Pertanyaan Penelitian Atas dasar rumusan masalah dalam Gambar 1 di atas, maka beberapa pertanyaan
yang muncul adalah : 1 Bagaimana suatu kawasan konservasi yang ditujukan untuk wisata bahari
dapat ko-eksis dengan kegiatan ekonomi lainnya seperti perikanan ? 2 Apakah memungkinkan terjadinya konvergensi atau divergensi antara wisata
di daerah konservasi dengan kegiatan perikanan ? 3 Bagaimana pengelolaan suatu kawasan yang bersifat multiple use dapat
dilakukan dalam suatu pendekatan modeling ? 4 Bagaimana implikasi kebijakan dari penerapan pengelolaan seperti diuraikan
pada poin-poin diatas ? Berdasarkan uraian di atas, pokok permasalahan yang terdapat pada kawasan
konservasi dimana sekaligus sebagai kawasan wisata bahari adalah belum adanya model pengelolaan kawasan wisata bahari yang ko-eksis dengan kawasan
perikanan.
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model pengelolaan kawasan konservasi untuk wisata bahari yang dapat ko-eksis dengan
kegiatan ekonomi pesisir lainnya seperti perikanan. Secara khusus penulisan ini
bertujuan untuk :
1 Melakukan analisis komparatif nilai ekonomi antara wisata, konservasi
dan kegiatan perikanan. 2
Melakukan analisis skenario perubahan nilai ekonomi pada suatu kawasan konservasi jika harus ko-eksis dengan kegiatan perikanan.
3 Menganalisis pola konvergensi divergensi antara wisata dan perikanan
di daerah konservasi. 4
Melakukan analisis kebijakan terhadap implikasi ko-eksistensi antara wisata dan perikanan.
1.4 Hipotesis
Mengacu pada permasalahan yang dihadapi maka disusun hipotesis sebagai berikut :
1 Diduga bahwa pemanfaatan suatu kawasan untuk menjadi kawasan konservasi laut dan dimanfaatkan untuk kepentingan wisata bahari tidak
akan menurunkan nilai ekonomi kawasan tersebut. 2 Pemanfaatan kawasan konservasi dan wisata akan memberikan nilai
tambah pada kegiatan perikanan 3 Diduga dalam jangka panjang akan terjadi pola konvergensi antara
kegiatan wisata dan perikanan di kawasan konservasi
1.5 Hasil yang diharapkan
Secara umum penelitian ini akan menghasilkan model pengelolaan yang mengakomodasi ko-eksistensi antara kepentingan konservasi ekologi dan
pemanfaatan ekonomi. Lebih khusus lagi bahwa dari penelitian ini akan diperoleh:
1 Nilai ekonomi indikator dari kawasan konservasi yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan wisata
2 Model multi-guna konservasi dan wisata di kawasan Selat Lembeh, Sulawesi Utara
3 Model tipologi pengelolaan kawasan konservasi – wisata. 4 Implikasi Kebijakan bagi pengembangan wisata dan konservasi
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembangunan Wilayah Pesisir
Indonesia memiliki potensi sumberdaya pesisir yang sangat besar, baik potensi hayati maupun non hayati. Berdasarkan data Departemen Kelautan dan
Perikanan, Indonesia memiliki pulau-pulau dengan jumlah sebesar 17 500 dengan total panjang garis pantai mencapai 81 000 km serta memiliki luas wilayah laut
yang mencakup 70 dari total luas wilayah Indonesia. Selain itu, Indonesia juga memiliki potensi sumberdaya ikan dengan potensi lestari mencapai lebih kurang
6.2 juta tontahun, di luar sumber keragaman hayati lainnya seperti rumput laut, terumbu karang, dan lainnya DKP 2001. Di sisi sumber daya tidak terbarukan,
Indonesia memiliki sumber bahan tambang misalnya minyak dan gas bumi, pasir kuarsa, timah. Sumber daya pesisir juga memiliki potensi sebagai jasa lingkungan
untuk pariwisata, perhubungan laut dan jasa-jasa lainnya. Disamping itu, peningkatan permintaan konsumsi domestik dan pasar ekspor terhadap produk
perikanan laut Indonesia merupakan potensi besar yang bisa dimanfaatkan dalam pembangunan sektor kelautan.
Indonesia sebagai negara yang memiliki wilayah laut yang sangat luas dan terletak di jalur utama transportasi laut internasional sangat beruntung karena
memiliki potensi untuk mengembangkan sarana dan prasarana bagi kegiatan bongkar-muat kapal perdagangan internasional, sekaligus membuka peluang bagi
pembangunan ekonomi melalui kegiatan ekspor dan impor produk-produk yang potensial Indonesia. Namun potensi sumberdaya pesisir yang kaya tersebut tidak
diikuti dengan pemanfaatan yang baik. Sampai saat ini tingkat pemanfaatan sumberdaya pesisir tersebut masih jauh dari tingkat optimal dan berkelanjutan.
Hal ini terjadi karena kebijakan nasional selama ini bias terhadap sektor lain sehingga lebih berorientasi pada ekonomi daratan. Sektor-sektor yang terkait
dengan pesisir belum menjadi prioritas utama untuk ditumbuhkembangkan secara optimal bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat dan memberikan kontribusi
yang signifikan bagi pembangunan ekonomi nasional. Selain itu wilayah pesisir Indonesia di beberapa daerah sudah mengalami kerusakan dikarenakan kesadaran
publik yang masih rendah atas apa yang berlangsung pada sumberdaya pesisir Dahuri 2000.
Secara geologis terdapat keterkaitan ekologis hubungan fungsional baik antar ekosistem di dalam kawasan pesisir maupun antara kawasan pesisir dengan
lahan atas dan laut lepas. Dengan demikian perubahan yang terjadi pada suatu kawasan suatu ekosistem pesisir, cepat atau lambat akan mempengaruhi ekosistem
lainnya. Selain itu biasanya dalam suatu kawasan pesisir terdapat lebih dari dua macam sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan yang dapat dikembangkan
untuk kepentingan pembangunan, yang memungkinkan terjadinya pemanfaatan multiguna.
Dilihat dari sudut ekologi, wilayah pesisir dan laut merupakan lokasi beberapa ekosistem yang unik dan saling terkait, dinamis dan produktif. Begitu
pula apabila dipandang secara ruang arsitektural, wilayah ini dikenal sebagai suatu bentukan lanskap yang tinggi kualitasnya terutama karena secara dinamis
terus menerus mengalami perubahan bentukan dalam musim dan tahun, serta akibat interaksinya dengan manusia. Dinamika perubahan wajah alam ini yang
disertai dengan kekuatan karakter lanskap pesisir menjadi salah satu daya tarik yang kuat untuk dikembangkan sebagai daerah yang pantas dikunjungi dan
dinikmati. Keragaman bentukan dan struktur ruang dengan keragaman ekosistem utamanya, diantaranya hutan mangrove, terumbu karang, pantai, baik pantai
berbatu maupun berpasir, dan pulau-pulau kecil, juga merupakan nilai tinggi yang dimilikinya Cicin Sain and Knecht 1998.
Keunikan dan keragaman bentang alam dan juga apa yang terkandung di dalamnya menjadikan wilayah pesisir sebagai suatu kawasan yang memiliki
prospek yang tinggi untuk di kembangkan sebagai kawasan wisata. Namun demikian pemanfaatan potensi pariwisata ini banyak terkendala oleh karena
kurangnya perhatian terhadap pengelolaan yang berkelanjutan. Banyak negara sedang berkembang menganggap pariwisata sebagai sumber
pendapatan devisa yang potensial, namun keahlian untuk merencanakan suatu industri yang berkelanjutan dan dikelola dengan baik masih kurang. Meskipun
potensi pariwisata yang dimiliki suatu negara sangat variatif, seperti wisata alam, wisata budaya, wisata sejarah, dan lain-lain namun hal tersebut tidak dapat
dijadikan satu-satunya faktor andalan untuk menarik wisatawan. Hal ini mengingat keunggulan suatu tempat wisata tidak hanya dinilai dari segi fisiknya
saja. Banyak faktor pendukung lain yang turut menentukan marketable atau tidaknya suatu tempat wisata, termasuk infrastruktur dan lingkungan budaya
setempat UN 2001 diacu dalam Noronha et al. 2003.
2.2 Ekosistem Wilayah Pesisir