B. F Skinner

3. B. F Skinner

a. Belajar Siswa Menurut Skinner

Teori behaviorisme bertitik tolak pada pandangan bahwa siswa sebagai organisme (dengan simbol O ), ketika belajar ia merespon (dengan simbol R ) terhadap Stimulus (dengan simbol

S ) terhadap dunia sekitarnya; untuk memperkuat respon tersebut siswa harus diberi penguatan (Reinforcement). Rumusan ini dikenal dengan istilah S-R atau S-O-R.

Eksperiment yang dilakukan Skinnser untuk meningkatkan teori S-R melalui kotak yang diisi sekor burung merpati, kotak itu disebut Skinner Box . Kotak Skinner tempat binatang diajar jika binatang menginjak pegas, maka memperoleh makanan. Bila per diinjak salah, binatang itu tidak memperoleh makanan apa-apa bahkan menerima getaran listrik yang lunak (reinfoercement negative). Bila per yang benar diinjak, maka keluar makanan sebagai hadiah

(reinforcement positive), (Nasution, 1986: 27; Orenstein dan Hunkins, 1998: 103). Hasil penelitian Skinner ini menunjukan reinforcement positif memperoleh makanan sebagai hadiah (reward), sedangkan reinforcement negatif mendapat getaran listrik lunak sebagai hukuman (funishment). Berdasarkan eksperimen Skinner itu, bahwa manusia belajar sama seperti binatang dengan cara: Stimulus- Respon- Reinforcement.

Ornstein dan Hunkis (1998) mengemukakan bahwa Skinner memberikan reinforcementpositif dan negatif dilakukan secara bersamaan. Misalnya, reinforcement positif diberikan ketika siswa memperoleh prestasi yang baik kemudian diberi hadiah (reward) atas prestasi yang diraih siswa, hadiah tidak selalu yang berbentuk materi, melainkan juga yang nonmateri seperti senyuman, tepuk tangan, pujian dan yang lainnya, yang penting siswa prestasinya tetap stabil. Reinforcement negatif diberikan ketika siswa mendapat prestasi belajar tidak baik, misalnya guru memberi saran kepada siswa Jangan malas belajar ; Tingkatkan prestasi belajar Mu , dan lain sebagainya. Berkenaan dengan hukuman (punishment) Skinner menolak, sebab menghalangi semangat belajar siswa. Hal ini sebagaimana dikemukakan Ornstein dan Hunkins (1998: 104),

Although Skinner belives in both positive and negative reinforcement, he rejects punishment because he feels it inhibitis learning . Maksudnya, walaupun Skinner yakin adanya penguatan pisitif, dan negatif, ia menolak hukuman, sebab akan menganngu semangat belajar siswa. Artinya, pemberian penguatan kepada siswa disesuaikan dengan keadaan.

b. Peran Guru Mengajar Siswa

Hasil eksperimen kaum behavioris sebagaimana di kemukakan di atas memilki pengaruh yang besar terhadap pendidikan. Para pendidik (guru) behavioris merubah kurikulum menurut prinsip-prinsip behaviorisme sebagai program pengajaran baru. Menurut kaum behavioris walaupun karakter siswa berbeda- beda, pembuatan prosedur kurikulum sedapat mungkin relevan dengan kebutuhan siswa agar belajar mereka menyenangkan. Ketika akan mengajar topik baru atau aktivitas belajar terlebih dahulu dikenalkan atau dihubungan dengan pengalaman belajar yang sudah dikuasai siswa. Setiap pengalaman belajar siswa yang negatif dimodifikasi menjadi pengalaman yang menyenangkan.

Menurut kaum behavioris bahwa organisasi kurikulum (tujuan, materi, metode dan proses) disesuaikan dengan pengalaman Menurut kaum behavioris bahwa organisasi kurikulum (tujuan, materi, metode dan proses) disesuaikan dengan pengalaman

Prinsip belajar behaviorisme mengutamakan tes hasil belajar (testing), pengawasan (monitoring), pembiasaan (drilling), dan umpan balik (feedback). Metode pengajaran behaviorisme mengutamakan belajar individu, instruksi, latihan, penguasaan materi, dan penguasaan kompetensi, competency based education (Orenstein dan Hunkins, 1998:107). Maksud diadakannya testing, untuk mengetahui sejauhmana siswa menguasai pelajaran sebelum dilanjutkan pelajaran yang baru. Siswa yang mendapat nilai baik melanjutkan ke pelajaran berikutnya, tetapi bagi siswa yang hasil tesnya tidak baik harus mengulangi lagi pelajaran tersebut. Monitoring, guru melakukan pengawasan yang ketat ketika proses belajar (memperlakukan siswa seperti percobaan binatang di laboratorium psikologi secara ketat). Drilling, atau pembiasaan dimaksudkan materi pelajaran yang sudah diajarkan kepada siswa diulang-ulang, agar siswa terbiasa dan semakin mahir. Misalnya, kebiasaan latihan pidato, menggambar, mengucapkan kata-kata asing (inggris), dll. Semakin sering siswa melatih diri mempelajari suatu pelajaran, maka semakin nampak keberhasilan belajar siswa (practice makes perfect). Feedback, sebelum dilakukan tes seluruh materi pelajaran setelah diberikan kepada siswa terlebih dahulu dicek sampai sejauh mana kedalaman materi dikuasai siswa.

Metode pengajaran behaviorisme menekankan siswa belajar secara individual dampak positifnya akan mudah mengukur mana siswa yang cerdas dan mana siswa yang kurang, tetapi kelemahannya siswa belajar hanya mementingkan diri sendiri tidak peduli terhadap belajar bersama teman-temannya. Penguasaan materi pelajaran (mastery learning) berdasarkan pendekatan Metode pengajaran behaviorisme menekankan siswa belajar secara individual dampak positifnya akan mudah mengukur mana siswa yang cerdas dan mana siswa yang kurang, tetapi kelemahannya siswa belajar hanya mementingkan diri sendiri tidak peduli terhadap belajar bersama teman-temannya. Penguasaan materi pelajaran (mastery learning) berdasarkan pendekatan

Kaum behavioris menempatkan guru pada posisi sentral, artinya guru sebagai instruktor yang menentukan seluruh kebutuhan belajar siswa, sementara siswa menerima apa saja yang dijarkan oleh guru (teacher centered). Siswa dipandang seperti sebuah bejana atau gelas kosong yang siap diisi air. Menurut kaum behavioris siswa dapat dibentuk sesuai keinginan guru. Gurulah yang menentukan corak hitam putihnya pribadi siswa, sebagaimana kaum behavioris membentuk perilaku binatang di laboratorium psikologi. Watson mengatakan:

Give me a dozen healthy infants, well formed, and my own special world to bring them up in, and I ll guarantee to take anyone at random and train him to become any type of specialist I might select

doctor, layer, marchan, chief and, yes, even beggar and theif, regardless of talents, penchants, tendencies, abilities, vocations, and raca of his ancestry (Longsteet dan Shane, 1993: 12 8). Pernyataan Watson di atas artinya berilah saya selusin bayi

sehat aku akan bentuk menjadi dokter, ahli hukum, saudagar, pemimpin, pengemis, pencuri, orang-orang pandai, penghibur, dan orang ahli vokasional . Maksud pernyataan tersebut keyakinan kaum behavioris bahwa anak-anak bisa dibentuk menjadi apa saja sesuai keinginan pengajar (guru). Tugas guru tinggal memberi sebanyak-banyaknya stimulus kepada anak, pembiasaan yang ketat, reward , punishment, dan kondisi lingkungan yang mendukung. Perlakuan yang demikian mampu membentuk perilaku atau karakter anak yang diinginkan.

Pada umumnya secara keseluruhan evaluasi hasil belajar yang dilakukan berdasarkan prinsip behaviorisme untuk mengukur keterampilan aspek kognitif biasanya menggunakan paper dan pencil test. Untuk megetahui keberhasilan belajar siswa aspek psikomotor dilakukan melalui pelajaran

olah raga, atau vokasional ,. Selanjutnya untuk mengetahui keberhasilan belajar siswa aspek keterampilanmotorik skill siswa dengan cara banyak melakukan gerakan fisik, sedang keterampilan vokasional dilihat dari kemampuan siswa menyelesaikan kinerja.

Sementara itu, penilain hasil belajar siswa aspek afektif (sistem nilai, moral, emosional, sosial, dan spiritual) menurut Sukmadinta (2004: 27) yang terpenting performansinya atau tingkah laku yang nampak muncul kepermukaan. Performasi yang dapat diukur hanya yang nampak saja atau overt . Misalnya, menyebutkan atau menuliskan kata jujur itu tidak berbohong, itu menunjukkan performance, bisa diamati dari kegiatan-kegiatan berbuat jujur, seperti tidak menyontek dalam ujian, memberikan uang pengembalian sesuai sisa belanja, dan sebagainya. Jadi, evaluasi hasil belajar siswa yang berkenaan dengan nilai atau moral, hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat dimati sehingga hal-hal yang bersifat tidak termati kurang dijangkau dalam proses evaluasi. Dengan demikian, berdasarkan uraian di atas teori belajar psikologi behaviorisme tergolong materialistik.