Fungsi Produksi Usahaternak Sapi Perah Peternak Kelompok I

VII EFISIENSI USAHATERNAK SAPI PERAH Analisis fungsi produksi yang digunakan adalah model fungsi Cobb- Douglas stochastic production frontier. Analisis tersebut bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi produksi usahaternak sapi perah di Kecamatan Pasir Jambu. Selain menganalisis faktor-faktor produksi, juga untuk menganalisis efisiensi teknis usahaternak sapi perah. Dalam penelitian ini terdiri dari lima variabel independen penduga dalam fungsi produksi ini yaitu jumlah sapi laktasi X 1 , pakan konsentratjumlah sapi laktasi X 2 , pakan hijauan jumlah sapi laktasi X 3 , tenaga kerjajumlah sapi laktasi X 4 , dan air minum sapijumlah sapi laktasi X 5 .

7.1. Analisis Fungsi Stochastic Production Frontier Usahaternak Sapi Perah

7.1.1 Fungsi Produksi Usahaternak Sapi Perah Peternak Kelompok I

Pendugaan parameter fungsi produksi Cobb-Douglas dengan metode OLS menunjukkan gambaran kinerja rata-rata best fit dari proses produksi peternak pada tingkat teknologi yang ada. Sedangkan dengan metode MLE menggambarkan kinerja terbaik best practice dari perilaku peternak dalam proses produksi. Pencarian awal fungsi produksi dilakukan dengan metode Ordinary Least Square OLS. Pendugaan parameter fungsi produksi dengan metode OLS menunjukan gambaran kinerja rata-rata best fit dari produksi peternak pada tingkat teknologi yang ada. Fungsi produksi dibentuk dari variabel jumlah sapi laktasi, pakan konsentrat baru, pakan rumput, air, dan tenaga kerja. Tabel 21 berikut menunjukkan hasil pendugaan fungsi produksi usahaternak sapi perah peternak kelompok I. Hasil estimasi awal menggunakan metode OLS menunjukkan nilai R 2 sebesar 83,2 persen, akan tetapi terdapat multikolinieritas yang tinggi antar variabel dalam model. Masalah multikolinearitas hanya menyebabkan standard error menjadi lebih besar sehingga t-hitung menjadi lebih kecil dan ini menyebabkan nilai tersebut menjadi tidak nyata. Model 1 tersebut diperlihatkan oleh persamaan di bawah ini. Ln Y = 0,823 – 0,164 Ln X 1 + 0,666 Ln X 2 + 0,159 Ln X 3 + 0,377 Ln X 4 – 0,389 Ln X 5 Tabel 21. Pendugaan Fungsi Produksi Cobb Douglass Usahaternak Sapi Perah Peternak Kelompok I Model 1 Variabel OLS MLE Koef t-rasio Koef t-rasio Konstanta 1,423 0,393 0,823 0,916 Jumlah sapi laktasi X 1 -0,189 -0,212 -0,164 0,608 Pakan Konsentrat Baru X 2 0,298 0,451 0,666 1,259 Rumput X 3 0,349 1,313 0,159 1,134 Air X 4 0,632 2,323 0,377 2,799 Tenaga kerja X 5 -0,844 -2,724 -0,389 -0,702 R 2 P 2 LR test of one side error 83,2 0,000 0,194 0,999 6,827 Model 1 masih memiliki masalah multikolinieritas, teknik untuk menghilangkan atau setidaknya mengurangi multikolinieritas adalah dengan membagi setiap variabel dependen dan independen dengan variabel yang memiliki nilai kerelasi pearson yang tinggi. Cara ini menjadikan variabel tersebut keluar dari model dan terbentuk model fungsi produktivitas. Tabel 22 menunjukkan hasil pendugaan dari fungsi produktivitas yang terbentuk. Tabel 22. Pendugaan Fungsi Produksi Cobb Douglass Usahaternak Sapi Perah Peternak Kelompok I Model 2 Variabel OLS MLE Koef t-rasio Koef t-rasio Konstanta 3,273 0,850 3,688 3,702 Pakan Konsentrat Baru jumlah X 1 -0,110 -0,159 -0,025 -0,027 Rumputjumlah X 2 0,333 1,143 0,209 0,256 Airjumlah X 3 0,221 1,103 0,235 0,290 Tenaga kerjajumlah X 4 -0,325 -1,681 -0,251 0,277 R 2 P 2 LR test of one side error 21,8 0,416 0,330 0,999 11,759 Keterangan: ζyata pada α = 10 Masalah multikolinieritas sudah tidak ada pada model 2, akan tetapi nilai R 2 dari model tersebut menjadi kecil, yaitu 21,8 persen. Hal ini berarti hanya 21,8 persen keragaman produktivitas dapat dijelaskan oleh variabel bebasnya. Selain itu nilai P pada model sebesar 0,416 lebih besar daripada 0,1 pada selang kepercayaan 90 persen. Hal ini berarti semua variabel independen tidak berpengaruh secara nyata terhadap produksi variabel dependen. Model 2 tersebut diperlihatkan oleh persamaan di bawah ini. Ln Y = 3,688 – 0,025 Ln X 1 + 0,209 Ln X 2 + 0,235 Ln X 3 – 0,251 Ln X 4 Keragaman fungsi yang dapat dijelaskan oleh variabel independen pada model 2 kecil, sehingga dicari model yang lebih baik. Cara lain yang dapat dilakukan untuk menghilangkan masalah multikolinieritas adalah dengan membagi variabel selain produksi dan jumlah sapi laktasi dengan variabel jumlah sapi laktasi, sehingga variabel jumlah sapi laktasi tetap ada dalam model. Model ketiga ini adalah model produksi sebagai fungsi dari jumlah sapi laktasi, pakan konsentrat baru per jumlah sapi laktasi, pakan rumput per jumlah sapi laktasi, air per jumlah sapi laktasi, dan tenaga kerja per jumlah sapi laktasi. Tabel 23. Pendugaan Fungsi Produksi Cobb Douglass Usahaternak Sapi Perah Peternak Kelompok I Model 3 Variabel OLS MLE Koef t-rasio Koef t-rasio Konstanta 1,423 0,393 0,988 0,921 Jumlah sapi laktasi X 1 0,246 0,662 0,608 2,927 Pakan konsentarjumlah X 2 0,297 0,451 0,553 8,829 Rumputjumlah X 3 0,348 1,313 0,199 1,233 Airjumlah X 4 0,632 2,323 0,431 3,864 Tenaga kerjajumlah X 5 -0,844 -2,724 -0,452 -5,895 R 2 P 2 LR test of one side error 83,2 0,000 0,201 0,999 8,292 Keterangan: ζyata pada α = 10 Model yang dibentuk tidak memiliki masalah multikolinearitas dan memiliki nilai R 2 sebesar 83,2 persen. Nilai ini menunjukkan bahwa sebesar 83,2 persen semua variabel independen X i memberikan kontribusi terhadap peningkatan produksi susu Y. Sebanyak 16, 8 persen peningkatan produksi oleh dipengaruhi faktor-faktor lain yang tidak termasuk dalam model. Model ini memiliki nilai δR galat satu sisi sebesar 8,β9β yang lebih besar dari χ 2 5 pada tabel Chi-Square Kodde dan Palm pada α = 25 persen yaitu 6,031, sehingga terdapat inefisiensi teknis pada model ini. Model ini sudah memenuhi kriteria dari fungsi produksi Cobb-Douglas Stochastic Frontier. Selanjutnya model inilah yang akan dibahas untuk menggambarkan fungsi produksi dari usahaternak sapi perah peternak tipe kelompok I. Model fungsi produksi Cobb-Douglas tersebut diperlihatkan oleh persamaan di bawah ini: Ln Y = 0,988 + 0,608 Ln X 1 + 0,553 Ln X 2 + 0,199 Ln X 3 + 0,431 Ln X 4 – 0,452 Ln X 5 Parameter dugaan pada fungsi produksi Cobb-Douglas telah menunjukkan nilai elastisitas produksi batas dari input-input yang digunakan. Parameter yang akan digunakan adalah parameter dari fungsi produksi Stochastic Frontier metode MLE. Tabel 21 menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh positif kecuali tenaga kerja per sapi laktasi dan nyata pada taraf 10 persen kecuali variabel rumput per sapi laktasi. Berikut merupakan interpretasi dari masing-masing faktor produksi dalam model terbaik fungsi produksi Stochastic Frontier :

1. Jumlah Sapi Laktasi

Parameter dugaan hasil fungsi produksi menunjukkan elastisitas produksi dari variabel jumlah sapi laktasi berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 90 persen terhadap produksi susu peternak kelompok I sebesar 0,608. Hal ini berarti bahwa dengan adanya peningkatan jumlah sapi laktasi sebesar satu persen maka akan meningkatkan produksi susu sebesar 0,608 persen. Namun peningkatan jumlah sapi laktasi harus diikuti dengan peningkatan penggunaan input-input variabel lainnya per jumlah sapi dalam rasio yang konstan.

2. Pakan Konsentart per Sapi Laktasi

Pada peternak kelompok I, pakan konsentrat yang digunakan adalah pakan konsentrat baru. Variabel pakan konsentrat per sapi laktasi berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 90 persen. Nilai elastisitas pakan konsentrat baru per sapi laktasi terhadap produksi susu sebesar 0,553 menunjukkan bahwa apabila jumlah pakan konsentrat baru per sapi ditingkatkan satu persen maka akan meningkatkan produksi sebesar 0,553 persen, cateris paribus. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah pakan yang digunakan oleh peternak selama ini harus ditingkatkan untuk setiap sapi laktasi. Hal ini diduga karena penggunaan pakan konsentrat baru yang masih di bawah anjuran. Rata-rata penggunaan pakan konsentrat baru pada peternak responden adalah sebanyak 6 kilogram per sapi per hari. Padahal jumlah pemberian pakan konsentrat juga tergantung dari berat badan sapi dan produksi susu per harinya. Untuk sapi yang hanya berproduksi kurang dari 10 liter per harinya diberikan pakan konsentrat baru sebanyak 5 kilogram. Untuk sapi yang berproduksi antara 10 sampai 14 liter per hari diberikan pakan konsentrat baru sebanyak 6 kg per hari sedangkan untuk sapi yang berpoduksi lebih dari empat belas liter per hari harus diberikan pakan konsentrat baru sebanyak 7 kg per hari. Selain itu, dalam memberikan pakan konsentrat, peternak tidak menggunakan takaran yang sesuai. Hal ini bisa mengakibatkan kurangnya pakan konsentrat yang seharusnya diberikan kepada sapi.

3. Rumput per Sapi Laktasi

Variabel penggunaan rumput per sapi laktasi berpengaruh positif dan tidak nyata terhadap produksi susu. Nilai elastisitas rumput per sapi laktasi terhadap produksi sebesar 0,199 menunjukkan bahwa penambahan rumput per sapi laktasi sebesar satu persen akan meningkatkan produksi sebesar 0,199 persen, cateris paribus . Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan rumput per sapi laktasi oleh peternak kelompok I masih kurang. Oleh karena itu harus ditingkatkan lagi penggunaan rumputnya. Karena menurut konsultan peternakan sapi perah, sapi yang menggunakan pakan konsentrat baru ini akan memerlukan rumput yang lebih banyak daripada sapi yang masih menggunakan pakan lama. Namun hal ini tidak berpengaruh nyata diduga karena penggunaan rumput oleh peternak kelompok I per sapi laktasi hampir seragam yaitu 50 kg per sapi laktasi per hari.

4. Air per Sapi Laktasi

Variabel pemberian air minum per sapi laktasi berpengaruh positif dan nyata pada taraf kepercayaan 90 persen. Nilai elastisitas air minum per sapi laktasi terhadap produksi susu sebesar 0,431 menunjukkan bahwa peningkatan jumlah air minum per sapi laktasi sebesar satu persen maka akan meningkatkan produksi susu sebesar 0,431 persen, cateris paribus. Pemberian air penting untuk produksi susu, karena susu 87 persen terdiri atas air dan 50 persen dari badan sapi terdiri atas air. Perbandingan antara susu yang dihasilkan dan air yang dibutuhkan adalah 1 : 3,6. Air yang dibutuhkan setiap hari bagi sapi minimal untuk tiap satu liter susu yang dihasilkan dibutuhkan air minum sebanyak emapt liter. Sebaiknya sapi diberi air minum secara tidak terbatas Sudono, 1999. Ternak yang diberikan pakan konsentrat baru ini akan lebih banyak meminum air sehingga lebih baik peternak memberikan air minum kepada sapi laktasi secara tidak terbatas.

5. Tenaga Kerja per Sapi Laktasi

Variabel tenaga kerja per sapi laktasi berpengaruh negatif dan nyata pada taraf kepercayaan 90 persen. Nilai elastisitas tenaga kerja per sapi laktasi terhadap produksi susu sebesar -0,452 menunjukkan bahwa penambahan jumlah jam tenaga kerja per sapi laktasi sebesar satu persen maka akan menurunkan produksi susu sebesar 0,452 persen, cateris paribus. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan jam tenaga kerja pada responden peternak kelompok I sudah jenuh. Penggunaan jumlah jam tenaga kerja sudah tidak dapat ditingkatkan lagi. Setiap penambahan jumlah jam tenaga kerja dapat menurunkan produksi. Jika ingin menambahkan tenaga kerja, peternak tipe kelompok I harus menambahkan jumlah populasi ternak sapi perah laktasi miliknya. Selain itu sapi yang menggunakan pakan konsentrat baru ini menjadi lebih banyak makan rumput sedangkan penambahan produksi susu yang dihasilkan maksimal sebesar 3 liter. Hal ini tidak dapat menutupi tambahan kebutuhan penggunaan tenaga kerja yang diperlukan. Usahaternak sapi perah peternak kelompok I dapat dikatakan masih dapat ditingkatkan produksinya, dimungkinkan dengan penambahan input tertentu, maka produksi susu diharapkan juga akan meningkat. Hal ini dicerminkan dari nilai return to scale RTS yang lebih besar dari satu yaitu sebesar 1,339. Nilai ini menunjukkan bahwa usahaternak sapi perah peternak kelompok I dalam posisi increasing return to scale dan berada pada daerah I pada kurva fungsi produksi. Hal ini berarti bahwa proporsi penambahan faktor produksi akan menghasilkan tambahan produksi yang proporsinya lebih besar.

7.1.2 Fungsi Produksi Usahaternak Sapi Perah Peternak Kelompok II

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI BIAYA USAHA TERNAK SAPI PERAH DI DESA KROSOK KECAMATAN SENDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG

0 8 55

Analisis pendapatan usahatani peternakan sapi perah studi kasus di desa Lembang, kecamatan Lembang, kabupaten Bandung, Jawa Barat

0 9 91

Penampilan Reproduksi Sapi Perah KUD Pasirjambu Kecamatan Pasirjambu Kabupaten DT II Bandung Propinsi Jawa Barat

0 5 68

Kompetensi kewirausahaan peternak sapi perah kasus peternak sapi perah rakyat di Kabupaten Pasuruan Jawa timur dan Kabupaten Bandung Jawa Barat

1 43 285

Analisis pendapatan dan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi pada usaha peternakan sapi perah (studi kasus kawasan usaha peternakan (KUNAK) sapi perah di kecamatan Cibungbulang, kabupaten Bogor, Jawa Barat)

0 9 127

Analisis tingkat kepuasan peternak sapi perah koperasi aneka usaha mitra (KAUM) mandiri terhadap penggunaan pakan cargil di Kecamatan Pasirjambu Kabupaten Bandung

2 33 135

Analisis Efisiensi Teknis dan Pendapatan Usahatani Paprika Hidroponik di Desa Pasirlangu Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat

0 6 231

Analisis Efisiensi Produksi dan Tingkat Pendapatan Peternak Sapi Perah di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut

0 8 94

. Analisis Efisiensi Teknis, Keterampilan Teknis Beternak Dan Pendapatan Pada Usaha Peternakan Sapi Perah Rakyat Di Kecamatan Lembang.

0 10 83

ANALISIS RISIKO USAHA PEMBESARAN PEDET SAPI PERAH (Survey Pada Usaha Sapi Perah Rakyat di Desa Cihanjuang Rahayu, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat).

0 0 2