Peran Guru sebagai Pengembang Kurikulum

1. Sebagai Implementer

Guru berperan untuk mengaplikasikan kurikulum yang sudah ada. Di sini guru hanya menerima berbagai kebijakan perumus kurikulum. Guru tidak memiliki kesempatan baik untuk menentukan isi kurikulum maupun menentukan target kurikulum. Peran guru hanya sebatas menjalankan kurikulum yang telah disusun. Peran ini pernah dilaksanakan di Indonesia saat sebelum reformasi, yaitu guru sebagai implementator kebijakan kurikulum yang disusun secara terpusat, dituangkan dalam Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP). Dalam GBPP yang berbentuk matrik telah ditentukan dari mulai tujuan yang harus dicapai, materi pelajaran yang harus disampaikan, cara yang harus dilakukan, hingga alokasi waktu pelaksanaan. Dalam pengembangan Guru berperan untuk mengaplikasikan kurikulum yang sudah ada. Di sini guru hanya menerima berbagai kebijakan perumus kurikulum. Guru tidak memiliki kesempatan baik untuk menentukan isi kurikulum maupun menentukan target kurikulum. Peran guru hanya sebatas menjalankan kurikulum yang telah disusun. Peran ini pernah dilaksanakan di Indonesia saat sebelum reformasi, yaitu guru sebagai implementator kebijakan kurikulum yang disusun secara terpusat, dituangkan dalam Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP). Dalam GBPP yang berbentuk matrik telah ditentukan dari mulai tujuan yang harus dicapai, materi pelajaran yang harus disampaikan, cara yang harus dilakukan, hingga alokasi waktu pelaksanaan. Dalam pengembangan

Kurikulum bersifat seragam, sehingga apa yang dilakukan guru di Indonesia bagian timur sama dengan apa yang dilakukan guru di Indonesia bagian barat. Dengan terbatasnya peran guru di sini, maka kreatifitas guru dan inovasi guru dalam merekayasa pembelajaran tidak berkembang. Guru tidak ada motivasi untuk melakukan berbagai pembaruan. Mengajar mereka anggap sebagai tugas rutin dan keseharian, dan bukan sebagai tugas profesional, (Putra, 2014).

2. Sebagai Adapters

Dimana guru lebih dari hanya sebagai pelaksana kurikulum, akan tetapi juga sebagai penyelaras kurikulum dengan karakteristik dan kebutuhan siswa dan kebutuhan daerah. Guru diberi kewenangan untuk menyesuaikan kurikulum yang sudah ada dengan karakteristik sekolah dan kebutuhan lokal. Hal ini sangat tepat dengan kebijakan KTSP dimana para perancang kurikulum hanya menentukan standat isi sebagai standar minimal yang harus dicapai, bagaimana implementasinya, kapan waktu pelaksanaannya, dan hal-hal teknis lainnya seluruhnya ditentukan oleh guru. Dengan demikian, peran guru sebagai adapters lebih luas dibandingkan dengan peran guru sebagai implementers, (Mulyasa, 2006: 22).

3. Sebagai Pengembang Kurikulum

Guru memiliki kewenangan dalam mendesain sebuah kurikulum. Guru tidak hanya bisa menentukan tujuan dan isi pelajaran yang akan disampaikan, tetapi bahkan dapat menentukan strategi apa yang harus dikembangkan danbagaimana mengukur keberhasilannya. Sebagai pengembang kurikulum guru sepenuhnya dapat menyusun kurikulum sesuai dengan karakteristik, misi dan visi sekolah/madrasah, serta sesuai dengan pengalaman belajar yang diperlukan anak didik. Dalam KTSP peran ini dapat dilihat dalam pengembangan kurikulum muatan lokal. Dalam pengembangan kurikulum muatan lokal, sepenuhnya diserahkan kepada masing- masing satuan pendidikan, karena itu kurikulum yang berkembang Guru memiliki kewenangan dalam mendesain sebuah kurikulum. Guru tidak hanya bisa menentukan tujuan dan isi pelajaran yang akan disampaikan, tetapi bahkan dapat menentukan strategi apa yang harus dikembangkan danbagaimana mengukur keberhasilannya. Sebagai pengembang kurikulum guru sepenuhnya dapat menyusun kurikulum sesuai dengan karakteristik, misi dan visi sekolah/madrasah, serta sesuai dengan pengalaman belajar yang diperlukan anak didik. Dalam KTSP peran ini dapat dilihat dalam pengembangan kurikulum muatan lokal. Dalam pengembangan kurikulum muatan lokal, sepenuhnya diserahkan kepada masing- masing satuan pendidikan, karena itu kurikulum yang berkembang

Dalam kaitannya posisi guru sebagai developer atau pengembang kurikulum. Guru dituntut aktif, kreatif, dan komitmen tinggi dalam penyusunan dokumen kurikulum seperti:

a. Mengikuti in house training tentang konsep dasar dan pengembangan kurikulum.

b. Berperan aktif dalam tim perekayasa dan pengembang kurikulum sesuai dengan kelompok bidang studi.

c. Berperan aktif dalam penyusunan standar isi dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL).

d. Berperan aktif dalam menyusun Standar Kompetensi (SK) dan Kopetensi Dasar (KD) serta pemetaannya.

e. Mengembangkan silabus pembelajaran.

f. Menyusun RPP dan perangkat operasional yang mendukung RPP, seperti Lembar Kerja Siswa dan bahan ajar (seperti modul pembelajaran), (Arifin, 2013).

4. Sebagai Peneliti Kurikulum (curriculum researcher)

Pada fase ini guru mempunyai peranan sebagai peneliti kurikulum (curriculum researcher). Peran ini dilaksanakan sebagai bagian dari tugas profesional guru yang memiliki tanggung jawab dalam meningkatkan kinerjanya sebagai guru. Dalam melaksanakan perannya sebagai peneliti, guru memiliki tanggung jawab untuk menguji berbagai komponen kurikulum, misalnya menguji bahan- bahan kurikulum, menguji efektifitas program, menguji strategi dan model pembelajaran dan lain sebagainya termasuk mengumpulkan data tentang keberhasilan siswa mencapai target kurikulum. Metode yang digunakan oleh guru dalam meneliti kurikulum adalah PTK dan Lesson Study, (Muslich, 2008: 33).

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah metode penelitian yang berangkat dari masalah yang dihadapi guru dalam implementasi kurikulum. Melalui PTK, guru berinisiatif melakukan penelitian sekaligus melaksanakan tindakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Dengan demikian, dengan PTK bukan saja dapat menambah wawasan guru dalam melaksanakan tugas Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah metode penelitian yang berangkat dari masalah yang dihadapi guru dalam implementasi kurikulum. Melalui PTK, guru berinisiatif melakukan penelitian sekaligus melaksanakan tindakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Dengan demikian, dengan PTK bukan saja dapat menambah wawasan guru dalam melaksanakan tugas

Sedangkan lesson study adalah kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru/sekelompok guru yang bekerja sama dengan orang lain (dosen, guru mata pelajaran yang sama guru satu tingkat kelas yang sama, atau guru lainya), merancang kegiatan untuk meningkatkan mutu belajar siswa dari pembelajaran yang dilakukan oleh salah seorang guru dari perencanaan pembelajaran yang dirancang bersama sendiri, kemudian di observasi oleh teman guru yang lain dan setelah itu mereka melakukan refleksi bersama atas hasil pengamatan yang baru saja dilakukan, (Subandijah, 1993: 32).

Dilihat dari pengelolaannya pengembangan kurikulum dapat dibedakan antara yang bersifat sentralisasi, desentralisasi dan sentral-desentral.

a. Peranan Guru sebagai Pengembangan Kurikulum yang Bersifat Sentralisasi

Dalam kurikulumm ini, guru tidak mempunyai peranan dalam perancangan dan evaluasi kurikulum yang bersifat makro, mereka lebih berperan dalam kurikulum mikro. Kurikulum makro disusun oleh tim khusus yang terdiri atas para ahli. Penyusun kurikulum mikro dijabarkan dari kurikulum makro. Implementasi kurikulum hampir seluruhnya bergantung pada kreativitas, kecakapan, kesungguhan,dan ketekunan guru. Guru hendaknya mampu memilih, menyusun, dan melaksanakan evaluasi baik untuk evaluasi perkembangan atau hasil belajar siswa, (Mulyasa, 2006: 36).

Suatu kurikulum yang tersusun secara sistematis dan rinci akan sangat memudahkan guru dalam implementasinya. Walaupun kurikulum sudah terstruktur, tetapi guru masih mempunyai tugas untuk mengadakan penyempurnaan dan penyesuaian-penyesuaian. Guru juga berkewajiban untuk menjelaskan kepada para siswanya tentang apa yang akan dicapai dengan pengajarannya, membangkitkan motivasi belajar, menciptakan situasi kompetitif, dan kooperatif serta memberikan pengarahan dan bimbingan, (Arifin, 2013).

b. Peranan guru sebagai Pengembangan Kurikulum yang Bersifat Desentralisasi

Kurikulum ini disusun oleh sekolah ataupun kelompok sekolah tertentu dalam suatu wilayah atau daerah. Kurikulum ini diperuntukkan untuk sekolah atau lingkungan wilayah tertentu. Pengembangan kurikulum

didasarkan atas karakteristik, kebutuhan, perkembangan daerah serta kemampuan sekolah. Bentuk kurikulum ini mempunyai kelebiahn diantaranya adalah kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan setempat, kurikulum sesuai dengan tingkat dan kemampuan sekolah, disusun oleh guru-guru sendiri sehingga memudahkan dalam pelaksanaannya. Guru bukan hanya berperan sebagai pengguna, tetapi perencana, pemikir, penyusun, pengembang, dan juga pelaksana dan evaluator kurikulum. (Syaodih, 2005: 200-202).

semacam ini

Bentuk kurikulum desentralistik dan sebtralisti mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan kurikulum desentralistik

antara lain :

1) Kurikulum sesuai kebutuhan dan perkembangan masyarakat setempat.

2) Kurikulum sesuai dengan tingkat kemampuan sekolah baik profesional, finansial dan manajerial.

3) Disusun oleh guru-guru sendiri dengan demikian sangat memudahkan dalam pelaksanaannya.

4) Ada motivasi kepada sekolah untuk mencari kurikulum sebaik- sebaiknya.

Sedangkan kelemahan kurikulum sentralistik adalah :

1) Tidak adanya keseragaman untuk situasi yang membutuhkan keseragaman.

2) Tidak adanya standar penilaian yang sama.

3) Adanya kesulitan bila terjadi perpindahan siswa ke sekolah lain.

4) Belum semua sekolah mempunayi kesiapan untuk menyusun dan mengembangkan kurikulum sendiri.

c. Peranan Guru sebagai Pengembangan Kurikulum bersifat Sentral-Desentral

Untuk mengatasi kelemahan dua bentuk kurikulum diatas, bentuk campuran keduanya dapat digunakan yaitu sentarl-desentral. Dalam kurikulum yang dikelola secara sentralisasi-desentralisasi mempunyai batas-batas tertentu juga. Peranan guru dalam pengembangan kurikulum lebih besar dibandingkan dengan yang dikelola sentralisasi. Guru-guru turut berpartisipasi, bukan hanya dalam penjabaran kurikulum induk kedalam program tahunan, semester, atau rencana pembelajaran tetapi juga dalam menyusun kurikulum yang menyeluruh untuk sekolahnya. Dalam kegiatan seperti itu, mereka mempunyai perasaan turut memiliki kurikulum dan terdorong untuk mengembangkan pengetahuan dan kemampuan dirinya, (Arifin, 2013).

Tujuan utama guru adalah mengubah pola tingkah laku siswa menjadi lebih baik. Peningkatan kegiatan belajar siswa lebih banykah laku ditentukan oleh besarnya harapan guru tentang tingkah laku yang diinginkan. Guru berupaya memajukan dan mendorong kegiatan belajar siswa hingga terjadi perubahan tingkah laku yang diinginkan. Guru hendaknya bersifat menerima, menghargai, dan menyukai siswanya hingga siswapun menyenangi guru dan menghayati serta harapan gurunya. Dengan demikian terciptalah suasana yang menyenangkan, mendorong, belajar, berfikir, memecahkan masalah sendiri. Kerja sama seperti ini dapat meningkatkan upaya pengembangan kurikulum, (Mulyasa, 2006: 36).