Pengeluaran Pemerintah Bidang Pendidikan dan Kesehatan

69 mencerminkan strategi kebijakan fiskal dalam mempengaruhi alokasi sumber daya ekonomi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, perluasan kesempatan berusaha, dan berbagai program pembangunan lainnya, memperbaiki distribusi pendapatan, serta menunjang program stabilisasi, termasuk program penyelamatan dan pemulihan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Sumber: BPS diolah Gambar 4.5 Pengeluaran pemerintah bidang pendidikan wilayah perbatasan darat Indonesia tahun 2007 dan 2010 Pengeluaran pemerintah untuk bidang pendidikan di wilayah perbatasan darat Indonesia selama tahun 2007-2010 secara keseluruhan mengalami peningkatan. Peningkatan pengeluaran pemerintah tersebut diharapkan berimbas pada peningkatan sumber daya manusia sehingga mampu mengembangan diri, menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama pada masyarakat miskin. Peningkatan ini juga terkait dengan pelaksanaan otonomi daerah serta keputusan mahkamah konstitusi yang mengeluarkan kebijakan mengenai anggaran pendidikan 20 persen dari APBD seperti tercantum dalam UU no. 23 Tahun 2003. Di dalam undang-undang tersebut disebutkan bahwa pemerintah baik pusat maupun daerah harus mengalokasikan 20 persen anggaran untuk bidang pendidikan di luar gaji dan biaya kedinasan. Proses pengembangan sumber daya manusia memang membutuhkan dana yang relatif besar, oleh karena itu dapat dimengerti bahwa pengeluaran 50 100 150 200 250 300 2007 2010 70 pemerintah mempunyai peranan penting dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia, termasuk bagi masyarakat di wilayah perbatasan. Tak hanya bidang pendidikan peningkatan anggaran bidang kesehatan juga merupakan salah satu bagian penting dalam upaya pembangunan, khususnya dalam meningkatkan kualitas hidup manusia. Pemenuhan kebutuhan kesehatan merupakan hak dasar manusia Farid, 2003, sebagaimana yang terdapat dalam Deklarasi Hak-hak Asasi Manusia The Universal Declaration of Human Right, bahwa “setiap orang mempunyai hak untuk hidup pada standar yang layak untuk kesehatan dan kesejahteraan mereka, dan keluarnya, termasuk hak untuk mendapat makanan, pakaian, perumahan, dan pelayanan kesehatan”. “everyone has the right to a standart of living adequate for the health and well-being of himself and of his family, including food, clothing, housing, and medical care”. Dalam kurun waktu 50 tahun terakhir, batasan tentang hak manusia dalam kesehatan makin berkembang, meliputi hak-hak anak dan hak-hak perempuan. Bahkan dalam satu dekade terakhir artikel dalam hal deklarasi dan nomenklatur dari hak asasi manusia menjadi lebih komplek karena harus berhadapan dengan hal-hal seperti masalah pekerja anak, kondisi kerja dan hal-hal lain yang berhubungan dengan perdagangan bisnis dalam Kesehatan. Dengan wacana ini jelas bahwa “kesehatan” merupakan dan harus dapat menjadi salah satu tolak ukur utama dari pembangunan dan kesejahteraan nasional suatu bangsa. Sumber: BPS diolah Gambar 4.6 Pengeluaran pemerintah bidang kesehatan wilayah perbatasan darat Indonesia tahun 2007 dan 2010 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 2007 2008 2009 2010 71 Pengeluaran pemerintah bidang kesehatan selama tahun 2007 hingga 2010 di wilayah perbatasan dari gambar 4.4 dapat diketahui bahwa pada periode tersebut pengeluaran pemerintah bidang kesehatan berfluktuasi, dimana pada tahun 2008 hampir di semua wilayah memiliki anggaran yang lebih besar dibandingkan anggran tahun berikutnya yaitu 2009 dan 2010, kecuali untuk Kabupaten Pegunungan Bintang, anggaran dua tahun 2009 dan 2010 lebih besar dibanding dua tahun sebelumnya.

4.1.6 Infrastruktur

Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital untuk mempercepat proses pembangunan nasional. Infrastruktur juga memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Ini mengingat gerak laju dan pertumbuhan ekonomi suatu negara tidak dapat pisahkan dari ketersediaan infrastruktur seperti transportasi, telekomunikasi, sanitasi, dan energi. Oleh karena itu, pembangunan sektor ini menjadi fondasi dari pembangunan ekonomi dan pembangunan manusia selanjutnya. Pembangunan infrastruktur suatu negara harus sejalan dengan kondisi makro ekonomi negara yang bersangkutan. Dalam 30 tahun terakhir ditengarai pembangunan ekonomi Indonesia tertinggal akibat lemahnya pembangunan infrastruktur. Menurunnya pembangunan infrastruktur yang ada di Indonesia dapat dilihat dari pengeluaran pembangunan infrastruktur yang terus menurun dari 5,3 persen terhadap GDP Gross Domestic Product tahun 19931994, sekitar 2,3 persenpada 2005 dan menjadi 1.69 pada tahun 2010. Dalam kondisi normal, pengeluaran pembangunan untuk infrastruktur bagi negara berkembang adalah sekitar 5-6 persen dari GDP. Tabel 4.1 menunjukkan besarannya persentase jalan dalam kondisi baik terhadap luas wilayah, berdasarkan tabel tersebut dapat kita ketahui bahwa di wilayah perbatasan darat kondisi infrastruktur jalan ini sangatlah jauh dari yang diharapkan. Pada tahun 2010 Kabupaten Merauke hanya memiliki 0,0005 persen jalan dalam kondisi baik dari luas wilayah kabupaten. Sementara dari hasil tabulasi tersebut juga diketahui bahwa kondisi terbaik yang dimiliki oleh wilayah perbatasan berkaitan dengan akses jalan ini hanya sebesar 0,4455 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa wilayah kabupatenkota yang berada di perbatasan akses 72 jalan yang mempunyai peranan penting bagi kelangsungan kehidupan masyarakat setempat masih sangat memprihatinkan. Tabel 4.1 Persentase infrastruktur jalan baik terhadap luas kabupatenkota wilayah perbatasan darat Indonesia tahun 2007 – 2010 KabupatenKota 2007 2008 2009 2010 Sambas 0.0008 0.0015 0.0010 0.0993 Bengkayang 0.0669 0.1079 0.1181 0.1320 Sanggau 0.0515 0.0396 0.0396 0.0386 Sintang 0.0281 0.0163 0.0178 0.0213 Kapuas Hulu 0.0134 0.0109 0.0108 0.0145 Kutai Barat 0.0074 0.0154 0.0154 0.0311 Malinau 0.0098 0.0130 0.0132 0.0136 Nunukan 0.1850 0.2813 0.2813 0.4370 Belu 0.1223 0.1534 0.1573 0.1881 TTU 0.4130 0.2955 0.2984 0.2984 Kupang 0.1570 0.1066 0.1207 0.0617 Merauke 0.0002 0.0009 0.0009 0.0005 Boven Digoel 0.0077 0.0002 0.0002 0.0220 Peg. Bintang 0.0013 0.0024 0.0024 0.0016 Keerom 0.0418 0.0418 0.0552 0.0172 Jayapura 0.2993 0.2993 0.2993 0.4455 Sumber: BPS kabupatenkotadiolah Rendahnya kualitas jalan yang ada di wilayah perbatasan ini tentu sangat perlu mendapatkan perhatian yang lebih besar lagi dari pemerintah. Karena jalan memiliki fungsi yang sangat luas bagi masyarakat maupun suatu wilayah, maka diperlukan suatu strategi tersendiri agar pembangunan infrastruktur jalan ini dapat memberikan hasil ataupun manfaat yang lebih luas. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Bapak Soesilo Bambang Yudhoyono bahwa kunci bagi pembangunan infrastruktur yang inklusif dan berkelanjutan adalah konektivitas. Infrastruktur yang inklusif dan berkelanjutan harus menghubungkan manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungannya, pulau dengan pulau, kota