5.9. Dampak Perubahan Iklim dan Liberalisas i Perdagan ga n te rhadap
Makro Ekonomi Negara Produsen dan Importir Komoditi Panga n
Untuk menangkap isu perubahan iklim sekaligus isu liberalisasi perdagangan, maka dalam skenario ini dilakukan skenario gabungan perubahan
iklim dan liberalisasi perdagangan secara serentak. Skema liberalisasi dalam WTO yang memungkinkan dapat dilakuka n secara gradual memberikan ruang
dalam penelitian ini untuk membagi skenario liberalisasi menjadi 2 yaitu 1 perubahan iklim da n liberalisasi perdagangan sektor pertanian sebesar 70 Persen
untuk negara maju dan 36 persen untuk negara berkembang, dan skenario 2 Perubahan iklim dan liberalisasi perdagangan untuk komoditi pertanian sebesar
100 persen untuk negara maju dan negara berkembang. Berdasarkan Tabel 45 dapat dilihat perbandingan antara skenario 4 yaitu
perubahan iklim dan liberalisasi perdagangan untuk komoditi pertanian sebesar 70 Persen untuk negara maju dan 36 persen untuk negara berkembang, dan skenario
5 yaitu perubahan iklim dan liberalisasi perdagangan untuk komoditi pertanian sebesar 100 persen unt uk ne gara maju dan negara berke mba ng. Peruba han iklim
dan liberalisasi perdagangan secara penuh memberikan dampak positif bagi GDP riil keseluruhan negara yang dianalisis. Walaupun GDP riil sama-sama
mengalami penurunan pada skenario 4 dan 5, namun penurunan GDP riil pada skenario 5 lebih rendah dibandingkan dengan skenario 4. Liberalisasi tidak dapat
serta merta menghilangkan kerugian karena adanya perubahan iklim, namun demikian liberalisasi perdagangan yang mengimplikasikan diterapkannya zero
tariff pada skenario 5 memberikan insentif bagi produsen untuk menghasilkan
output sehingga meningkatkan GDP riil. Beberapa negara seperti Rusia, EU-25, Vietnam dan ROW, GDP riilnya meningkat di skenario 4. Selanjutnya pada
skenario 5 dengan adanya eliminasi tarif secara penuh menyebabkan GDP riilnya lebih meningkat dibandingkan skenario 4.
Peningkatan GDP riil di Rusia, EU-25, Vietnam, ROW memberikan konsekuensi terhadap peningkatan kesejahteraan equivalen variation. Selain dari
sisi produksi, peningkatan kesejahteraan dimungkinkan terjadi karena konsumen memperoleh barang dengan harga yang relatif murah sebagai dampak adanya
trade creation effect . Dibukanya pasar melalui liberalisasi perdagangan dan di
saat yang sama terjadi perubahan iklim, tetap menstimulasi terjadinya consumption effect
baik pada skenario 4 maupun 5. Namun demikian dampak eliminasi tarif 100 persen lebih besar terhadap peningkatan kesejahteraan
dibandingka n pe nurunan tarif di negara maju yang hanya sebesar 70 persen da n negara berkembang sebesar 36 persen. Diantara negara yang diteliti hanya
Australia yang peningkatan kesejahteraannya dominan dipengaruhi oleh consumption effect
, mengingat produksi Australia mengalami penurunan. Liberalisasi perdagangan menyebabkan aliran perdagangan lebih bebas
tanpa hambatan. Hal ini menyebabkan pasokan komoditi sektor pertanian tidak hanya bersumber dari domestik saja namun juga bersumber dari luar negeri
melalui mekanisme impor. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan kolom impor pada Tabel 45. Pasar domestik akan mengalami excess supply,
sehingga mendorong penurunan harga. Penurunan harga komoditi pertanian tercermin dalam penurunan GDP deflator hampir di sebagian negara yang
dianalisis kecuali Brazil sebesar 2.11 persen, India 1.75 persen, Australia 1.61 persen, Philipina 0.88 persen, Vietnam 0.61 persen dan Thailand 0.11.
Apabila dibandingkan antara skenario 4 dan 5, penurunan GDP deflator lebih
besar di skenario 5 dibandingkan dengan skenario 4. Hal ini disebabkan pada skenario 5 liberalisasi perdagangan menuntut dihilangkannya hambatan tarif,
sehingga mendorong aliran barang dan jasa lebih tinggi dibandingkan pada skenario 4 yang masih terdapat hambatan tarif.
Kinerja perdagangan beberapa negara menunjukkan adanya peningkatan. Negara- negara yang mengalami peningkatan neraca perdagangannya dari yang
tertinggi berturut-turut US, Thailand, India, Bangladesh, Philipina, Australia, Pakistan, Vietnam, dan Indonesia. Walaupun perubahan iklim berdampak pada
penurunan output, adanya liberalisasi yang berimplikasi pada penurunan maupun eliminasi tarif memberikan insentif bagi investor untuk meningkatkan ekspor.
Untuk Indonesia insentif ekspor terjadi pada beberapa komoditi pertanian, manufaktur dan juga services. Dampak selanjutnya peningkatan eskpor
menstimulus pe ningkatan neraca perda ganga n negara- negara tersebut. Skema liberalisasi perdagangan secara komprehensif seyogyanya
menyediakan ruang untuk peningkatan investasi. Persetujuan untuk meliberalisasi perdagangan di sektor barang dan jasa akan mendorong dunia usaha untuk
menyesuaikan dengan lingkungan bisnis bilateral tanpa hambatan. Kondisi ini hanya dimanfaatkan oleh beberapa negara yang ditunjukkan oleh peningkatan
investasi, yaitu Brazil, EU-25, Australia, dan Rusia. Sedangkan negara yang tidak serta merta merespon perubahan iklim dan liberalisasi perdagangan adalah
Thailand, Bangladesh, Philipina, India, Indonesia, Vietnam, Pakistan, China, US dan ROW. Penelitian Widyastutik et al. 2009 menunjukkan terdapat faktor-
faktor lain yang mempengaruhi inve stor untuk menanamka n mod alnya disuatu negara. Selain daya tarik penurunan atau eliminasi tarif, daya tarik perbaikan
iklim investasi berupa reformasi regulasi, minimisasi resiko ketidakpastian dalam berusaha, dan perbaikan infrastruktur mempengaruhi keputusan investor dalam
menanamkan modalnya. Disamping itu pemahaman yang tidak lengkap mengenai prospek pertanian menjadikan investasi semakin jauh tak terjangkau bagi sektor
pertanian. Pertanian dalam persepsi investor adalah usaha yang sangat beresiko high risk, tergantung musim, dan jaminan harga yang tidak pasti.
Secara teori, dasar pertukaran dari suatu negara dikatakan menurun atau memburuk apabila
menurun atau apabila harga-harga ekspor secara relatif
mengalami penurunan terhadap harga impo r. TOT yang memburuk di Bangladesh, Indonesia, Rusia, Pakistan, Philipina, China, EU-25 dan ROW
disebabkan menurunnya harga ekspor relatif dibandingkan harga impor pada komoditi yang diperdagangkan setiap negara tersebut. Di satu sisi peruba han iklim
cenderung mendorong kenaikan harga, sedangkan liberalisasi perdagangan menurunkan harga ekspor. Dominasi dampak liberalisasi serta karakteristik
komod iti primer yang harganya cenderung lebih rendah diba ndingka n ko mod iti sektor manufaktur dan services menyebabkan TOT negara-negara tersebut diatas
mengalami penurunan. Negara yang mengalami peningkatan TOT adalah Brazil, Australia, US, Thailand dan Vietnam.
Dari sisi konsumsi, dampak perubahan iklim lebih dominan dibandingkan liberalisasi perdagangan sehingga ske nario gabungan peruba han iklim dan
liberalisasi perdagangan melalui penurunan tarif pada skenario 4 dan skenario 5 tidak memberikan insentif bagi konsumen untuk meningkatkan konsumsinya.
Konsumsi di hampir keseluruhan negara mengalami penurunan kecuali Brazil yang meningkat sebesar 1.53 persen pada skenario 4 dan 3.31 persen pada
skenario 5, Australia meningkat sebesar 1.53 persen pada skenario 4 dan 3.42 persen pada skenario 5, India meningkat 0.97 persen pada skenario 4 dan 0.76
persen pada skenario 5 dan Vietnam meningkat sebesar 0.77 persen pada skenario 4 dan 0.75 persen pada skenario 5. Dampak perubahan iklim dan liberalisasi
perdagangan terhadap pengeluaran pemerintah tidak jauh berbeda dengan dampak terhadap konsumsi rumah tangga. Dampak perubahan iklim dan liberalisasi
perdagangan cenderung menurunkan pengeluaran pemerintah baik pada skenario 4 dan skenario 5 di hampir keseluruhan negara kecuali Brazil, Australia dan
Vietnam. Tabel 45. Dampak Skenario Perubahan Iklim dan Liberalisasi Perda gangan
Terhadap Keragaan Makroekonomi
Negara Sim 4
Sim 5 Sim 4
Sim 5 Sim 4
Sim 5 Sim 4
Sim 5 Sim 4
Sim 5
Australia -0.12
-0.12 1.61
3.38 1 963.2
4 561 176.6
635.21 2.35
4.59 Rusia
1.62 1.83
-3.58 -4.53
8 477.7 9 801
-1854 -2 284
-0.45 -0.34
China -0.21
-0.17 -0.01
-0.31 -3 953.3
-3 852 -147
-2 630 -0.08
-0.14 Indonesia
-0.55 -0.46
-0.34 -1.98
-1 783.9 -2 248
25.84 -478.4
-0.51 -1.34
Philippines -1.06
-0.89 0.88
0.09 -1 013.8
-871.3 291.1
117.97 -0.24
-0.25 EU_25
0.16 0.23
-0.71 -1.07
1 9252 28 260
-6 452 -596.6
-0.07 -0.04
Pakistan -0.39
-0.23 -0.24
-1.65 -457.19
-353.2 132.8
153.88 -0.26
-0.67 Thailand
-1.04 -0.95
0.11 0.54
-1 171.1 -429.2
2 047 2 094.9
0.35 0.9
Vietnam 0.02
0.17 0.61
0.43 127.54
223.1 119
170.33 0.37
0.44 India
-1.15 -1.01
1.75 1.46
-7 009.1 -5 933
1 465 1657
0.4 0.55
Bangladesh -4.12
-3.91 -0.65
-3.2 -2 691.3
-2 648 472.3
345.7 -2.39
-3.11 US
-0.05 -0.05
-0.19 -0.13
-2 630.7 2 866
4 933 11 689
0.24 0.6
Brazil -0.71
-0.76 2.1
3.88 -1 368
153.4 -253
-512.1 2.99
5.05 RestofWorld
0.12 0.38
-0.32 -1.28
6 760.1 23 424
-956 -10 363
-0.18 -0.52
PDB Inflasi
Equivalent Variance 000 USD
Neraca Perdagangan
000 USD Terms of Trade
Sumber: Data Diolah
Tabel 45. Dampak Skenario Perubahan Iklim dan Liberalisasi Perdagangan
Terhadap Keragaan Makroekonomi Lanjutan
Negara Sim 4
Sim 5 Sim 4
Sim 5 Sim 4
Sim 5 Sim 4
Sim 5 Sim 4
Sim 5
Australia 1.56
3.42 0.03
-0.1 1.52
3.32 1.29
2.58 3.09
5.86 Rusia
-2.99 -3.96
0.62 0.46
-0.95 -1.48
3.12 4.98
5.61 8.88
China -0.19
-0.51 -0.16
0.08 -0.27
-0.5 0.61
1.66 0.64
2.19 Indonesia
-0.89 -2.67
-0.64 -0.5
-1.08 -2.37
1.49 3.88
1.11 3.54
Philippines -0.06
-0.75 -2.47
-1.3 -0.72
-1.15 2.69
4.86 1.99
4.62 EU_25
-0.76 -1.15
0.17 -0.1
-0.29 -0.47
3.14 4.67
3.23 4.65
Pakistan -0.66
-2.02 -0.54
-0.5 -0.68
-1.77 3.95
8.78 1.75
4.48 Thailand
-1 -0.4
-5.64 -5.4
-1.31 -0.55
1 0.81
-0.4 -0.06
Vietnam 0.77
0.75 -0.55
-0.9 0.6
0.59 0.29
1.18 0.26
1.01 India
0.97 0.76
-0.88 -1
-0.17 -0.2
1.14 3.13
0.12 1.75
Bangladesh -4.28
-6.97 -3.46
-3.2 -6.94
-8.75 10.7
16.62 3.1
8.4 US
-0.26 -0.2
-0.2 -0.5
-0.2 -0.12
2.74 4.5
1.91 3.14
Brazil 1.53
3.31 0.61
1.48 1.24
3.02 -0.55
0.7 3.71
8.61 RestofWorld
-0.25 -1.14
-0.01 0.23
-0.14 -0.66
1.88 5.01
1.96 5.43
Investasi Pengeluaran
Pemerintah Ekspor
Impor Konsumsi
Sim 4: Skenario Perubahan Iklim dan Liberalisasi Perdagangan untuk Komoditi Pertanian sebesar 70 Persen untuk Negara M aju dan 36 Persen untuk Negara Berkembang
Sim 5: Skenario Perubahan Iklim dan Liberalisasi Perdagangan untuk Komoditi Pertanian sebesar 100 Persen untuk Negara M aju dan Negara Berkembang
Sumber: Data Diolah
5.10. Dampak Perubahan Iklim dan Liberalisas i Perdagan ga n Terhadap