Landasan Sosiologis Kurikulum
A. Landasan Sosiologis Kurikulum
Menurut Hamalik (2007: 34) secara etimologi, sosiologi berasal dari bahasa Latin, yaitu socious dan logos, socious berarti teman dan logos berarti pengetahuan. Pengertian tersebut diperluas menjadi ilmu pengetahuan tentang pergaulan hidup manusia atau masyarakat. Landasan sosiologis mengandung norma dasar pendidikan yang bersumber dari norma kehidupan masyarakat yang dianut oleh suatu bangsa. Untuk memahami kehidupan bermasyarakat suatu bangsa, kita harus memusatkan perhatian pada pola hubungan antar pribadi dan antar kelompok dalam masyarakat tersebut. Untuk terciptanya kehidupan bermasyarakat yang rukun dan
sosial yang dalam perkembangannya menjadi norma-norma sosial yang mengikat kehidupan bermasyarakat dan harus dipatuhi oleh masing-masing anggota masyarakat.
damai, terciptalah
nilai-nilai
Sukmadinata (1997: 99) mengemukakan bahwa melalui pendidikan manusia mengenal peradaban masa lalu, turut serta dalam peradaban sekarang dan membuat peradaban masa yang akan datang.Dengan demikian, kurikulum yang dikembangkan sudah
merespons dan berlandaskan pada perkembangan sosial-budaya dalam suatu masyarakat, baik dalam konteks lokal, nasional maupun global.
seharusnya
mempertimbangkan,
1. Definisi Sosiologi
Sosiologi berasal dari bahasa Latin, yaitu Socius yang berarti kawan, sedangkan Logos berarti ilmu pengetahuan. Ungkapan ini dipublikasikan dan diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang berjudul "Cours De Philosophie Positive" karangan August Comte(1798- 1857). Walaupun banyak definisi tentang sosiologi namun, umumnya sosiologi dikenal sebagai ilmu pengetahuan tentang masyarakat (Gustomi, 2013).
Menurut Sukmadinata (2007: 124), sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki berbagai gejala sosial hubungan antar individu, antar golongan, antar lembaga sosial atau masyarakat. Di dalam kehidupan kita tidak hidup sendiri, namun hidup dalam suatu masyarakat. Dalam lingkungan itulah kita memiliki tugas yang harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab sebagai bakti kepada masyarakat yang telah memberikan jasanya kepada kita.
Sedangkan definisi sosiologis menurut para ahli adalah sebagai berikut:
a. Pitirim Sorokin: sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala
sosial (misalnya gejala ekonomi, gejala keluarga, dan gejala moral), sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala non- sosial, dan yang terakhir, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial lain.
b. Roucek dan Warren: sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok.
c. William F. Ogburn dan Mayer F. Nimkopf : sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya,
yaitu organisasi sosial.
d. J.A.A Von Dorn dan C.J. Lammers: sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses
kemasyarakatan yang bersifat stabil.
e. Max Weber: Sosiologi adalah ilmu yang berupaya memahami tindakan-tindakan sosial.
f. Selo Sumardjan dan Soelaeman Soemardi: Sosiologi adalah ilmu kemasyarakatan yang mempelajari struktur sosial dan proses-
proses sosial termasuk perubahan sosial.
g. Paul B. Horton: sosiologi adalah ilmu yang memusatkan penelaahan pada kehidupan kelompok dan produk kehidupan kelompok tersebut.
h. Soejono Soekanto: sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat umum
dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat.
i. William Kornblum: sosiologi adalah suatu upaya ilmiah untuk mempelajari masyarakat dan perilaku sosial anggotanya dan menjadikan masyarakat yang bersangkutan dalam berbagai
kelompok dan kondisi. j. Allan Jhonson: sosiologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan dan perilaku, terutama dalam kaitannya dengan suatu sistem sosial dan bagaimana sistem tersebut memengaruhi
orang dan bagaimana pula orang yang terlibat didalamnya memengaruhi sistem tersebut (Sutisna, 2014).
Menurut beberapa pendapat dari para ilmuan diatas bahawa sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki berbagai gejala sosial hubungan antar individu, antar golongan, antar lembaga sosial ataupun masyarakat.
2. Hubungan Sosiologi dengan Kurikulum
Sosiologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang memiliki lapangan penyelidikan, sudut pandang, metode, serta sususan pengetahuan dan objeknya adalah tingkah laku manusia dalam kelompok. Sedangkan kurikulum adalah situasi kelompok yang tersedia bagi guru dan pengurus sekolah (administrator) untuk membuat tingkah laku yang berubah di dalam arus yang tidak putus-putus dari anak-anak dan pemuda yang melalui pintu sekolah.
Ahmad (2014), menyatakan bahwasannya kurikulum adalah situasi kelompok yang tersedia bagi guru dan pengurus sekolah (administrator) untuk membuat tingkah laku yang berubah di dalam Ahmad (2014), menyatakan bahwasannya kurikulum adalah situasi kelompok yang tersedia bagi guru dan pengurus sekolah (administrator) untuk membuat tingkah laku yang berubah di dalam
Dengan demikian, sosiologi kurikulum adalah tingkah laku manusia yang bisa dirubah melalui pintu sekolah atau pendidikan.Pada bahasan mengenai hubungan sosiologi dengan kurikulum ini, perhatiannya terutama ditujukan terhadap pengaruh sosial kurikulum itu sendiri, dan hubungannya antara kurikulum dengan kebutuhan serta tuntutan masyarakat. Dengan uraian ringkas diatas, tentunya dapat membantu untuk melihat secara lebih jelas tentang bagaimanakah pengaruh tekanan masyarakat terhadap sekolah dan kurikulum yang tradisional (Hamalik, 2007: 121).
Sebagai misal, hubungan sosial dengan kurikulum terjadi pada Abad Pertengahan. Pada saat itu pandangan kurikulum sebagai mata pelajaran yang disebut sevenliberal arts (tujuh pengetahuan umum). Oleh St Augustine di dalam bukunya
Retraction menyebutkan dengan tujuh disiplin (seven discipline). Seven Liberal Arts tadi bukanlah sekedar suatu latihan mata pelajaran, tetapi berkaitan erat dengan peranan dan fungsi seseorang setidak- tidaknya dalam tiga profesi penting. Dari ketujuh disiplin (disebut trivium), pada dasarnya merupakan telaah bahasan, yaitu terdiri dari tata
dialektika. Trivium tersebutmerupakan prasayrat untuk melanjutkan keempat disiplin berikutnya. Keempat disiplin berikutnya (disebut quadrivium), yaitu ilmu hitung, geometri, astronomi, dan seni music.
bahasa, retorika,
logika
atau
Sudirjo (2010) menyimpulkan bahwa sepanjang abad 16 dan
17 banyak murid-murid pada sekolah-sekolah umum juga diberikan kesempatan magang dalam bidang perdangangan, dan dengan demikian mereka juga diberikan pendidikan teknik . Dan pada waktu itu belum ada pemisahan yang tegas antara Kiyat (arts) dengan ilmu (science) dan itu terlihat di dalam konten trivium dan quadrivium. Gelar Arts (seperti Master of Arts atau MA) pada universitas-universitas lebih tua misalnya Oxford da Chambrigde hingga sekarang masih tetap mencakup semua bidang pengetahuan, termasuk juga bidang-bidang ilmu kealaman (natural sciences).Pada akhir abad ke-17, mulai tampak kontroversi antara mereka yang 17 banyak murid-murid pada sekolah-sekolah umum juga diberikan kesempatan magang dalam bidang perdangangan, dan dengan demikian mereka juga diberikan pendidikan teknik . Dan pada waktu itu belum ada pemisahan yang tegas antara Kiyat (arts) dengan ilmu (science) dan itu terlihat di dalam konten trivium dan quadrivium. Gelar Arts (seperti Master of Arts atau MA) pada universitas-universitas lebih tua misalnya Oxford da Chambrigde hingga sekarang masih tetap mencakup semua bidang pengetahuan, termasuk juga bidang-bidang ilmu kealaman (natural sciences).Pada akhir abad ke-17, mulai tampak kontroversi antara mereka yang
dia menginginkan berkurangnya kurikulum tradisional, dan menambahkan lebih banyak lagi mata ajaran tentang mentalitas, moral dan ilmu fisika. Setelah abad ke-17 mulai membicarakan mengenai metode pengajaran.Metode-metode pengajaran yang dibicarakan setelah abad ke-17, pada kurikulum tradisional, adalah dekte, menghafal, dan meniru (Sudirjo, 2010).
Menurut Norwood dalam buku Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik (Sukmadinata, 2005: 88) dan kawan-kawannya, mengatakan
persekolahan hendaknya mengandung:
bahwa
kurikulum
a. Upaya pembinaan rasa tanggung jawab dan menghargai akal budi.
b. Menumbuhkan sikap mandiri di dalam melakukan telaahan serta mengembangkan kekuatan intelektual yang bebas dan
bertanggung jawab.
c. Memberikan sejumlah pengetahuan dan pengertian tentang fakta-fakta dan peristiwa-peristiwa yang menentukan dunia kehidupan yang bakal dialami.
d. Mengembangkan kemampuan murid untuk menyadari maslaha- masalah dan resiko yang bakal muncul didalam pengambilan tindakan atau pilihan disepanjang hidup kelak.
3. Kekuatan Sosial yang Mempengaruhi Kurikulum
Hamalik (2007: 99-100) mengatakan bahwa setidaknya ada empat kelompok kekuatan sosial yang mempengaruhi kurikulum. Di antaranya, yaitu :
a. Kekuatan sosial yang resmi, yang terdiri atas :
1) Pemerintah suatu Negara, melalui UUD dan ideologi negara.
2) Pemerintah daerah, melalui kebijakannya.
3) Perwakilan departemen pendidikan setempat 3) Perwakilan departemen pendidikan setempat
1) Yayasan yang bergerak di bidang pendidikan.
2) Kerukunan atau persatuan keluarga sekolah-sekolah sejenis
3) Perguruan tinggi.
4) Persatuan orang tua murid.
5) Penerbit buku-buku pelajaran
6) Media massa
7) Adat kebiasan masyarakat setempat
c. Organisasi profesional, seperti persatuan guru, dokter dan ahli hukum.
d. Kelompok atau organisasi yang bergerak berdasarkan kepentingan tertentu, seperti kelompok patriotik dan sebagainya.
Seperti yang telah kami singgung di atas, bahwa ada beberapa pakar yang menggunakan istilah masyarakat dan budaya sebagai pengganti dari istilah sosiologis. Hal ini dipakai juga oleh Hamalik dalam bukunya, beliau membagi pembahasannya menajdi dua bagian yaitu masyarakat dan budaya.