasilkan oleh nelayan. Nilai surplus produsen ini menggambarkan manfaat
ekonomi di atas keuntungan normal above profit yang semestinya bisa dinikmati oleh nelayan sebagai produsen. Perubahan suatu kawasan menjadi KKL akan
mengubah parameter ekonomi berupa harga dan biaya sehingga surplus produsen bisa diukur dari perubahan kedua parameter ini.
Tabel 19 di bawah ini menunjukkan besaran surplus produsen dengan dan tanpa kawasan konservasi laut KKL. Besaran nilai perubahan surplus tersebut
dihitung dengan menggunakan algoritma Maple. Tabel 19 Analisis surplus produsen Juta Rupiah
Surplus Produsen
Tanpa KKL 276 073
Dengan KKL 282 202
Dari Tabel 19 diatas jelas terlihat bahwa adanya KKL dalam jangka panjang akan meningkatkan surplus produsen dikarenakan tersedianya stock perikanan yang
tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa dampak ”spill over ” dari KKL dalam jangka panjang dapat mempengaruhi kesejahtreraan nelayan karena ketersediaan stok
dapat dijaga secara berkelanjutan. Walaupun demikian perubahan besaran ini tidak terlalu banyak secara magnitude besaran rupiah oleh karena luasan
kawasan selat Lembeh yang relatif kecil dibanding dengan luasan umumnya kawasan perairan atau perikanan. Namun tidak demikian apabila dilihat dari
parameter biaya per trip di Selat Lembeh, yaitu sebesar Rp. 32 000trip dan jumlah kapal sebanyak 250, maka perubahan surplus tersebut setara dengan 76
dari biaya.
5.5 Analisis Sensitivitas
Untuk mengetahui seberapa besar perubahan input effort dan output harvest terhadap perubahan parameter ekonomi, dalam hal ini biaya, maka
dilakukan analisis sensitivitas dengan berbagai skenario perubahan biaya. Dalam hal ini biaya per unit effort di skenariokan meningkat sebesar 15, 25 dan 50
dari base line. Dengan menggunakan algoritma Maple hasil analisis sensitivitas tersebut dapat dilihat pada Tabel 20 dan Gambar 28 di bawah ini.
Tabel 20 Sensitivity analysis terhadap biaya
Perubahan Biaya
Σ
Baseline 15 25 50 Eoa
0.1 5570 5511 5468 5333 0.3 5420 5575 5314 5141
Hoa 0.1 5250 5964 6433 7844
0.3 5130 5247 5288 7562
4900 5000
5100 5200
5300 5400
5500 5600
5700
Base C15
c25 C50
perubahan biaya E
ffo rt
tr ip
1000 2000
3000 4000
5000 6000
7000 8000
9000
H ar
vest to
n
Eoa1 Eoa3
Hoa1 Hoa3
Gambar 28 Perkembangan harvest, effort dengan perubahan biaya. Sebagaimana terlihat pada Tabel 20 dan Gambar 28 di atas perubahan biaya
sebesar 15 dari base line menyebabkan penurunan effort dari 5.57 ribu trip menjadi 5.51 ribu trip dengan luasan KKL = 0.1. Namun disisi lain
peningkatan biaya ini akan meningkatkan produksi open access dari 5.25 ton menjadi 5.96 ton. Hal ini sesuai dengan teori perikanan open access dimana
ketika effort berkurang maka mereka yang masih berada di industri ini nelayan yang masih ada akan memperoleh benefit karena kurangnya ”pesaing” di
industri ini sehingga produksinya dapat meningkat. Gambar 29 berikut ini menjelaskan fenomena di atas.
E1 E2
Effort TC1
TC2
TR h1
h2
R e
v enue,
c o
s t,
h a
rv es
t
E1 E2
Effort TC1
TC2
TR h1
h2
R e
v enue,
c o
s t,
h a
rv es
t
Gambar 29 Dampak peningkatan biaya terhadap effort dan harvest
pada perikanan open access. Sebagaimana terlihat pada Gambar 29 di atas, peningkatan cost biaya
dari TC
1
ke TC
2
akan mengurangi effort dari E
1
ke E
2
. Oleh karena perikanan sudah berada di sebelah kanan titik MSY, maka pergeseran E
1
ke E
2
tersebut akan meningkatkan produksi dari h
1
ke h
2
. Fenomena ini terjadi hampir pada semua tingkat perubahan biaya. Pada kondisi yang cukup ekstrim dengan peningkatan
biaya sebesar 50, peningkatan produksi cukup signifikan meski penurunan effort tidak terlalu besar. Ini menunjukkan bahwa adanya trade off antara
mengurangi nelayan yang berlebih dengan meningkatkan kesejahteraan nelayan yang efisien melalui penutupan kawasan konservasi laut.
5.6 Model KODI Konservasi – Wisata