Landasan Religius (Agama)
D. Landasan Religius (Agama)
Negara Republik Indonesia telah mengakui lima agama, yaitu Islam, Kristen Katolik, Krisen Protestan, Hindu, dan Budha (Sumaatmadja, 2002: 45). Kelima agama yang diakui di Indonesia ini menurut masing-masing pemeluknya dijadikan sebagai landasan pengembangan kurikulum di sekolah. Dalam pembahasan ini penulis hanya memfokuskan pada agama Islam (bukan tidak concern terhadap agama yang lainnya). Agama Islam sebagai landasan pengembangan kurikulum, sebab Islam menekankan keseimbangan, keselarasan, dan keserasian antara hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia, hubungan manusia dengan diri sendiri, dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya (Depdiknas, 2007: 2).
Agama Islam (pembahasan ini difokuskan pada Agama Islam) sebagai landansan pengembangan kurikulum berpijak pada pengamalan dua ibadah. Definisi ibadah menurut Ibnu Taimiyah, sebuah kata yang menyeluruh, meliputi segala yang dicintai dan diridhai Allah, menyangkut segala ucapan dan perbutan yang tidak tampat maupun yang tampak (Rakhmat, 1997: 46).
Menurut Amsyari (1995: 34-35), Ibadah dikatagorikan menjadi dua bagian, yaitu:
1. Ibadah makhdah, menyangkut upacar-upaca tertentu untuk mendekatkan diri kepada Allah, seperti shalat, dzikir, shaum, haji, dan doa.
2. Ibadah ghairi makhdah berkenaan dengan hubungan antarsesama manusia.
1. Ibadah Makhdah
a. Definisi dan Bentuk Ibadah Makhdah
Ibadah Makhdah adalah hubungan manusia dengan Tuhan- Nya, yaitu hubungan yang akrab dan suci antara seorang muslim Ibadah Makhdah adalah hubungan manusia dengan Tuhan- Nya, yaitu hubungan yang akrab dan suci antara seorang muslim
tidak memerlukan penambahan atau pengurangan. Jenis ibadah yang termasuk ibadah mahdhah, adalah :
1) Shalat
Secara lughawi atau arti kata shalat mengandung beberapa arti yang beragam salah satunya do a, itu dapat ditemukan contohnya dalam Al-Qur an surat al Taubahayat 103 yang artinya: Berdo alah untuk mereka, sesungguhnya do a kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka.
Secara terminologis ditemukan beberapa istilah diantarnya: Serangkaian perkataan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir dan disudahi salam (Junaedi, 2013).
2) Zakat
Zakat adalah salah satu ibadah pokok dan termasuk salah satu rukun Islam, yang berarti membersihkan, bertumbuh dan berkah. Zakat itu ada dua macam: yaitu zakat harta atau disebut juga zakat mal dan zakat diri yang dikeluarkan setiap akhir bulan ramadhan yang disebut juga zakat fitrah (Anonim, 2010).
3) Puasa
Puasa adalah ibadah pokok yang ditetapkan sebagai salah satu rukun Islam. Puasa secara bahasa bermakna, menahan dan diam dalam segala bentuknya. Secara terminologis puasa diartikan dengan
menahan diri dari makan, minum dan berhubungan seksual mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari dengan syarat-syarat yang ditentukan (Anonim, 2010).
4) Ibadah Haji
Secara arti kata, lafaz haji yang berasal dari bahasa arab, berarti bersengaja . Dalam artian terminologis adalah Menziarahi ka bah dengan melakukan serangkaian ibadah di Masjidil Haram dan sekitarnya, baik dalam bentuk haji ataupun umroh (Anonim, 2010).
5) Umroh
Umroh adalah mengunjungi ka bah dengan serangkaian khusus disekitarnya. Perbedaannya dengan haji ialah bahwa padanya tidak ada wuquf di Arafah, berhenti di Muzdalifah, melempar jumrah dan menginap di Mina. Dengan begitu ia merupakan haji dalam bentuknya yang lebih sederhana, sehingga sering umroh itu disebut dengan haji Bersuci dari hadas kecil maupun besar (Anonim, 2010).
Menuntut ilmu adalah salah satu hal yang termasuk kedalam ibadah makhdah. Sistem pendidikan pada zaman Rasulullah telah menggunakan sistem kurikulum. Kurikulum yang digunakan pada zaman Rasulullah sama dengan kurikulum yang beliau terapkan pada saat Beliau sedang hijrah ke Mekah atau pun Madinah, penggunaan kurikulum pada zaman Rasulullah bertujuan untuk melahirkan insan yang sempurna dari segi fisik, pengetahuan, dan spiritual agar dapat bermanfaat bagi semua kaum dan lebih sempurna dalam ibadah. Kurikulum yang dibentuk oleh Rasulullah s.a.w ini kemudian diwariskan kepada para sahabat, termasuk dalam hal pengumpulan dan pembukuan al-Quran dan Hadis yang membawa kepada pengenalan ilmu tafsir, usuludin, fiqah, dan ilmu- ilmu lain.
Isi kurikulum pada zaman Rasulullah diantaranya sebagai berikut :
1. Akidah: rukun iman mengesakan Allah dan melarang mensyirikkannya dengan berhala dan sebagainya. Beriman kepada rasul-rasul teramsuk Nabi Muhammad SAW. Beriman kepada kitab-kitab termasuk Al-Quran wahyu daripada Allah SWT. Beriman kepada hari akhirat,manusia akan dihidupkan semula untuk mendapat pembalasan baik atau sebaliknya.
2. Syariah Bersolat: hanya Allah sahaja yang disembah. Konsep wajib, sunat, halal, haram, harus dalam melaksanakan tanggung jawab.
3. Akhlak: Konsep amar maaruf seperti hormat-menghormati, tolong menolong, jujur, amanah, berkata benar. Konsep nahi 3. Akhlak: Konsep amar maaruf seperti hormat-menghormati, tolong menolong, jujur, amanah, berkata benar. Konsep nahi
4. Pelaksanaan pendidikan di Mekah.
5. Secara senyap atau rahsia atau sirriyah: kepada kaum keluarga dan sahabat terdekat seperti isterinya Khadijah,Ali bin Abi Talib dan Abu Bakar as Siddiq yang berpusat di rumah Arqam bin Abi Arqam berlangsung selama 3 tahun.
6. Secara terang-terangan: Diperintah oleh Allah SWT selama 10 tahun. Ditujukan kepada kaum kerabat sepeti keluarga Abdul Mutalib dengan berceramah di rumah Ali bin AbiTalib. Ada keluarga yangmenerima dan ada yang menentang terutamanya Abu Lahab bapa saudara baginda.
7. Dakwah terbuka kepada orang ramai: Di Bukit Safa dihadiri oleh semua ketua-ketua pentadbir Mekah seperti ketua Bani Abdul Mutalib, Bani Zahrah, Bani Tamin, Bani Makhzum dan Bani Asad. Abu Lahab mengganggu dakwah Nabi Muhammad SAW.
8. Cara nabi mendidik: menunjukkan contoh teladan dan akhlak yang baik. Nabi sendiri tidak pernah berdusta. Menyampaikan dengan hikmah berbincang lemah lembut, sabar, doa dan menanamkan keimanan.
Salah satu ciri dari ibadah makhdah, yaitu bersifat supra rasional (diatas jangkauan akal) artinya, ibadah bentuk ini bukan ukuran logika, karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah wahyu, akal hanya berfungsi memahami rahasia di baliknya yang disebut hikmah at-tasyrî . Seperti ilmu-ilmu yang diajarkan oleh Rasulullah kepada sahabat dan umatnya, ilmu-ilmu yang diajarkan oleh Rasulullah pada saat itu sangat rasional, dan sangat bermanfaat, bukan semata-mata agar pengikutnya bertambah. Namu, agar para sahabat dan umatnya pada saat itu dapat mensyiarkan agama Islam bersama-sama dan tidak menyalahi ketentuan yang telah diberikan oleh Allah (Wikipedia, 2014).
b. Ibadah Makhdah
Pengembangan Kurikulum
sebagai
Landasan
Pemahan dan praktek ibadah makhdah sebagaimana diungkapkan di atas, sebagai landasan pengembangan kurikulum.
Artinya, kurikulum selain dipandang sebagai materi (isi) pendidikan juga kurikulum sebagai pengalaman dan aktivitas belajar peserta didik baik di dalam atau di luar kelas atau baik termasuk pelajaran intra kurikuler atau ekstrakurikuler.
Pemahan dan pelaksanaan ajaran agama Islam yang terliput di dalam ibadah makhdah mampu memperkaya materi kurikulum dan pembenatukan kepribadian Muslim peserta didik. Suatu kurikulum tanpa mengikuti tuntunan kemajuan dan perkembangan kehidupan beragama yang dilakukan oleh masyarakat Muslim di berbagai lapisan masyarakat, maka isi (materi) kurikulum perkembangannya akan stagnan (mandeg). Oleh karena itu, pelaksanaan ibadah makhdah yang dilakukan oleh pihak sekolah sebagai salah satu bentuk pengembangan dan implementasi kurikulum sesuai konteks tuntuan masyakat. Dengan demikian, kurikulum pendidikan harus relevan dengan perubahan zaman dan kebutuhan masyarakat pada era tersebut, baik pada konsep, materi proses, fungsi serta tujuan lembaga-lembaga pendidikan. Singkat kata, Anonim (2013) mengungkapkan dalam menghadapi suatu perubahan, diperlukan suatu desain paradigma kurikulum baru di dalam menghadapi tuntutan-tuntutan yang baru(modern).
2. Ibadah Ghair makhdah
a. Definisi dan Bentuk Ibadah Ghair Makhdah
Ibadah ghairumahdhah adalah seluruh perilaku seorang hamba yang diorientasikan untuk meraih ridha Allah.Dalam hal ini tidak ada aturan baku dari Rasulullah SAW.
Dalam suatu Hadits Jarir ibn `Abdullah menyebutkan bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda:
Barangsiapa merintis jalan yang baik dalam Islam ( man sanna fîl
Islâm sunnatan hasanah), maka ia memperoleh pahalanya dan pahala orang-orang yang melakukannya sesudahnya, tanpa berkurang sedikit pun pahala mereka; dan barangsiapa merintis jalan yang buruk dalam Islam ( man sanna fîl Islâm sunnatan sayyi-ah), maka dia menanggung dosanya dan dosa orang-orang yang melakukannya sesudahnya, tanpa berkurang sedikit pun dosa mereka. (Lihat antara lain: Shahih Muslim, II: 705, Hadits senada Islâm sunnatan hasanah), maka ia memperoleh pahalanya dan pahala orang-orang yang melakukannya sesudahnya, tanpa berkurang sedikit pun pahala mereka; dan barangsiapa merintis jalan yang buruk dalam Islam ( man sanna fîl Islâm sunnatan sayyi-ah), maka dia menanggung dosanya dan dosa orang-orang yang melakukannya sesudahnya, tanpa berkurang sedikit pun dosa mereka. (Lihat antara lain: Shahih Muslim, II: 705, Hadits senada
Atau dengan kata lain definisi dari Ibadah ghairu mahdhah atau ibadah umum ( aam), ialah segala amalan yang diizinkan oleh Allah. Misalnya ibadah ghairu mahdhah ialah belajar, dzikir, dakwah, tolong-menolong dan lain sebagainya. Prinsip-prinsip dalam ibadah ini, ada 4, yaitu:
1) Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang. Selama Allah dan Rasul-Nya tidak melarang maka ibadah bentuk ini boleh diselenggarakan. Selama tidak diharamkan oleh Allah, maka boleh melakukan ibadah ini.
2) Tatalaksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasulullah SAW.Karenanya dalam ibadah bentuk ini tidak dikenal istilah bid ah , atau jika ada yang menyebutnya, segala hal yang tidak dikerjakan Rasul bid ah, maka bid ah-nya disebut bid ah hasanah, sedangkan dalam ibadah mahdhah disebut bid ah dhalalah.
3) Bersifat rasional Ibadah bentuk ini baik-buruknya, atau untung-ruginya,manfaat atau madharatnya, dapat ditentukan oleh akal atau logika . Sehingga jika menurut logika sehat, buruk, merugikan, dan madharat, maka tidak boleh dilaksanakan.
4) Azasnya Manfaat Selama itu bermanfaat, maka selama itu boleh dilakukan.Maka segala bentuk kegiatan baik yang ditujukan untuk meraih ridha Allah masuk ke dalam ranah ibadah ghairu Mahdhah (Junaedi, 2013).
b. Ibadah Ghairi Makhdah sebagai Landasan Pengembangan Kurikulum
Ibadah ghairi makhdah membahas mengenai perilaku hubungan
masyarakat lain dalam mengharapkan ridha Allah SWT. Pendidikan dan religius sangat berhubungan keduanya, karena ibadah adalah salah satu mencermikan masyarakat yang memiliki pendidikan.
masyarakat
dengan
Seperti yang dikemukakan oleh Anonim (2013), yang dimaksud ibadah ghairu mahdhah berarti mencakup semua perilaku Seperti yang dikemukakan oleh Anonim (2013), yang dimaksud ibadah ghairu mahdhah berarti mencakup semua perilaku
Ibahdah ghairi makhdah terkait dengan hubungan sesama manusia diatas, dalam surah an-Nas dikemukakan bahwa masyarakat adalah makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri dengan mengabaikan keterlibatannya dengan kepentingan pergaulan antara sesamanya dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam hubungan manusia dengan masyarakat terjadi interaksi aktif. Manusia dapat mengintervensi dengan masyarakat lingkungannya dan sebaliknya masyarakat pun dapat memberi pada manusia sebagai warganya. Oleh karena itu, dalam pandangan Islam, masyarakat memiliki karakteristik tertentu. Prinsip-prinsip ini harus dijadikan dasar pertimbangan dalam penyusunan kurikulum dan sistem pendidikan yang akan digunakan (Anonim, 2013).