tipologi I ke tipologi II. Selain itu sebagaimana bisa dilihat pada Gambar 40 dalam kondisi baseline existing condition terjadi pergerakan yang searah
meningkat antara wisata dan perikanan untuk menunju ke arah konvergensi. Ini setara dengan pergerakan tipologi dari tipologi kolom II ke arah tipologi kolom
III. Analisis di atas kemudian diperkuat dengan hasil analisis dinamis
sebagaimana ditampilkan pada Gambar 30, Gambar 31 dan Gambar 32. Dinamika Gambar 30 dan Gambar 31 menunjukkan bahwa dengan tingginya
biaya melaut akan menurunkan effort dimana semakin berkurangnya kegiatan perikanan keterlibatan kegiatan perikanan rendah sehingga kondisi biofisik
menjadi semakin tinggi. Pada saat kondisi biofisik membaik, kegiatan pariwisata akan meningkat menuju titik keseimbangan dengan titik berkurangnya kegiatan
perikanan. Sehingga implikasi kebijakannya yang dapat diterapkan pada kondisi seperti itu adalah mengatur biaya melaut yang tepat agar keseimbangan
konvergensi tetap stabil.
6.6 Implikasi Operasional
Penetapan kawasan konservasi dan wisata pada wilayah yang sebelumnya menjadi fishing ground masyarakat nelayan tradisional tentu saja akan
berimplikasi pada kehidupan ekonomi masyarakat itu sendiri. Secara operasional, ini memang tidak mudah dan memerlukan waktu yang cukup lama untuk
meyakinkan semua pihak termasuk keluarga nelayan bahwa aktifitas mereka dapat ko-eksis dengan KKL. Untuk itu dibutuhkan kebijakan operasional yang dapat
meyakinkan masyarakat sebagai pelaku utama kegiatan di pesisir Selat Lembeh, bahwa akan ada manfaat yang akan diperoleh dari ko-eksistensi tersebut. Adapun
salah satu alternatif kebijakan yang mungkin dapat dilakukan adalah melalui kemitraan antara pengelola kawasan konservasi dan wisata dengan nelayan. Pada
saat nelayan tidak sedang musim ikan tidak melaut, mereka dapat di berdayakan untuk menjadi guidepemandu wisatawan untuk mengunjungi kawasan konservasi
dan melakukan diving disekitar KKL. Kemitraan dapat juga dilakukan dalam pengawasan dan pengelolaan serta pemeliharaan kawasan konservasi. Dengan
melibatkan nelayan maka biaya pengawasan akan menjadi lebih murah dan
insentif untuk merusak dapat dikurangi. Disamping kegiatan operasional di atas, pengembangan skala usaha kecil
untuk kawasan wisata yang dapat dikelola oleh masyarakat setempat juga dapat dilakukan di desa yang berdekatan dengan kawasan konservasi. Kebijakan seperti
ini merupakan kebijakan yang memberikan hak pemilikan sebagian partial property rights bagi nelayan terhadap kawasan wisata. Pola pengusahaan dapat
berbentuk community based maupun individual based skala kecil. Dengan demikian ko-eksistensi dapat secara cepat di internalisasi oleh nelayan itu sendiri
tanpa melalui intervensi pihak luar.
6.7 Pola Kemitraan yang Dapat Dikembangkan
Dalam memacu pembangunan saat ini pemerintah memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada swasta untuk berperan serta diberbagai sektor
pembangunan. Demikian pula pengelolaan Selat Lembeh, penanganan sumberdaya ini yang mengacu pada pembangunan berkelanjutan, peran swasta
sangat diharapkan terutama untuk pembangunan di sektor yang dapat menjadi pemicu untuk menghasilkan devisa, menyerap tenaga kerja, mempercepat
pembangunan wilayah dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Salah satu upaya yang dianggap tepat dalam pengelolaan sumberdaya ini
adalah melalui kemitraan usaha seperti telah diuraikan diatas. Melalui kemitraan diharapkan dapat secara cepat terjadi simbiose mutualistik antara
pihakpengusaha wisata dengan pelaku usaha kecil perikanan, sehingga kekurangan dan keterbatasan antara kedua pelaku dapat teratasi. Di samping itu
sekaligus diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Sebagai implementasi dari hubungan kemitraan dapat dilaksanakan melalui
pola-pola kemitraan yang telah berkembang selama ini namun perlu disesuaikan dengan kondisi dan tujuan usaha yang akan dimitrakan dengan menciptakan iklim
usaha yang kondusif, baik di dalam pembinaan maupun pelaksanaan operasionalnya. Menurut Hafsah 1999, pembinaan kemitraan sangat
berpengaruh terhadap kebijaksanaan yang berlaku di suatu wilayah, oleh karena itu dukungan pemerintah mutlak diperlukan dalam pelaksanaan kemitraan usaha
dan ditunjang operasionalisasi yang baik seperti penjabaran pelaksanaan
kemitraan melalui kontrak kerjasama kemitraan dan secara konsisten mengikuti segala kesepakatan yang telah ditetapkan bersama.
Ada beberapa jenis pola kemitraan yang telah banyak dilaksanakan seperti pola Inti Plasma, pola Subkontrak, pola Dagang Umum, pola Keagenan dan
Waralaba Hafsah 1999. Setelah mencermati berbagai pola kemitraan yang telah berkembang di masyarakat seperti diuraikan diatas, ternyata pola kemitraan yang
akan diterapkan dalam pengelolaan sumberdaya pesisir ini tidak ada yang mendekati jenis-jenis pola kemitraan diatas. Pola kemitraan yang diharapkan
dapat diterapkan di Selat Lembeh merupakan pola kemitraan pemula dan sangat sederhana. Gambar 42 berikut menjelaskan bahwa pihak pengusaha mempunyai
tanggung jawab terhadap pihak nelayan sebagai mitranya dalam memberikan pendidikan, pelatihan dan pembinaan dalam rangka menjadi pemandu wisata serta
bagaimana mengelola dan cara pemeliharaan kawasan konservasi. Sedangkan bagi pengusaha usaha kecil nelayan yang menjadi mitra mempunyai kewajiban
untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan oleh pihak pengusaha besar. Selain itu juga bertanggung jawab dalam pemeliharaan kawasan
konservasi sebagai lokasi wisata. Untuk mendukung berkembangnya kemitraan usaha ini dibutuhkan peran
pemerintah setempat dalam menciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan usaha. Adapun wujud dari peran pemerintah tersebut dapat berupa pemberian
fasilitas dan kemudahan dalam berinvestasi, penyediaanpembangunan sarana prasarana transportasi, telekomunikasi, listrik serta kemudahan-kemudahan
lainnya yang mendukung terlaksananya kemitraan usaha. Di samping itu, pemerintah setempat diharapkan dapat berperan pula dalam pembinaan terhadap
pelaksanaan kemitraan tersebut untuk menghindari terjadinya eksploitasi salah satu pihak terhadap pihak lainnya.
Pengusaha Wisata Usaha Kecil
Nelayan Pembina
Fasilitator
•Manajemen •Teknologi
•Pembinaan Pendidikan
Pengusaha Wisata Usaha Kecil
Nelayan Pembina
Fasilitator
•Manajemen •Teknologi
•Pembinaan Pendidikan
Gambar 42 Pola kemitraan antara pengusaha wisata dan usaha kecil nelayan di Selat Lembeh.
6.8 Logical Framework LOGFRAME Analysis untuk Implikasi Kebijakan