Landasan Antropologis Kurikulum
B. Landasan Antropologis Kurikulum
Sekolah berfungsi untuk mempersiapkan anak didik agar mereka dapat berperan aktif di masyarakat. Oleh karena itu, kurikulum sebagai alat dan pedoman dalam proses pendidikan di sekolah harus relevan dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Dengan demikian, dalam konteks ini sekolah bukan hanya berfungsi untuk mewariskan kebudayaan dan nilai-nilai suatu masyarakat, akan tetapi juga sekolah berfungsi untuk mempersiapkan anak didik dalam kehidupan masyarakat. Kurikulum bukan hanya berisi berbagai nilai suatu masyarakat akan tetapi bermuatan segala sesuatu yang dibutuhkan masyarakat (Suryani, 2012).
1. Definisi Antropologi
Antropologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi lahir atau muncul berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya Antropologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi lahir atau muncul berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya
Menurut Ahmad (2013), dalam artikelnya mengatakan bahawa Antropologi berasal dari kata anthropos yang berarti "manusia", dan logos yang berarti ilmu. Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial. Para ahli mendefinisikan antropologi sebagai berikut:
a. William A. Haviland: Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta untuk memperoleh
pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia.
b. David Hunter: Antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak terbatas tentang umat manusia.
c. Koentjaraningrat: Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka
warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.
Dari definisi tersebut, dapat disusun pengertian sederhana bahwa antropologi, yaitu sebuah ilmu yang mempelajari manusia dari segi keanekaragaman fisik serta kebudayaan (cara-cara berprilaku, tradisi-tradisi, nilai-nilai) yang dihasilkan sehingga setiap manusia yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda (Gustomi, 2011).
2. Hubungan Antropologi dengan Kurikulum
Antropologi sebagai kajian manusia dan cara-cara hidup mereka, yang muncul pada saat lahirnya gagasan oleh semangat etnografi, arkeologi, geologi dan terutama di dorong oleh semangat Darwinisme. Dengan didorong oleh konsep evolusi organisme, mulailah berkembang antropologi dengan pandangan bahwa pada dasarnya semua kebudayaan manusia berkembang melalui tahap- Antropologi sebagai kajian manusia dan cara-cara hidup mereka, yang muncul pada saat lahirnya gagasan oleh semangat etnografi, arkeologi, geologi dan terutama di dorong oleh semangat Darwinisme. Dengan didorong oleh konsep evolusi organisme, mulailah berkembang antropologi dengan pandangan bahwa pada dasarnya semua kebudayaan manusia berkembang melalui tahap-
Penerapan antropologi sebagai landasan pendidikan dan kurikulum saat ini adalah sebagai berikut:
a. Model pembelajaran berbasis budaya lokal
Model pembelajaran ini diterapkan melalui muatan lokal (MULOK). Materi disesuaikan dengan potensi lokal masing-masing daerah di lingkungan sekolah. Sehingga siswa dapat mengenali potensi
mengembangkan budaya, menumbuhkan cinta tanah air, dan mempromosikan budaya lokal kepada daerah lain.
budayanya
sendiri,
b. Metode pembelajaran karya wisata
Guru mengajak siswa ke suatu tempat (objek) tertentu untuk mempelajari sesuatu dalam rangka suatu pelajaran di sekolah. Metode karyawisata berguna bagi siswa untuk membantu mereka memahami kehidupan ril dalam lingkungan beserta segala masalahnya.
c. Pembelajaran dengan modeling
pembelajaran dengan menggunakan model (guru) sebagai obyek belajar perubahan tingkah laku yang kemudian ditiru oleh siswa. Modelling bertujuan untuk mengembangkan keterampilan fisik dan mental siswa (Elsa, 2013).
Modelling adalah
metode metode
Kesenian yang berkembang di masyarakat seperti seni bela diri (di Jawa Barat Pecak Silat, seni Jaipongan, Wayang Golek) dan sebainya. Berbagai seni budaya tersebut dibawa ke sekolah dan dilatihkan kepada peserta didik. Metode ini memperkenalkan budaya sekitas di sekolah yang dimasukan ke dalam kegiatan ekstrakurikuler.
3. Adat Kebiasaan Masyarakat Pedesaan sebagai Landasan Pengembangan Kurikulum
Menurut Tolffer (1980: 29-30) pola hidup dipedesaan lebih dominan terhadap cocok tanam/pertanian, keadaan mereka masih primitif, dan tradisi kehidupan mereka sangat sederhana. Misanya berburu, mancing, bercocok tanam, melaut, dam sebagainya. Pola keidupan mereka nomaden atau berpindah-pindah dari satu tempat ketempat yang lainnya tergantung kesuburan tanah sebagai tempat tinggal mereka. Jika, bahan makanan disuatu tempatsudah habis, maka mereka mencari tempat yang subur sebagai tempat tinggal yang baru. Teknologi yang mereka gunakan belum canggih seperti zaman moderen sekarang ini.
Menurut Elsa (2011), dalam blognya yang dimaksud dengan desa sebagaimana dikutif Sutardjo Kartohadikusuma adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat pemerintahan sendiri. Menurut Bintarto desa merupakan perwujudan atau persatuan geografi, sosial, ekonomi, politik, dan kultural yang terdapat di situ (suatu daerah) dalam hubungannya dan pengaruhnya secara timbal balik dengan daerah lain. Sedangkan menurut Paul H. Landis, desa adalah penduduknya kurang dari 2.500 jiwa. Secara umum, masyarakat pedesaan lebih bersosialisasi dengan kepribadian yang sederhana.
Masyarakat pedesaan itu lebih bisa bersosialisasi dengan orang-orang di sekitarnya, sehingga mereka hampir hafal semua penduduk yang tinggal di desa. Masyarakat pedesaan juga sangat ramah terhadap orang asing yang belum dikenalnya. Untuk kepribadian, masyarakat pedesaan lebih terkesan santai karena kerjanya tidak terlalu berat seperti masyarakat perkotaan. Pola Masyarakat pedesaan itu lebih bisa bersosialisasi dengan orang-orang di sekitarnya, sehingga mereka hampir hafal semua penduduk yang tinggal di desa. Masyarakat pedesaan juga sangat ramah terhadap orang asing yang belum dikenalnya. Untuk kepribadian, masyarakat pedesaan lebih terkesan santai karena kerjanya tidak terlalu berat seperti masyarakat perkotaan. Pola
Karakteristik umum masyarakat pedesaan yaitu masyarakat desa selalu memiliki ciri-ciri dalam hidup bermasyarakat, yang biasa nampak dalam perilaku keseharian mereka (Sodikin, 2013).
kemasyarakatan.
Pada situasi dan kondisi tertentu, sebagian karakteristik dapat dicontohkan pada kehidupan masyarakat desa di Jawa. Namun dengan adanya perubahan sosial dan kebudayaan serta teknologi dan informasi, sebagian karakteristik tersebut sudah tidak berlaku. Berikut ini ciri-ciri karakteristik masyarakat desa, yang terkait dengan etika dan budaya mereka yang bersifat umum. Sederhana mudah curiga menjunjung tinggi norma-norma yang berlaku didaerahnya mempunyai sifat kekeluargaan lugas atau berbicara apa adanya tertutup dalam hal keuangan mereka Perasaan tidak ada percaya diri terhadap masyarakat kota,menghargai orang lain,demokratis dan religius Jika berjanji, akan selalu diingat sedangkan cara beadaptasi mereka sangat sederhana, dengan menjunjung tinggi sikap kekeluargaan dan gotong royong antara sesama, serta yang paling menarik adalah sikap sopan santun yang kerap digunakan masyarakat pedesaan. Berbeda dengan karakteristik masyarakat perkotaan (individualistis), masyarakat pedesaan lebih mengutamakan kenyamanan bersama dibanding kenyamanan pribadi atau individu. Masyarakat perkotaan sering disebut sebagai urban community (Anonim, 2010).
Menurut Ajid (2013), masyarakat pedesaan yang masih mengajarkan tentang tatakrama dan norma-norma adat yang sudah mereka pelajari dan mereka dapat turuntemurun sangat berpengaruh dalam pengembangan kurikulum, adat dan norma tersebut sangat bersifat positif. Bahkan walaupun norma-norma tersebut hanya menyebar dari mulut kemulut, semua masyarakat pedesaan relative mentaati norma tersebut. Karena, norma yang mereka tetapkan biasanya terdapat hukuman adat bila ada masyarakat yang melanggar norma tersebut. Hukum adat biasanya Menurut Ajid (2013), masyarakat pedesaan yang masih mengajarkan tentang tatakrama dan norma-norma adat yang sudah mereka pelajari dan mereka dapat turuntemurun sangat berpengaruh dalam pengembangan kurikulum, adat dan norma tersebut sangat bersifat positif. Bahkan walaupun norma-norma tersebut hanya menyebar dari mulut kemulut, semua masyarakat pedesaan relative mentaati norma tersebut. Karena, norma yang mereka tetapkan biasanya terdapat hukuman adat bila ada masyarakat yang melanggar norma tersebut. Hukum adat biasanya
Berbagai interaksi sosial yang ditampilkan masyarakat di pesedasaan menampilkan perilaku hidup kebersamaan, gotong royong, saling menghargai, menghormati, taat pada aturan, norma, dan nilai-nilai (values) yang berlaku di lingkungan masyarakat. Nilai- nilai positif yang tumbuh dan berkembang di lingkungan masyarakat yang bersifat dinamis mampu meperkaya kurikulum atau sebagai landasan kurikulum. Kurikulum bukan berupa pedoman kurikulum atau kurikulum tertulis (written curriculum) saja, melainkan juga pengalaman kehidupan masyarakat sebagai kurikulum yang mampu memperkaya pengalaman dan aktivitas belajar peserta didik.
4. Adat Kebiasaan Masyarakat Perkotaan sebagai Landasan Pengembangan Kurikulum
Pada mulanya masyarakat kota sebelumnya adalah masyarakat pedesaan, dan pada akhirnya masyarakat pedesaan tersebut terbawa sifat-sifat masyarakat perkotaan, dan melupakan kebiasaan sebagai masyarakat pedesaannya (Anonim, 2013).
Masyarakat perkotaan dapat dikatakan sebagai masyarakat yang sudah mengenal tekonologi. Teknologi yang digunakan adalah teknologi komunikasi yang serba canggih, sehingga hubungan antar manusia diberbagai belahan dunia menggunakan TV, HP, internet dan sebagainya. Sebagai akibat kemajuan teknologi komunikasi menurut Tilaar (2006: 59) telah menjadikan dunia sebagai suatu kampung kecil. Misalnya hubungan antar negara tidak dibatasi lagi oleh letak geografis, dan kejadian di suatu negara misalnya perang, bencana alam, penemuan berbagai hasil penelitian (riset), isu-isu sosial, politik, ekonomi dan sebagainya mudah diakses dalam hitungan detik.
Menurut Nufitri (2011) pengertian masyarakat perkotaan lebih ditekankan pada sifat-sifat kehidupannya serta ciri-ciri Menurut Nufitri (2011) pengertian masyarakat perkotaan lebih ditekankan pada sifat-sifat kehidupannya serta ciri-ciri
Sejalan dengan perkembangan masyarakat maka nilai-nilai yang ada dalam masyarakat juga turut berkembang sehingga menuntut setiap warga masyarakat untuk melakukan perubahan dan penyesuaian terhadap tuntutan perkembangan yang terjadi di sekitar masyarakat (Nurfitri, 2011).
Ada beberapa ciri yang menonjol pada masyarakat kota yaitu:
a. Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa. Masyarakat kota hanya
melakukan kegiatan keagamaan hanya bertempat di rumah peribadatan seperti di masjid, gereja, dan lainnya.
b. Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa bergantung pada orang lain.