Kesehatan Faktor yang Memengaruhi Indeks Pembangunan Manusia
91
penduduk yang lebih kaya, dimana mereka mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik dan lebih besar dibandingkan dengan masyarakat yang miskin.
Sehingga terdapat bias yang sangat jauh untuk subsidi dalam bidang kesehatan. Berdasarkan uraian pada bab empat diketauhi bahwa pengeluaran
pemerintah bidang kesehatan berfluktuasi, dimana anggaran tahun 2008 cenderung lebih besar dibandingkan tahun berikutnya, yaitu 2009 dan 2010.
Sementara itu jumlah penduduk di wilayah perbatasan secara umum semakin meningkat setiap tahunnya, ini mengindikasikan semakin kecilnya alokasi
pengeluaran pemerintah per penduduk pada tahun 2009 dan 2010. Tabel: 5.4 Jumlah penduduk di wilayah perbatasan darat Indonesia 2007- 2010
KabupatenKota 2007
2008 2009
2010 Sambas
485,446 491,077
496,464 496,120
Bengkayang 201,600
205,675 209,927
215,277 Sanggau
382,594 388,909
395,061 408,468
Sintang 357,479
365,058 373,380
364,759 Kapuas Hulu
213,760 218,804
222,893 222,160
Kutai Barat 157,847
159,852 161,778
165,091 Malinau
56,107 59,200
62,423 62,580
Nunukan 125,421
132,886 140,707
140,841 Belu
418,004 441,451
465,933 352,297
TTU 211,350
213,153 214,842
229,803 Kupang
373,663 383,896
394,173 304,548
Merauke 168,513
172,478 176,466
195,716 Boven Digoel
33,995 34,786
35,581 55,784
Peg. Bintang 94,780
96,511 98,234
65,434 Keerom
42,582 44,402
46,282 48,536
Jayapura 215,609
243,930 224,615
256,705 Sumber: BPS diolah
Penurunan alokasi pengeluaran pemerintah bidang pendidikan di wilayah kabupatenkota perbatsanan selama 2008 sampai 2010 ternyata tidak membuat
indeks kesehatan di wilayah ini menurun. Hal ini salah satunya dikarenakan meningkatnya persentase rumah sehat di wilayah tersebut gambar 5.2 selama
periode penelitian. Selain itu berdasarkan data profil kesehatan Indonesia 2010 juga diketahui adanya penurunan persentase jumlah penderita gizi buruk dan
kurang gizi, terutama untuk wilayah di provinsi Nusa Tenggara Timur yang pada
92
tahun 2007 jumlah penderita gizi buruk dan gizi kurang sebesar 33, 6 persen berkurang menjadi 20,3 persen pada tahun 2010.
Sumber: Kementrian kesehatan, 2010 Gambar 5.2 Persentase rumah sehat di wilayah perbatasan darat Indonesia 2007 - 2010
Semakin meningkatnya pemahaman masyarakat akan pentingnya kesehatan, tentu merupakan suatu langkah yang baik untuk meningkatkan sumber
daya manusia menuju peningkatan kesejahteraan yang lebih baik sebagaimana yang terdapat dalam penelitian E. Setiawan pada tahun 2006, bahwa kesehatan
merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap manusia, tanpa kesehatan masyarakat tidak dapat menghasilkan suatu produktivitas bagi wilayahnya. Kegiatan ekonomi
suatu wilayah dapat berjalan jika ada jaminan kesehatan bagi setiap penduduknya. Berkaitan dengan pengeluaran pemerintah bidang kesehatan di wilayah
Perbatasan Darat Indonesia, ternyata hal ini
tidak diikuti dengan
peningkatanpemenuhan tenaga-tenaga di bidang kesehatan, di mana diketahui dari Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat selama kurun waktu 2008-2010
jumlah tenaga kesehatan di Wilayah Perbatasan sebagian besar masih kekurangan tenaga kesehatan sebesar 20 persen sampai 30 persen. Jika dikaitkan dengan
infrastruktur yang ada di wilayah perbatasan berdasarkan uraian pada bab sebelumnya juga diketahui bahwa infrastruktur jalan di wilayah ini selama periode
penelitian masih sangat memprihatikan atau dengan kata lain akses penduduk untuk dapat menuju ke akses kesehatan ataupun akses lainnya masih sulit untuk
dijangkau. Oleh karena itu, realisasi anggaran bidang kesehatan sebaiknya dapat dikelola dengan baik dengan diikuti sarana dan prasara pendukung lainnya terkait
dengan kemudahan, ketersediaan perangkat maupun aparat di bidang kesehatan masyarakat demi tercapainya peningkatan kualitas SDM dan peningkatan IPM.
20 40
60 80
2007 2010
93
Selain itu program-program yang telah dibuat dan dijalankan agar dapat dioptimalkan kembali agar masyarakat bisa memperoleh pelayanan kesehatan dan
dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Seperti program JAMKESMAS, dimana program ini telah menaikkan proporsi anggaran pemerintah sebesar 8 persen tapi
pada kenyataannya program tersebut belum efektif, karena rumitnya prosedur yang harus dipenuhi untuk mendapatkan jaminan kesehatan.