2.5 Pemodelan Sumberdaya Pesisir
Menurut Jeffers 1978 diacu dalam Grant et al. 1997, suatu model merupakan abstraksi dari kenyataan. Model adalah deskripsi formal dari faktor-
faktor penting dalam suatu masalah. Karena faktor-faktor penting dalam suatu masalah merupakan faktor-faktor yang didefinisikan untuk menjadi system of
interest maka model dapat digunakan sebagai deskripsi formal dari system of interest. Deskripsi tersebut dapat bersifat fisik, matematik ataupun verbal.
Model bermanfaat dalam beberapa hal dan salah satu yang paling penting adalah bahwa model membantu dalam melakukan konseptualisasi, mengorganisir dan
mengkomunikasikan fenomena yang rumit. Dengan kata lain model adalah representasi suatu realitas dari seorang pemodel, model sebagai jembatan antara
dunia nyata dan dunia berpikir untuk memecahkan suatu masalah. Dapat dikatakan bahwa pemodelan merupakan proses berpikir melalui sekuen yang
logis. Model dibangun atas proses berpikir dari dunia nyata yang kemudian di
interpretasikan melalui proses berpikir, sehingga menghasilkan pengertian dan pemahaman mengenai dunia nyata. Pemodelan juga dapat dikatakan sebagai
proses menerima, memformulasikan, memroses, dan menampilkan kembali persepsi dunia luar. Di dalam proses interpretasi dunia nyata tersebut ke dalam
dunia model, berbagai proses transformasi atau bentuk model bisa dilakukan. Ada model yang lebih mengembangkan interpretasi verbal bahasa, ada yang
diterjemahkan ke dalam bahasa simbolik, seperti bahasa matematik sehingga menghasilkan model kuantitatif. Untuk menjembatani dunia nyata yang dalam
persepsi manusia bersifat kualitatif menjadi model yang bersifat kuantitatif diperlukan proses transformasi berupa alat pengukuran dan proses pengambilan
keputusan. Model kuantitatif yang kokoh dapat dibangun apabila pengukurannya jelas. Oleh karenanya, pengukuran dalam membangun model sangat penting
karena dapat menentukan seberapa jauh model yang dibangun dapat dikendalikan dan dikelola.
Pemodelan pengelolaan sumberdaya pesisir pada dasarnya dibuat untuk dapat memanfaatkan sumberdaya tersebut sehingga menghasilkan manfaat
ekonomi yang tinggi bagi pengguna, namun kelestariannya tetap terjaga. Dengan
demikian pemanfaatan optimal sumberdaya pesisir harus mengakomodasi berbagai disiplin ilmu.
Untuk sumber daya pesisir seperti ikan, pemodelan yang menyangkut bagaimana mengelola sumber daya ini secara optimal dan berkelanjutan sudah
relatif “Well established”. Dimulai dengan model Gordon-Schaefer Gordon 1954 yang kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Clark dan Munro 1976,
model-model pengelolaan sumber daya ikan sudah relatif banyak diterapkan dan dikembangkan secara lebih kompleks dengan mengakomodasi berbagai
kompleksitas yang sebelumnya diabaikan. Demikian juga untuk sumber daya lainnya seperti mangrove dan terumbu
karang serta pulau-pulau kecil, belakangan sudah relatif banyak dikembangkan untuk menentukan bagaimana sumber daya alam tersebut dapat dikelola secara
optimal dan berkelanjutan. Namun demikian masih relatif sedikit yang mengembangkan keterkaitan antara suatu kawasan konservasi yang dimanfaatkan
sebagai suatu kawasan wisata dengan kegiatan ekonomi lainnya seperti perikanan, khususnya perikanan pesisir.
2.6 Pemodelan Konservasi, Wisata dan Perikanan