cE r
qE qKE
p −
− −
= 1
1 σ
π 3.14
Maksimalisasi manfaat ekonomi dapat diperoleh dengan melakukan turunan pertama terhadap input, sehingga diperoleh ;
1 2
1
2
= −
− −
− =
∂ ∂
c r
KE pq
pqK E
σ σ
π 3.15
Kemudian diperoleh nilai input optimal sebesar : ⎟⎟
⎠ ⎞
⎜⎜ ⎝
⎛ −
− =
pqK c
q r
E σ
1 1
2 3.16
Dengan mensubstitusikan persamaan di atas ke dalam persamaan 3.14, diperoleh manfaat ekonomi lestari yang maksimal dari pengelolaan KKL sebesar :
2
1 1
4 ⎟⎟
⎠ ⎞
⎜⎜ ⎝
⎛ −
− =
pqK c
rpK σ
π
3.17
Dengan mengetahui solusi eksplisit dari beberapa variabel di atas, produksi lestari pada daerah yang dilindungi juga dapat diketahui dengan persamaan 3.13 dan
persamaan 3.5, yaitu sebesar :
⎥ ⎥
⎦ ⎤
⎢ ⎢
⎣ ⎡
⎟⎟ ⎠
⎞ ⎜⎜
⎝ ⎛
− −
=
2
1 1
4 pqK
c rK
h σ
3.18
3.4 Pengukuran Dampak Kesejahteraan
Untuk mengukur seberapa besar dampak kesejahteraan akibat pemanfaatan kawasan konservasi terhadap kegiatan perikanan maka dihitung perubahan surplus
produsen yang terjadi pada nelayan. Surplus produsen dalam hal ini mengukur manfaat bersih yang diterima oleh nelayan dengan dan tanpa kawasan konservasi.
Pengukuran surplus produsen dihitung dengan menggunakan formula Fauzi dan Anna 2005 sebagai berikut :
1
0 0 2
2 4
1
h h
c PS
P h dh
h α
β σ
α =
− + −
− +
∫
3.19
Keterangan :
P = harga pada periode awal
h = tangkapan produksi tanpa KKL
h
1
= produksi dengan KKL c = biaya
α qk dan β q
2
kr = koefisien biofisik Perubahan harga akibat adanya KKL di hitung berdasarkan formula Total
Revenue Penerimaan Total yaitu :
KKL KKL
h r
qE qKE
P 1
1 −
− =
σ 3.20
3.5 Pendekatan Konvergensi – Divergensi
Pendekatan konvergensi maupun divergensi antara berbagai kegiatan di kawasan konservasi pada intinya digunakan untuk menentukan ”time path” antara
wisata, konservasi dan perikanan. Analisis konvergensi akan memprediksi trajektori wisata di daerah konservasi dengan kegiatan perikanan pada saat kedua
kegiatan tersebut dapat bersinergi dalam konteks pengelolaannya. Sementara analisis divergensi diperlukan untuk memprediksi trajektori ketika kedua kegiatan
tersebut tidak lagi komplemen satu sama lainnya. Pola konvergensi dan divergensi tersebut seperti terlihat pada Gambar 7 sebagai berikut :
W,P
Convergence Divergence
P W
W,P
Convergence Divergence
P W
Gambar 7 Pendekatan analisis melalui Konvergensi – Divergensi.
3.6 Model KODI Konservasi – Wisata
Untuk menentukan Konvergensi dan Divergensi secara dinamik antara kawasan konservasiwisata dengan kegiatan lain dalam hal ini kegiatan perikanan,
maka dalam penelitian ini akan di gunakan pendekatan Willen dengan memodifikasi persamaan Willen untuk wisata. Persamaan Willen untuk
perikanan sering di tulis dalam bentuk :
.
x
= rx 1-xK – qxE 3.21 3.22
.
E pqx c E
η =
−
Persamaan standar diatas menggambarkan bahwa dinamika stok ikan akan tergantung dari pertumbuhannya dalam hal ini diwakili oleh fungsi pertumbuhan
logistik sebagaimana sudah di jelaskan pada persamaan 3.5 dikurangi dengan produksi yang tergantung dari fungsi effort E. Dari persamaan tersebut dapat
dijelaskan bahwa dinamika dari konservasi diukur dari ketersediaan biomas artinya apabila konservasinya bagus maka biomassnya pun akan baik. Di sisi lain
dinamika effort sendiri atau
. .
E
E dot akan dipengaruhi oleh keuntungan yang diperoleh dikalikan dengan effort yang digunakan , koefisien
η eta menunjukan koefisien respon.
Jika kemudian dengan adanya wisata, effort akan berkurang maka persamaan di atas dapat dimodifikasi untuk menunjukan dinamika dari wisata. Di
asumsikan bahwa hubungan antara wisata dan effort dalam bentuk :
E L
φ
=
3.23 dimana, 0 Ø1
Dengan demikian L
E φ
= , jika dimisalkan bahwa 1
γ φ
= maka dapat dinyatakan bahwa
E L
γ
=
maka persamaan di atas dapat diubah untuk menunjukan interaksi antara wisata, konservasi dan perikanan sehingga di tulis dalam bentuk :
γ L qx
K x
rx
x
− ⎟
⎠ ⎞
⎜ ⎝
⎛ − =
1
.
xL q
γ K
x rx
− ⎟
⎠ ⎞
⎜ ⎝
⎛ − 1
3.24 L
c pqx
L −
= η
.
dengan asumsi bahwa jika usaha perikanan menguntungkan akan menurunkan wisata maka koefisien
〈 η . Pemecahan kedua persamaan di atas secara simultan
dengan software Madonna akan menghasilkan pola konvergensi dan divergensi antara wisata dan biomass lingkungan yang mewakili konservasi. Di dalam
model ini nilai η dan φ bersifat arbitrary sehingga harus dilakukan iterasi untuk
η dan φ 0.5 dan diatas 0.5. Dalam menganalisis dibuat beberapa skenario antara kedua kegiatan itu dengan beberapa indikator seperti SDA dan biaya.
Apakah ko-eksistensi kedua kegiatan itu bersifat konvergensi dan divergensi. Berbagai kemungkinan pola konvergensi dan divergensi dapat dilihat pada
Gambar 8 sebagai berikut :
wisata
Konvergensi-koeksistensi
Perikanan
T
Tipologi
Ko-eksistensi Konvergensi
wisata
Konvergensi-koeksistensi
Perikanan
T
Tipologi
Ko-eksistensi Konvergensi
T Divergensi- Konvergensi- Koeksistensi
wisata
Perikanan
Tipologi
Divergensi Konvergensi
Ko-eksistensi
T Divergensi- Konvergensi- Koeksistensi
wisata
Perikanan
Tipologi
Divergensi Konvergensi
Ko-eksistensi
T Divergensi- Konvergensi- Koeksistensi
wisata
Perikanan
Tipologi
Divergensi Konvergensi
Ko-eksistensi
Gambar 8 Beberapa tipologi ko-eksistensi antara wisata dengan perikanan.
wisata
Perikanan
T
Tipologi
Konvergensi wisata
Perikanan
T
Tipologi
Konvergensi wisata
Perikanan
T
Tipologi
Konvergensi
wisata
Perikanan
T
Tipologi
Divergensi
wisata
Perikanan
T
Tipologi
Divergensi
wisata
Perikanan
T
Tipologi
Divergensi
wisata
Perikanan
T
Tipologi
Ko-eksistensi - Divergensi
Ko- eksis
wisata
Perikanan
T
Tipologi
Ko-eksistensi - Divergensi
Ko- eksis
wisata
Perikanan
T
Tipologi
Ko-eksistensi - Divergensi
Ko- eksis
Wisata
Perikanan
T Tipologi
Konvergensi-Divergensi Non Koeksistensi
Wisata
Perikanan
T Tipologi
Konvergensi-Divergensi Non Koeksistensi
Wisata
Perikanan
T Tipologi
Konvergensi-Divergensi Non Koeksistensi
Lanjutan Gambar 8 Beberapa tipologi ko-eksistensi antara wisata dengan
perikanan. Implementasi model konvergensi tersebut yang dimodifikasi dari model
Willen diatas secara ikoniksimbolik dapat digambarkan melalui simulasi dinamik dengan software Ventana Simulation Vensim sebagaimana digambarkan pada
Gambar 9 pada halaman berikut.
Gambar 9 Simulasi dinamika wilayah Selat Lembeh, kota Bitung.
Keterangan : 1. Variabel Utama Main Variable
a. Perikanan kg b. Pariwisata orang
c. Penduduk orang d. Benefit Perikanan
2. Variabel Pendukung Auxilary Variable a. Interest Rate
b. Fishgrowth pertumbuhan intrinsik ikan c. K daya dukung perairan
d. q koefisien penangkapan e. Effort
f. Cost Biaya Penangkapan g. Price harga ikan
h. Rent i. Kawasan Konservasi Laut KKL
j. Total Coverage Selat Lembeh k. Tourism cc daya dukung wisatawan
l. Rpop laju pertumbuhan penduduk m. Mig laju migrasi
n. Frapoptofisherman prosentase penduduk sebagai nelayan
3. Elemen Sistem a. Pertumbuhan ikan
b. Hasil Tangkapan c. Pertumbuhan wisatawan tourgrowth
d. Outourism e. Growthpop pertumbuhan penduduk
f. Outmig migrasi penduduk g. Present Value Perikanan Nilai Perikanan saat ini
Simulasi tersebut menggambarkan adanya tiga komponen dalam simulasi yaitu komponen stok yaitu perikanan, komponen pariwisata dan komponen penduduk
yang berpengaruh terhadap perkembangan nelayan. Interaksi pertama menggambarkan bagaimana perubahan dari pertumbuhan perikanan yang
dipengaruhi oleh aspek biofisik dan juga ditentukan oleh seberapa besar ikan diambil oleh nelayan dalam bentuk fungsi tangkap. Hal ini sebenarnya sesuai
dengan standar model dimana fungsi penangkapan juga dipengaruhi oleh koefisien daya tangkap q, effort, dan kawasan konservasi laut itu sendiri. Disisi
lain, bahwa tangkap juga dipengaruhi oleh seberapa besar pertumbuhan nelayan di daerah tersebut dimana secara tidak langsung dipengaruhi oleh seberapa besar
jumlah penduduk di wilayah penelitian. Interaksi keduanya juga akan mempengaruhi seberapa besar pertumbuhan wisata. Jadi idealnya, apabila
komponen perikanan dan wisata bersinergi maka pertumbuhan perikanan tidak akan mengganggu pertumbuhan pariwisata, tetapi apabila tidak bersinergi atau
divergensi maka apa yang akan terjadi di perikanan juga akan mempengaruhi wisata. Sehingga pertumbuhan pariwisata juga dipengaruihi oleh perikanan dan
juga oleh pertumbuhan populasi itu sendiri. Semua ini di ukur berdasarkan pengaruh dari kawasan konservasi laut, kemudian hasil akhir ini diukur dalam
bentuk manfaat ekonomi dari ketiga komponen tersebut. Karena hal ini menyangkut jangka panjang maka diukur dalam bentuk Present Value.
Adapun metode assessment penelitian ini secara ringkas dijelaskan pada Gambar 10 sebagai berikut.
Metode ASSESSMENT
DINAMIKA SDA
INPUT MASYARAKAT
SDA WISATA
Perikanan Non
Ekstraktif
Willen Regresi
Ekonomic Performance
Valuasi Ekonomi
BOTE Konvergensi
Divergensi
TIPOLOGI SDA
Nilai ekonomi
Wisata
Skenario KKL
Bioekonomi
Metode ASSESSMENT
DINAMIKA SDA
INPUT MASYARAKAT
SDA WISATA
Perikanan Non
Ekstraktif
Willen Regresi
Ekonomic Performance
Valuasi Ekonomi
BOTE Konvergensi
Divergensi
TIPOLOGI SDA
Nilai ekonomi
Wisata
Skenario KKL
Bioekonomi
Gambar 10 Metode assessment untuk mengembangkan model Pengelolaan pariwisata dan perikanan.
3.7 Parameterisasi Model 3.7.1 Estimasi Parameter Biofisik