Wilayah Perbatasan TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
21
Wilayah perbatasan menurut buku utama rencana induk pengelolaan perbatasan negara merupakan wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berbatasan dengan negara lain, dan batas-batas wilayahnya ditentukan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Wilayah
perbatasan di Indonesia secara umum dicirikan antara lain oleh: 1 letak geografisnya berbatasan langsung dengan negara lain, bias propvinsi,
kabupatenkota maupun kecamatan yang memiliki bagian wilayah yang langsung bersinggungan dengan garis batas negara. 2 kawasan perbatasan umumnya
masih relatif terpencil, miskin, kurang sarana dan prasarana dasar sosial dan ekonomi, serta 3 kondisi pertumbuhan ekonominya relatif lambat dibandingkan
wilayah lain. Selama ini pendekatan perencanaan pengembangan kawasan perbatasan
lebih banyak ditekankan pada pendekatan keamanan security approach. Namun seiring dengan perkembangan kajian-kajian tentang kawasan perbatasan bahwa,
kawasan perbatasan darat dan laut antar negara merupakan kawasan yang masih rentan terhadap infiltrasi ideologi, politik, ekonomi, maupun sosial budaya dari
negara lain. Di sisi lain, kawasan perbatasan antar negara masih dihadapkan pada permasalahan-permasalahan
yang sangat
mendasar seperti
rendahnya kesejahteraan masyarakat, rendahnya kualitas sumberdaya manusia, serta
minimnya infrastruktur di sektor perhubungan dan sarana kebutuhan dasar masyarakat. Ketertinggalan pembangunan kawasan perbatasan baik darat maupun
laut dengan negara tetangga secara sosial maupun ekonomi dikhawatirkan dapat berkembang menjadi kerawanan yang bersifat politis untuk jangka panjang.
Upaya pembangunan wilayah perbatasan merupakan amanah UUD 1945 Indonesia masih mengalami kendala sosial, ekonomi, budaya dan keterbatasan
daya dukung di wilayah yang dihuninya. Menurut Bappenas 2004, sebagaimana pelaksanaan pembangunan pada wilayah-wilayah lain relatif masih tertinggal,
pembangunan wilayah perbatasan menganut pendekatan, antara lain: 1. Pemenuhan kebutuhan dasar manusia basic need approach, yaitu kecukupan
konsumsi pangan, sandang dan perumahan yang layak huni. 2. Pemenuhan akses standar terhadap pelayanan kesehatan, pendidikan dan
infrastruktur mobilitas warga.
22
3. Peningkatan partisipasi dan akuntabilitas publik dalam setiap perencanaan, pelaksanaan dan penilaian program pembangunan untuk kepentingan
masyarakat. Selain tiga pendekatan yang secara umum diterapkan dalam setiap
program pembangunan, hal lain yang perlu memperoleh perhatian adalah konteks sosial budaya, adat istiadat, kondisi geografis dan keunikan komunitas dan
kewilayahan yang dimiliki oleh wilayah perbatasan Bappenas, 2004. Lebih khusus lagi, pengembangan kawasan perbatasan ditekankan pada tiga aspek utama
sebagaimana ciri-ciri kawasan perbatasan, yaitu: 1. Aspek Demarkasi dan Delimitasi Garis Batas
Penetapan batas wilayah negara demarkasi dan delimitasi dilakukan untuk menjaga keutuhan dan kedaulatan wilayah negara.Upaya ini membutuhkan
dukungan, seperti survei dan pemetaan wilayah perbatasan, penamaan toponim pulau, border diplomacy, hingga pengakuan Perserikatan Bangsa-
Bangsa PBB. Pada dasarnya penetapan batas negara harus ditetapkan berdasarkan kesepakatan bilateralmultilateral dan bukan bersifat unilateral.
2. Aspek Politik, Hukum dan Keamanan. Tingginya potensi kerawanan di perbatasan menyebabkan perlunya perhatian
khusus terhadap wilayah ini dalam hal peningkatan kesadaran politik, penegakan hukum, serta peningkatan upaya keamanan.
3. Aspek Kesejahteraan, Sarana dan Prasarana Wilayah perbatasan, termasuk pulau-pulau kecil terluar memiliki potensi
sumber daya alam yang cukup besar, serta merupakan wilayah yang sangat strategis bagi pertahanan dan keamanan Negara. Namun pembangunan di
beberapa wilayah perbatasan masih tertinggal dibandingkan dengan negara tetangga, terutama wilayah yang berbatasan dengan Malaysia dan Singapura.
Hal ini menyebabkan kesenjangan sosial ekonomi masyarakat yang tinggal di daerah perbatasan dibandingkan dengan kondisi sosial ekonomi warga negara
tetangga. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara secara
tegas membagi kewenangan pemerintah pusat, pemerintah propinsi dan
23
pemerintah kabupaten dalam pelaksanaan pembangunan daerah perbatasan. Kewenangan Pemerintah Pusat antara lain :
a. Menetapkan kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan;
b. Mengadakan perundingan dengan negara lain mengenai penetapan Batas Wilayah Negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan dan hukum
internasional; c. Membangun atau membuat tanda Batas Wilayah Negara;
d. Melakukan pendataan dan pemberian nama pulau dan kepulauan serta unsur geografis lainnya;
e. Memberikan izin kepada penerbangan internasional untuk melintasi wilayah udara teritorial pada jalur yang telah ditentukan dalam peraturan perundang-
undangan; f. Memberikan izin lintas damai kepada kapal-kapal asing untuk melintasi laut
teritorial dan perairan kepulauan pada jalur yang telah ditentukan; g. Melaksanakan pengawasan di zona tambahan yang diperlukan untuk
mencegah pelanggaran dan menghukum pelanggar peraturan perundangan di bidang bea cukai, fiskal, imigrasi, atau saniter di dalam wilayah negara atau
laut teritorial; h. Menetapkan wilayah udara yang dilarang dilintasi oleh penerbangan
internasional untuk pertahanan dan keamanan; i. Membuat dan memperbarui peta Wilayah Negara dan menyampaikannya
kepada Dewan Perwakilan Rakyat sekurang-kurangnya setiap 5 lima tahun sekali; dan
j. Menjaga keutuhan, kedaulatan, dan keamanan wilayah negara serta Kawasan Perbatasan.
Kewenangan Pemerintah Provinsi yaitu : a. Melaksanakan kebijakan Pemerintah dan menetapkan kebijakan lainnya dalam
rangka otonomi daerah dan tugas pembantuan; b. Melakukan koordinasi pembangunan di Kawasan Perbatasan;
c. Melakukan pembangunan Kawasan Perbatasan antar-pemerintah daerah danatau antara pemerintah daerah dengan pihak ketiga; dan
24
d. Melakukan pengawasan pelaksanaan pembangunan Kawasan Perbatasan yang dilaksanakan Pemerintah KabupatenKota.
Kewenangan Pemerintah KabupatenKota antara lain : a. Melaksanakan kebijakan Pemerintah dan menetapkan kebijakan lainnya dalam
rangka otonomi daerah dan tugas pembantuan; b. Menjaga dan memelihara tanda batas;
c. Melakukan koordinasi dalam rangka pelaksanaan tugas pembangunan di Kawasan Perbatasan di wilayahnya; dan
d. Melakukan pembangunan Kawasan Perbatasan antar-pemerintah daerah danatau antara pemerintah daerah dengan pihak ketiga.
Dalam rangka melaksanakan kewenangannya tersebut, baik Pemerintah Propinsi maupun Pemerintah KabupatenKota berkewajiban menetapkan biaya
pembangunan Kawasan Perbatasan. Selain pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah, Undang-undang ini juga mengamanatkan
pembentukan Badan Pengelola Perbatasan yang bertugas menetapkan kebijakan program pembangunan perbatasan, menetapkan rencana kebutuhan anggaran,
mengkoordinasikan pelaksanaan dan melaksanakan evaluasi serta pengawasan.