Filsafat Idealisme
1. Filsafat Idealisme
Aliran filsafat idealisme dibangun oleh Plato berdasarkan pada ide-ide atau idealisme. Aliran filsafat ini termasuk yang paling tua tetapi pengaruhnya masih tetap terasa sampai sekarang. Salah seorang filosof German bernama Hegel mengikuti aliran filsafat idealisme. Hegel memandang dunia secara transcendental. Filosof Amerika Serikat Ralph Waldo Emerson dan Henry Thoreau juga mengikuti aliran ini. Mereka memandang realitas berdasarkan pandangan idealisme. Fredrich Froebel pendiri Taman Kanak-Kanak (TK) landasan pedagogiknya didasarkan pada filsafat idealisme. William Harris mempopulerkan TK di sekolah St. Lois Missouri dan menjadi Komisaris pendidikan abad ke-20 konsep administrasi menggunakan filsafat idealisme; dan termasuk J. Donael Butler salah seorang filosof Amerika pada abad kontemporer mengikuti aliran filsafat idealism, (Schubert, 1993).
Filsafat idealisme menjelaskan kepada dunia bahwa moral, spiritual, kebenaran dan nilai adalah absolute, universal dan kebenarannya tidak dibatasi oleh waktu. Dunia ide atau pikiran
(mind) adalah tetap, teratur dan tertib. Untuk mengetahui ide yang bersifat laten (ide bawaan) dengan jalan berpikir, tugas guru mengajarkan pengetahuan dengan sadar sebagai langkah proses pengembangan keterampilan berpikir, belajar adalah melatih pikiran. Pendidikan menekankan pada konsep-konsep materi. Kurikulum menekankan pada subject matter untuk mengembangkan kecerdasan berpikir rasional dengan cara menyelaraskan konsep dengan pengetahuan. Kurikulum bersifat khirarki yaitu bertingkat, kurikulum
yang manusiawi, kedisiplinan, dan kurikulum berorientasi pada liberal arts mencakup pelajaran: membaca (reading), menulis(writing), danberhitung (arithmetic), (Juanda, 2014: 143).
mementingkan
kebudayaan
Tingkat-tingkat pelajaran dipaparkan oleh Longstreet dan Shane (1993) dan Schubert (1993) meliputi filsafat, teologi, dan matematika, menurut mereka matematika penting untuk melatih berpikir. Selain itu tingkatan pelajaran lainnya adalah sejarah dan sastra sebagai sumber moral dan kebudayaan. Kurikulum untuk sekolah tingkat bawah meliputi pelajaran ilmu alam, sains dan bahasa, bahasa penting untuk komunikasi dan sebagai fasilitas pengembangan berpikir.
Isi pesan filsafat idealisme menghendaki pengembangan dan implementasi kurikulum mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi tetap menekankan pentingnya pesan nilai-nilai (values), dan moral supaya diabadikan. Nilai dan moral tetap diajarkan kepada setiap siswa di berbagai tingkat sekolah. Nilai dan moral menurut kaum idealis adalah sesuatu yang tak mudah lapuk oleh hujan dan tak lekang oleh panas, ia abadi sepanjang zaman. Filsafat ini banyak dianut oleh lembaga pendidikan keagamaan, atau pendidikan militer atau setiap lembaga lainnya baik disadari atau tidak tetap mereka mentransferkan nilai-nilai dan moral kepada para siswanya. Tujuan transfer nilai-nilai dan moral agar para siswa taat dan patuh serta disiplin mejalankan nilai-nilai dan moral itu setelah mereka lulus dari lembaga tersebut.
Nilai dan moral yang dimaksud sebagai pegangan hidup yang ditransferkan kepada siswa diambil dari agama, budaya, dan Nilai dan moral yang dimaksud sebagai pegangan hidup yang ditransferkan kepada siswa diambil dari agama, budaya, dan
Kegiatan belajar mengajar didominasi oleh guru. Guru sebagai pusat pengetahuan bagi siswa, sementara siswa hanya menerima apa yang diajarkan oleh guru (teacher centered). Sekaligus gurulah yang memilih dan menentukan bobot tingkat kurikulum yang akan dijarkan kepada siswa dan evaluasi hasil belajar siswa cenderung kuantitatif (pengembangan keterampilan intelektual memperoleh porsi yang tinggi). Sumbangan terbesar filsafat idealisme terhadap kurikulum terlihat setiap lembaga pendidikan mewajibkan adanya pembelajaran matematika, nilai-nilai, moral, kecerdasan spiritual, dan agama, (Juanda, 2014: 144).
Tujuan akhir pendidikan menurut Plato dalam Schubert (1993) Plato saw thevirtuous life as ultimate goal yaitu agar siswa menjadi orang yang mencintai kebijaksanaan. Salah satu sumbangan filsafat idealisme terhadap pendidikan dan kurikulum adalah mengembangkan kecerdasan berpikir siswa sebagaimna Ozman dan Craver (1990: 24) menyatakan: While not underemphasizing the development of a curriculum, idealis stress that the most important factor in education at any level is to teach students to think . Maksud dari ungkapan ini, bahwa yang dipentingkan dalam pendidikan dan pengembangan kurikulum adalah mengajarkan kecerdasan berpikir siswa. Sedangkan kekurangan aliran filsafat idealisme menurut Ozman dan Craver adalah
idealism is susceptible to the charge of shortsightneess with regard to the affektive and physical side of individuals not only aesthetic but olso the emosional and personal-social side life . Maksud dari ungkapan ini mengiformasikan bahwa kaum idealis kurang memerhatikan afektif aspek emosional, fisik, dan sosial kecuali estetika dalam kehidupan seseorang.