Konsep Efisiensi dan Inefisiensi

3.1.5 Konsep Efisiensi dan Inefisiensi

Tujuan dari produksi tidak hanya melihat seberapa besar output yang dihasilkan melainkan juga efisiensi dari sisi penggunaan input. Suatu metode dapat dikatakan lebih efisien apabila menggunakan sejumlah input yang sama namun memberikan hasil yang lebih banyak atau dengan menggunakan input yang lebih sedikit namun memberikan output yang sama banyaknya dengan asumsi harga input dan output sama dikedua metodenya. Tujuan petani dalam mengelola lahannya adalah untuk meningkatkan produksi dan memperoleh keuntungan. Seorang petani yang rasional dalam proses pengambilan keputusan usahatani akan bersedia menggunakan input selama nilai tambah yang dihasilkan oleh tambahan input tersebut sama atau lebih besar dengan tambahan biaya yang diakibatkan oleh tambahan input tersebut. Dengan kondisi yang ada, beragam upaya untuk melihat tambahan produktivitas yang dapat dihasilkan dengan penggunaan input yang lebih efisien pada tingkat teknologi yang “given”. Efisiensi merupakan perbandingan antara output dan input yang digunakan dalam proses produksi. Soekartawi 2002 menjelaskan bahwa terdapat berbagai konsep efisiensi yaitu efisiensi teknis technical efficiency, efisiensi harga priceallocative efficiency dan efisiensi ekonomis economic efficiency. Efisiensi teknis ditujukan dengan pengalokasian faktor produksi sedemikian rupa sehingga produksi yang tinggi dapat dicapai. Efisiensi harga dapat tercapai jika petani dapat memperoleh keuntungan yang besar dari usahataninya, misalnya karena pengaruh harga, maka petani tersebut dapat dikatakan mengalokasikan faktor produksinya secara efisiensi harga. Sedangkan efisiensi ekonomis tercapai pada saat penggunaan faktor produksi sudah dapat menghasilkan keuntungan maksimum. Dengan demikian apabila petani menerapkan efisiensi teknis dan efisiensi harga maka produktivitas akan semakin tinggi. Farrel, diacu dalam Coelli et al. 1998 mengemukakan dua konsep efisiensi yaitu efisiensi teknis technical efficiencyTE dan efisiensi alokatif allocative efficiencyAE. Efisiensi teknis menggambarkan kemampuan dari usahatani untuk memperoleh output maksimal dari sejumlah penggunaan input tertentu. Sedangkan efisiensi alokatif mengukur tingkat keberhasilan petani dalam usahanya untuk mencapai keuntungan maksimum yang dicapai pada saat nilai produk marjinal setiap faktor produksi yang diberikan sama dengan biaya marjinalnya. Effisiensi teknis dianggap sebagai kemampuan untuk berproduksi pada isoquant batas. Secara umum, efisiensi didekati dari dua sisi pendekatan yaitu alokasi pendekatan penggunaan input dan alokasi output yang dihasilkan. Pendekatan dari sisi input membutuhkan ketersediaan harga input dan kurva isoquant yang menunjukan kombinasi input yang digunakan untuk menghasilkan output secara maksimal. Sedangkan pendekatan dari sisi output merupakan pendekatan yang digunakan untuk melihat sejauh mana jumlah output secara proporsional dapat ditingkatkan tanpa merubah jumlah input yang digunakan. Pada Gambar 3 kondisi pendekatan berorientasi input, isoquant yang menunjukan kondisi yang efisien penuh fully efficient digambarkan oleh kurva SS’. Jika perusahaan menggunakan input sejumlah P untuk memproduksi 1 unit output, maka nilai inefisiensi teknis dicerminkan oleh jarak QP. Pada ruas garis QP jumlah input yang digunakan dapat dikurangi tanpa harus mengurangi jumlah output yang dihasilkan. Keterangan : P = input Q = efisiensi teknis dan inefisiensi alokatif Q’ = efisiensi teknis dan efisiensi alokatif AA’ = kurva rasio harga input SS’ = isoquant fully efficient Gambar 3. Efisiensi Teknis dan Alokatif orientasi input Sumber : Coelli et al. 1998 x 1 y x 2 y A’ A S’ S Q’ R Q P Metode pendekatan yang didasarkan pada orientasi output Gambar 4 dengan menggunakan kurva kemungkinan produksi ZZ’, sementara titik A menunjukan petani berada dalam kondisi inefisien. Pada gambar yang sama, ruas garis AB menggambarkan kondisi yang inefisien secara teknis dengan ditunjukan adanya tambahan output tanpa membutuhkan input tambahan. Secara matematis, pendekatan output rasio efisiensi teknis ditulis sebagai berikut : TE = 0A0B Notasi o digunakan untuk menunjukan nilai efisiensi teknis dengan pendekatan orientasi output. Keterangan : ZZ’ = kurva kemungkinan produksi DD’ = isorevenue Gambar 4 . Efisiensi Teknis dan Alokatif orientasi output Sumber : Coelli et al. 1998 Terdapat dua pendekatan alternatif untuk menguji sumber-sumber inefisiensi teknis Daryanto 2002. Pendekatan pertama adalah prosedur dua tahap. Tahap pertama terkait pendugaan terhadap skor efisiensi efek inefisiensi bagi individu perusahaan. Tahap kedua merupakan pendugaan terhadap regresi dimana skor efisiensi inefisiensi dugaan dinyatakan sebagai fungsi dari variabel sosial ekonomi yang diasumsikan mempengaruhi efek inefisiensi. Sedangkan pendekatan kedua adalah prosedur satu tahap dimana efek inefisiensi dalam y 1 x y 2 x Z’ Z D’ C B’ A B D stochastic frontier dimodelkan dalam bentuk variabel yang dianggap relevan dalam menjelaskan inefisiensi dalam proses produksi. Model inefisiensi teknis yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada model Coelli et al. 1998. Untuk mengukur inefisiensi teknis digunakan variabel u i yang diasumsikan bebas dan distribusinya terpotong normal dengan N μ, 2 . Untuk menentukan nilai parameter distribusi μ efek inefisiensi teknis digunakan rumus sebagai berikut: μ = + Z it + w it dimana Z it adalah variabel penjelas yang merupakan vaktor dengan ukuran 1xM yang nilainya konstan, adalah parameter skalar yang dicari nilainya dengan ukuran 1xM. 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Susu merupakan salah satu hasil ternak sapi perah yang mengandung nilai gizi tinggi bagi manusia. Susu sapi merupakan hasil ternak yang menghasilkan protein tertinggi yang dibutuhkan oleh manusia. Potensi pasar penjualan susu sapi sangatlah terbuka lebar terutama di Indonesia. Indonesia memiliki prospek pengembangan industri sapi perah yang relatif besar. Hal ini ditunjukkan dengan adanya permintaan potensial susu oleh 250 juta penduduk. Namun, produksi susu yang rendah hanya bisa mencukupi 30 persen kebutuhan permintaan efektif. Selama ini kekurangan kebutuhan susu dipenuhi dari impor. Oleh karena itu perlu adanya peningkatan produksi susu dalam negeri. Kecamatan Pasirjambu merupakan salah satu daerah yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai peternak. Produksi susu sapi di kecamatan Pasirjambu bisa mencapai 25 ton per hari. Pasokan susu ini berasal dari tiga koperasi dan satu milk collector yang berada di Kecamatan Pasirjambu. Seluruh pasokan susu dari koperasi ini diserap oleh IPS yang bekerjasama dengan masing-masing koperasi. Salah satu koperasi yang sukses di Kecamatan Pasirjambu adalah KAUM Mandiri. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi pasokan susu yang diberikan yaitu sebesar 8 ton per hari atau 32 persen dari keseluruhan pasokan susu di Kecamatan Pasirjambu. Peternak di Kecamatan Pasirjambu melakukan usahaternaknya secara tradisional dan subsisten. Pengetahuan peternak yang terbatas terhadap manajemen budidaya sapi perah menyebabkan beberapa hal. Manajemen budidaya yang dimaksud diantaranya adalah pemberian pakan, pengelolaan pakan, dan informasi budidaya sapi perah lainnya. Manajemen budidaya yang tidak baik menyebabkan kualitas susu yang tidak baik. Kualitas susu ini berpengaruh terhadap harga susu. Apabila kualitasnya rendah berarti harga susu yang diperoleh juga rendah. Kuantitas susu yang dihasilkan juga sedikit sehingga penghasilan peternak dari penjualan susu juga akan sedikit. Kesehatan sapi dalam jangka panjang juga akan menurun. Hal ini akan menyebabkan produktivitasnya menurun. Sapi yang kesehatannya rendah pun juga akan berpengaruh terhadap terganggunya siklus reproduksi. Apabila sapi tidak dapat bereproduksi secara normal maka penghasilan peternak dari penjualan bibit juga akan berkurang. Untuk mengatasi hal ini pihak koperasi bekerjasama dengan perusahaan penerima suplai susu segar dan perusahaan pakan sapi perah mengadakan pemberian pakan baru bagi peternak sapi anggota KAUM Mandiri. Oleh karena itu penelitian ini menganalisis perubahan input produksi yang terjadi serta faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap produksi susu sapi perah. Faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap produksi susu sapi perah adalah jumlah sapi laktasi, pakan konsentrat utama, pakan rumput, air minum, dan tenaga kerja. Variabel-variabel ini dipilih sebagai penduga pengaruh terhadap produksi susu sapi perah berdasarkan studi literatur dari penelitian terdahulu serta informasi di lapangan. Selain itu penelitian ini menganalisis pendapatan usahaternak sapi perah yang menggunakan pakan baru, yang masih menggunakan pakan lama, serta peternak yang masih mencampurkan jenis pakan lama dengan pakan baru. Analisis pendapatan dalam penelitian ini meliputi pengukuran tingkat pendapatan dan analisis RC. Dengan masuknya jenis pakan baru kepada peternak anggota KAUM Mandiri, diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dalam penggunaan input sehingga penelitian ini juga menganalisis bagaimana tingkat efisiensi penggunaan input pada peternak anggota KAUM Mandiri baik yang hanya menggunakan pakan baru, yang masih menggunakan pakan lama, atau yang masih mencampur penggunaan pakan baru dengan pakan yang lama. Kerangka penelitian operasional pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Kerangka Pemikiran Operasional Masalah Usahaternak Sapi Perah di Koperasi Aneka Usaha Mitra KAUM Mandiri : 1. Produktivitas rendah 2. Pendapatan rendah 3. Kualitas susu rendah Tidak adanya pakan berkualitas Perbaikan manajemen pakan dengan penggunaan pakan baru Kelompok Peternak I yang hanya menggunakan pakan baru Kelompok Peternak II yang masih menggunakan lama Kelompok Peternak III yang menggunakan campuran pakan baru dengan pakan lama Pendapatan usahatani : - Pendapatan tunai - Pendapatan total - RC biaya tunai - RC biaya total - Analisis Fungsi Produksi Cobb Douglas Stochastic Frontier - Analisis Efisiensi Teknis - Sumber-Sumber inefisiensi Teknis Rekomendasi IV METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI BIAYA USAHA TERNAK SAPI PERAH DI DESA KROSOK KECAMATAN SENDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG

0 8 55

Analisis pendapatan usahatani peternakan sapi perah studi kasus di desa Lembang, kecamatan Lembang, kabupaten Bandung, Jawa Barat

0 9 91

Penampilan Reproduksi Sapi Perah KUD Pasirjambu Kecamatan Pasirjambu Kabupaten DT II Bandung Propinsi Jawa Barat

0 5 68

Kompetensi kewirausahaan peternak sapi perah kasus peternak sapi perah rakyat di Kabupaten Pasuruan Jawa timur dan Kabupaten Bandung Jawa Barat

1 43 285

Analisis pendapatan dan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi pada usaha peternakan sapi perah (studi kasus kawasan usaha peternakan (KUNAK) sapi perah di kecamatan Cibungbulang, kabupaten Bogor, Jawa Barat)

0 9 127

Analisis tingkat kepuasan peternak sapi perah koperasi aneka usaha mitra (KAUM) mandiri terhadap penggunaan pakan cargil di Kecamatan Pasirjambu Kabupaten Bandung

2 33 135

Analisis Efisiensi Teknis dan Pendapatan Usahatani Paprika Hidroponik di Desa Pasirlangu Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat

0 6 231

Analisis Efisiensi Produksi dan Tingkat Pendapatan Peternak Sapi Perah di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut

0 8 94

. Analisis Efisiensi Teknis, Keterampilan Teknis Beternak Dan Pendapatan Pada Usaha Peternakan Sapi Perah Rakyat Di Kecamatan Lembang.

0 10 83

ANALISIS RISIKO USAHA PEMBESARAN PEDET SAPI PERAH (Survey Pada Usaha Sapi Perah Rakyat di Desa Cihanjuang Rahayu, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat).

0 0 2