Fungsi Produksi Usahaternak Sapi Perah Peternak Kelompok III

peningkatan jumlah jam tenaga kerja per sapi laktasi sebanyak satu persen maka akan meningkatkan produksi susu sebesar 0,596 persen. Hal ini berarti bahwa pada peternak kelompok II, penambahan jumlah jam tenaga kerja per sapi laktasi masih bisa ditingkatkan. Apabila pada peternak kelompok I, penambahan tenaga kerja sebaiknya diikuti dengan penambahan populasi sapi perah laktasi maka pada peternak tradisional tidak harus menambahkan populasi sapi perah laktasi. Pada penelitian ini penambahan jumlah jam tenaga kerja per sapi laktasi terutama pada kegiatan sanitasi sapi dan kandang. Kotoran yang dihasilkan oleh sapi yang masih menggunakan pakan lama agak sedikit encer dan berhamburan. Oleh karena itu peternak tipe kelompok II harus lebih memperhatikan kebersihan kandangnya dengan menambahkan jumlah jam kerja pada kegiatan sanitasi sapi dan kandang. Usahaternak sapi perah peternak kelompok II dapat dikatakan masih dapat ditingkatkan produksinya, dimungkinkan dengan penambahan input tertentu, maka produksi susu diharapkan juga akan meningkat. Hal ini dicerminkan dari nilai return to scale RTS yang lebih besar dari satu yaitu sebesar 2,118. Nilai ini menunjukkan bahwa usahaternak sapi perah peternak kelompok II dalam posisi increasing return to scale dan berada pada daerah II pada kurva fungsi produksi yang berarti bahwa proporsi penambahan faktor produksi akan menghasilkan tambahan produksi yang proporsinya lebih besar.

7.1.2 Fungsi Produksi Usahaternak Sapi Perah Peternak Kelompok III

Agar model yang digunakan pada peternak kelompok III dapat dibandingkan dengan peternak kelompok I dan kelompok II maka formulasi model yang digunakan adalah sama dengan model fungsi produksi peternak kelompok I dan kelompok II. Variabel independen terdiri dari jumlah sapi laktasi, pakan konsentrat baru dan lama per jumlah sapi laktasi, pakan rumput per jumlah sapi laktasi, air per jumlah sapi laktasi, dan tenaga kerja per jumlah sapi laktasi sehingga didapatkanlah model seperti pada Tabel 25. Tabel 25. Pendugaan Fungsi Produksi Cobb Douglass Usahaternak Sapi Perah Peternak Kelompok III Variabel OLS MLE Koef t-rasio Koef t-rasio Konstanta 9,053 3,811 9,304 9,366 Jumlah sapi laktasi X 1 0,437 1,948 0,627 1,399 Pakan konsentratjumlah X 2 -0,086 -0,424 -0,001 -0,003 Rumputjumlah X 3 0,005 0,023 -0,243 -1,272 Airjumlah X 4 0,204 1,303 0,224 0,655 Tenaga kerjajumlah X 5 -1,008 -4,069 -0,775 -1,074 R 2 P 2 LR test of one side error 91,1 0,000 0,0817 0,9999 7,535 Keterangan: ζyata pada α = 10 Model yang dibentuk tidak memiliki masalah multikolinearitas dan memiliki nilai R 2 sebesar 91,1 persen. Nilai ini menunjukkan bahwa sebesar 91,1 persen semua variabel independen X i memberikan kontribusi terhadap peningkatan produksi susu Y. Sebanyak 8,9 persen peningkatan produksi oleh dipengaruhi faktor-faktor lain yang tidak termasuk dalam model. Model ini memiliki nilai δR galat satu sisi sebesar 7,5γ5 yang lebih besar dari χ 2 5 pada tabel Chi-Square Kodde dan Palm pada α = 25 persen yaitu 6,031, sehingga terdapat inefisiensi teknis pada model ini. Model ini sudah memenuhi kriteria dari fungsi produksi Cobb-Douglas Stochastic Frontier. Selanjutnya model inilah yang akan dibahas untuk menggambarkan fungsi produksi dari usahaternak sapi perah peternak tipe kelompok III. Model fungsi produksi Cobb-Douglas tersebut diperlihatkan oleh persamaan di bawah ini: Ln Y = 9,304 + 0,627 Ln X 1 – 0,001 Ln X 2 – 0,243 Ln X 3 + 0,224 Ln X 4 – 0,775 Ln X 5 Parameter dugaan pada fungsi produksi Cobb-Douglas telah menunjukkan nilai elastisitas produksi batas dari input-input yang digunakan. Parameter yang akan digunakan adalah parameter dari fungsi produksi Stochastic Frontier metode MLE. Tabel 22 menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh positif kecuali variabel pakan konsentrat per sapi laktasi, rumput per sapi laktasi, dan tenaga kerja per sapi laktasi serta nyata pada taraf 10 persen kecuali variabel pakan konsentrat per sapi laktasi, air per sapi laktasi, dan tenaga kerja per sapi laktasi. Berikut merupakan interpretasi dari masing-masing faktor produksi dalam model terbaik fungsi produksi Stochastic Frontier :

1. Jumlah Sapi Laktasi

Parameter dugaan hasil fungsi produksi menunjukkan elastisitas produksi dari variabel jumlah sapi laktasi berpengaruh positif dan nyata pada taraf kepercayaan 90 persen terhadap produksi susu peternak kelompok III sebesar 0,627. Hal ini berarti dengan adanya penambahan jumlah sapi laktasi sebanyak satu persen maka akan menambah produksi sebanyak 0,627 persen. Namun peningkatan jumlah sapi laktasi harus diikuti dengan peningkatan penggunaan input-input variabel lainnya per jumlah sapi dalam rasio yang konstan.

2. Pakan Konsentrat per Jumlah Sapi Laktasi

Peternak kelompok III menggunakan pakan campuran antara pakan konsentrat lama dan baru. Variabel penggunaan pakan konsentrat per sapi laktasi berpengaruh negatif dan tidak nyata. Nilai elastisitas pakan konsentrat per sapi laktasi terhadap produksi susu sebesar 0,001 menunjukkan bahwa apabila ada peningkatan pemberian pakan konsentrat baik pakan lama maupun pakan baru sebanyak satu persen maka akan menurunkan produksi susu sebesar 0,001 persen. Perubahan jumlah pemberian pakan konsentrat kepada sapi laktasi tidak berpengaruh langsung terhadap produksi susu. Nilai koefisien yang rendah juga menunjukkan bahwa perubahan penggunaan konsentrat tidak terlalu mempengaruhi perubahan jumlah produksi susu.

3. Rumput per Sapi Laktasi

Variabel pemberian rumput per sapi laktasi berpengaruh negatif dan nyata pada taraf kepercayaan 90 persen. Nilai elastisitas rumput per sapi laktasi sebesar 0,243 menunjukkan bahwa apabila ada penambahan rumput per sapi laktasi sebesar satu persen maka akan menurunkan produksi susu sebesar 0,243 persen. Hal ini dikarenakan pemberian rumput pada sapi peternak kelompok III telah berlebihan. Sapi pada peternak kelompok III tidak memakan rumputnya sampai habis sehingga sisa-sisa rumput yang tidak dibersihkan bisa menyebarkan bakteri kepada sapi sehingga akan mempengaruhi keseharan sapi. Sapi yang sakit, produksi susunya juga akan berkurang.

4. Air per Sapi Laktasi

Variabel pemberian air minum per sapi laktasi berpengaruh positif dan tidak berpengaruh nyata. Nilai elastisitas pemberian air minum per sapi laktasi terhadap produksi susu sebesar 0,224 menunjukkan bahwa penambahan pemberian air minum per sapi laktasi sebesar satu persen akan meningkatkan produksi susu sebesar 0,224, cateris paribus. Hal ini dikarenakan pemberian air minum per sapi laktasi yang hampir seragam antar peternak kelompok III. Penambahan air minum pada sapi laktasi tidak berpengaruh secara langsung dalam meningkatkan produksi susu. Namun, penambahan air minum per sapi laktasi masih berpotensi untuk menaikkan jumlah produksi susu.

5. Tenaga Kerja

Variabel penggunaan tenaga kerja per sapi laktasi berpengaruh negatif dan tidak berpengaruh nyata. Nilai elastisitas tenaga kerja per sapi laktasi terhadap produksi susu sebesar 0,775 menunjukkan apabila ada peningkatan jumlah jam tenaga kerja per sapi laktasi sebanyak satu persen maka akan mengurangi produksi susu sebesar 0,775 persen. Hal ini berarti bahwa pada peternak kelompok III, penggunaan jumlah jam tenaga kerja per sapi laktasi sudah berlebihan. Hal ini berarti bahwa penambahan jumlah jam tenaga kerja hanya akan menambah biaya tanpa diikuti dengan penambahan jumlah produksi susu. Kenaikan jumlah produksi susu hanya sekitar 2 liter. Kebutuhan jumlah jam tenaga kerja sebaiknya dikurangi misalnya dengan cara mengurangi jumlah rumput yang diberikan. Hal ini berhubungan dengan jumlah penggunaan rumput yang berlebihan. Jumlah jam tenaga kerja untuk mencari rumput dan untuk membersihkan rumput dari kandang dapat dikurangi. Usahaternak sapi perah peternak kelompok III memiliki nilai return to scale RTS yang kurang dari nol yaitu -0,168. Hal ini menunjukkan bahwa skala usaha peternak kelompok III ini berada dalam posisi negative return to scale yang artinya bahwa setiap penambahan satu satuan input akan menyebabkan penurunan produksi. Penggunaan faktor produksi pada usaha ini sudah tidak efisien.

7.2. Analisis Efisiensi Teknis

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI BIAYA USAHA TERNAK SAPI PERAH DI DESA KROSOK KECAMATAN SENDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG

0 8 55

Analisis pendapatan usahatani peternakan sapi perah studi kasus di desa Lembang, kecamatan Lembang, kabupaten Bandung, Jawa Barat

0 9 91

Penampilan Reproduksi Sapi Perah KUD Pasirjambu Kecamatan Pasirjambu Kabupaten DT II Bandung Propinsi Jawa Barat

0 5 68

Kompetensi kewirausahaan peternak sapi perah kasus peternak sapi perah rakyat di Kabupaten Pasuruan Jawa timur dan Kabupaten Bandung Jawa Barat

1 43 285

Analisis pendapatan dan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi pada usaha peternakan sapi perah (studi kasus kawasan usaha peternakan (KUNAK) sapi perah di kecamatan Cibungbulang, kabupaten Bogor, Jawa Barat)

0 9 127

Analisis tingkat kepuasan peternak sapi perah koperasi aneka usaha mitra (KAUM) mandiri terhadap penggunaan pakan cargil di Kecamatan Pasirjambu Kabupaten Bandung

2 33 135

Analisis Efisiensi Teknis dan Pendapatan Usahatani Paprika Hidroponik di Desa Pasirlangu Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat

0 6 231

Analisis Efisiensi Produksi dan Tingkat Pendapatan Peternak Sapi Perah di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut

0 8 94

. Analisis Efisiensi Teknis, Keterampilan Teknis Beternak Dan Pendapatan Pada Usaha Peternakan Sapi Perah Rakyat Di Kecamatan Lembang.

0 10 83

ANALISIS RISIKO USAHA PEMBESARAN PEDET SAPI PERAH (Survey Pada Usaha Sapi Perah Rakyat di Desa Cihanjuang Rahayu, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat).

0 0 2