Memahami dan Memaknai KTSP
B. Memahami dan Memaknai KTSP
1. Kerangka Dasar Kurikulum
Kerangka Dasar Kurikulum adalah kelompok mata pelajaran peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) menyatakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan, dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas:
1) Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia.
2) Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian.
3) Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi.
4) Kelompok mata pelajaran estetika.
5) Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan, (Masnur,2008: 54)
Setiap kelompok mata pelajaran tersebut dilaksanakan secara holistik, sehingga pembelajaran masing-masing kelompok mempengaruhi pemahaman dan penghayatan peserta didik, dan Setiap kelompok mata pelajaran tersebut dilaksanakan secara holistik, sehingga pembelajaran masing-masing kelompok mempengaruhi pemahaman dan penghayatan peserta didik, dan
2. Struktur Kurikulum
Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajran. Kedalaman muatan kurikulum pada setiap mata pelajaran pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam kompetensi yang harus dikuasi peserta didik sesuai dengan beban ajar yang tercantum dalam struktur kurikulum. Kopetensi yang dimaksud terdiri atas standar kompetensi dan kopetensi dasar yang dikembangkan berdasarkan standar kompetensi lulusan. Muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri merupakan bagian integral dari struktur kurikulum pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, (Mulyasa,2006: 25).
a. Struktur Kurikulum SD/MI
Menurut Nisa (2015), Struktur kurikulum Struktur Kurikulum SD/MI meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama enam tahun mulai Kelas I sampai dengan Kelas VI. Struktur kurikulum SD/MI disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran dengan ketentuan sebagai berikut.
1) Kurikulum SD/MI memuat 8 mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan.
2) Substansi mata pelajaran IPA dan IPS pada SD/MI merupakan IPA Terpadu dan IPS Terpadu .
3) Pembelajaran pada Kelas I s.d. III dilaksanakan melalui pendekatan tematik, sedangkan pada Kelas IV s.d. VI dilaksanakan melalui pendekatan mata pelajaran.
4) Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum. Satuan 4) Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum. Satuan
5) Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 35 menit.
6) Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester).
b. Struktur Kurikulum SMP/MTs
meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun mulai Kelas VII sampai dengan Kelas IX. Struktur kurikulum disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran dengan ketentuan sebagai berikut.
Struktur
kurikulum
SMP/MTs
1) Kurikulum SMP/MTs memuat 10 mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri. Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan.
2) Substansi mata pelajaran IPA dan IPS pada SMP/MTs merupakan IPA Terpadu dan IPS Terpadu .
3) Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum. Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum empat jam pembelajaran per minggu secara keseluruhan.
4) Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 40 menit.
5) Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 34-38 minggu.
c. Struktur Kurikulum SMA/MA Struktur Kurikulum SMA/MA
Meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun mulai Kelas X sampai dengan Kelas XII. Struktur kurikulum disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran. Pengorganisasian kelas-kelas pada SMA/MA dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu kelas X merupakan program umum yang diikuti oleh seluruh peserta didik, dan kelas XI dan XII merupakan program Meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun mulai Kelas X sampai dengan Kelas XII. Struktur kurikulum disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran. Pengorganisasian kelas-kelas pada SMA/MA dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu kelas X merupakan program umum yang diikuti oleh seluruh peserta didik, dan kelas XI dan XII merupakan program
1) Kurikulum SMA/MA Kelas X 1) Kurikulum SMA/MA Kelas X terdiri atas 16 mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan Muatan
kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan.
2) Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum. Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum empat jam pembelajaran per minggu secara keseluruhan.
3) Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 45 menit.
4) Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 34-38 minggu.
d. Struktur Kurikulum Pendidikan Khusus
Khusus Struktur Kurikulum dikembangkan untuk peserta didik berkelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan/atau sosial berdasarkan standar kompetensi lulusan, standar kompetensi kelompok mata pelajaran, dan standar kompetensi mata pelajaran. Peserta didik berkelainan dapat dikelompokkan menjadi dua kategori (1) peserta didik berkelainan tanpa disertai dengan kemampuan intelektual di bawah rata-rata, dan (2) peserta didik berkelainan disertai dengan kemampuan intelektual di bawah rata-rata.
Kurikulum Pendidikan Khusus terdiri atas delapan sampai dengan 10 mata pelajaran, muatan lokal, program khusus, dan pengembangan diri. Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan. Program khusus berisi kegiatan yang bervariasi sesuai degan jenis Kurikulum Pendidikan Khusus terdiri atas delapan sampai dengan 10 mata pelajaran, muatan lokal, program khusus, dan pengembangan diri. Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan. Program khusus berisi kegiatan yang bervariasi sesuai degan jenis
Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler.
Peserta didik berkelainan tanpa disertai dengan kemampuan intelektual di bawah rata-rata, dalam batas-batas tertentu masih dimungkinkan dapat mengikuti kurikulum standar meskipun harus dengan penyesuaian-penyesuaian. Peserta didik berkelainan yang disertai dengan kemampuan intelektual di bawah rata-rata, (Anonim,2008).
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.Berdasarkan pengertian tersebut, kurikulum dipandang memiliki dua dimensi. Dimensi yang pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran. Dimensi yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB) sebagai satuan pendidikan khusus untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang tidak memungkinkan mengikuti pendidikan di program Inklusif, atau kelas khusus/spesial clas di sekolah reguler. Bagi yang tergolong dalam kluster normal dan berkeinginan melanjutkan ke jenjang Pendidikn Tinggi dianjurkan mengikuti progran Inklusi. Berdasar fakta yang sudah berjalan sesuai jenisnya maka SMALB Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.Berdasarkan pengertian tersebut, kurikulum dipandang memiliki dua dimensi. Dimensi yang pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran. Dimensi yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB) sebagai satuan pendidikan khusus untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang tidak memungkinkan mengikuti pendidikan di program Inklusif, atau kelas khusus/spesial clas di sekolah reguler. Bagi yang tergolong dalam kluster normal dan berkeinginan melanjutkan ke jenjang Pendidikn Tinggi dianjurkan mengikuti progran Inklusi. Berdasar fakta yang sudah berjalan sesuai jenisnya maka SMALB
1) Mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu untuk mengembangkan potensi peserta didik berkebutuhan khusus agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu , cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
2) Mewujudkan hak anak berkebutuhan untuk memperoleh pendidikan khusus.
3) Mengakomodasi unsur-unsur baru dalam dunia pendidikan. Sebagai
SMALB adalah pengembangan Kurikulum SMALB yang mempertimbangkan karakteristik anak berkebutuhan khusus dalam rangka:
karakteristik
Kurikulum
1) Mengembangkan keseimbangan antara dimensi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan untuk dapat diterapkan dalam berbagai situasi, baik di sekolah maupun di masyarakat.
2) Memberikan pengalaman belajar yang terencana agar apa yang dipelajari di sekolah dapat diterapkan di dalam kehidupan
masyarakat dan sekaligus memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar.
3) Memberikan waktu yang cukup leluasa dan fleksibel untuk mengembangkan potensi diri yang bermanfaat terutama bagi kehidupan dirinya.
4) Mengembangkan kompetensi yang dirumuskan dalam bentuk kompetensi inti kelas dan dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran. Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti. Kompetensi 4) Mengembangkan kompetensi yang dirumuskan dalam bentuk kompetensi inti kelas dan dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran. Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti. Kompetensi
Pengembangan kurikulum SMALB bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik berkebutuhan khusus agar menjadi manusia Indonesia yang mampu hidup secara mandiri sebagai pribadi dan warga negara yang beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, produktif, kreatif, inovatif, afektif, dan mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia dan bagi mereka yang memiliki kemampuan akademik normal juga dipersiapkan untuk memasuki perguruan tinggi melalui program inklusif. Struktur kurikulum SMALB pada dasarnya sama dengan pendidikan reguler.
3. Beban Belajar
Beban belajar untuk madrasah pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menggunakan jam pembelajaran setiap minggu, setiap semester dengan sistem tatap muka, penugasan terstruktur, kegiatan mandiri, tidak terstruktur,sesuai kebutuhan dan ciri khas masing-masing. Program pendidikan yang peserta pendidiknya diwajibkan mengikuti seluruh program pembelajaran dan beban belajar yang sudah ditetapkan untuk setiap kelas sesuai dengan struktur kurikulum yang berlaku pada satuan pendidikan. Beban belajar setiap mata pelajaran pada sistem paket dinyatakan dalam satuan jam pelajaran.
Beban belajar untuk kelompok mata pelajaran agama dan akhlak maupun kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian sesuai dengan kepribadian dan ciri khasnya. Ketentuan mengenai beban belajar, jam pembelajaran, waktu efektif tatap muka dan persentase beban belajar setiapkelompok mata pelajaran ditetapkan dengan peraturan Menteri berdasarkan Badan Nasional Standar Pendidikan, (Harjanto,2010: 54).
Beban belajar efektif per tahun ditentukan dengan Peraturan Menteri berdasarkan usulan BSNP. Kurikulum untuk MI, MTs, MA maupun pendidikan bentuk lain yang sederajat dapat memasukkan Beban belajar efektif per tahun ditentukan dengan Peraturan Menteri berdasarkan usulan BSNP. Kurikulum untuk MI, MTs, MA maupun pendidikan bentuk lain yang sederajat dapat memasukkan
4. Kalender Pendidikan
Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta didik selama satu tahun ajaran yang mencakup permulaan tahun pelajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif dan hari libur. Kurikulum satuan pendidikan pada setiap jenis dan jenjang diselenggarakan dengan mengikuti kalender pendidikan pada setiap tahun pelajaran. Kalender pendidikan untuk setiap satuan pendidikan disusun oleh masing- masing satuan pendidikan berdasarkan alokasi waktu pada dokumen Standar Isi dengan memperhatikan ketentuan dari pemerintah, (Mulyasa, 2006: 86).
Ada beberapa yang perlu diperhatikan dalam pembuatan kalender pendidikan, diantaranya:
• Alokasi Waktu
Alokasi waktu ialah pembagian waktu belajar yang efektif dan tidak efektif untuk pelaksanaan pembelajaran. Waktu pembelajaran efektif adalah jumlah jam pembelajaran setiap Alokasi waktu ialah pembagian waktu belajar yang efektif dan tidak efektif untuk pelaksanaan pembelajaran. Waktu pembelajaran efektif adalah jumlah jam pembelajaran setiap
• Penetapan Kalender Pendidikan
Penetapan permulaan tahun pelajaran biasanya di bulan Juli setiap tahun dan berakhir pada bulan juni tahun berikutnya. Hari libur sekolah ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional, atau Menteri Agama dalam hal terkait dengan hari raya keagamaan, Kepala Daerah tingkat Kabupaten atau Kota, dan organisasi penyelenggara pendidikan dapat menetapkan hari libur khusus.