7.1.2 Fungsi Produksi Usahaternak Sapi Perah Peternak Kelompok II
Agar model yang digunakan pada peternak kelompok II dapat dibandingkan dengan peternak kelompok I maka formulasi model yang digunakan
adalah sama dengan model fungsi produksi peternak kelompok I. Variabel independen terdiri dari jumlah sapi laktasi, pakan konsentrat lama per jumlah sapi
laktasi, pakan rumput per jumlah sapi laktasi, air per jumlah sapi laktasi, dan tenaga kerja per jumlah sapi laktasi sehingga didapatkanlah model seperti pada
Tabel 24. Model yang dibentuk tidak memiliki masalah multikolinearitas dan
memiliki nilai R
2
sebesar 83,8 persen. Nilai ini menunjukkan bahwa sebesar 83,8 persen semua variabel independen X
i
memberikan kontribusi terhadap peningkatan produksi susu Y. Sebanyak 16, 2 persen peningkatan produksi oleh
dipengaruhi faktor-faktor lain yang tidak termasuk dalam model. Model ini memiliki nilai δR galat satu sisi sebesar β1,979 yang lebih besar dari χ
2 5
pada tabel Chi-Square Kodde dan Palm pada
α = 0,1 persen yaitu 6,031, sehingga terdapat inefisiensi teknis pada model ini. Model ini sudah memenuhi kriteria dari
fungsi produksi Cobb-Douglas Stochastic Frontier. Tabel 24.
Pendugaan Fungsi Produksi Cobb Douglass Usahaternak Sapi Perah Peternak Kelompok II
Variabel OLS
MLE Koef
t-rasio Koef
t-rasio Konstanta
2,960 1,376
1,101 1,137
Jumlah sapi laktasi X
1
0,926 6,799
1,183 14,614 Pakan konsentratjumlah X
2
0,332 2,066
0,385 3,789
Rumputjumlah X
3
-0,159 -1,174
-0,145 -2,015
Airjumlah X
4
0,059 0,402
0,099 1,034
Tenaga kerjajumlah X
5
0,245 1,337
0,596 4,722
R
2
P
2
LR test of one side error 83,8
0,000 0,0193
0,9999 21,979
Keterangan: Nyata pada α = 10
Selanjutnya model inilah yang akan dibahas untuk menggambarkan fungsi produksi dari usahaternak sapi perah peternak tipe kelompok II. Model fungsi
produksi Cobb-Douglas tersebut diperlihatkan oleh persamaan di bawah ini:
Ln Y = 1,101 + 1,183 Ln X
1
+ 0,385 ln X
2
– 0,145 Ln X
3
+ 0,099 Ln X
4
+ 0,596 Ln X
5
Parameter dugaan pada fungsi produksi Cobb-Douglas telah menunjukkan nilai elastisitas produksi batas dari input-input yang digunakan. Parameter yang
akan digunakan adalah parameter dari fungsi produksi Stochastic Frontier metode MLE. Tabel 22 menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh positif
kecuali variabel rumput per sapi laktasi dan nyata pada taraf 10 persen. Berikut merupakan interpretasi dari masing-masing faktor produksi dalam
model terbaik fungsi produksi Stochastic Frontier :
1. Jumlah Sapi Laktasi
Parameter dugaan hasil fungsi produksi menunjukkan elastisitas produksi dari variabel jumlah sapi laktasi berpengaruh positif dan nyata pada taraf
kepercayaan 90 persen terhadap produksi susu peternak kelompok I sebesar 1,183. Hal ini berarti dengan adanya penambahan jumlah sapi laktasi sebanyak satu
persen maka akan menambah produksi sebanyak 1,183 persen. Namun peningkatan jumlah sapi laktasi harus diikuti dengan peningkatan penggunaan
input-input variabel lainnya per jumlah sapi dalam rasio yang konstan. Pengaruh variabel jumlah sapi yang cukup besar menjelaskan bahwa
penambahan modal bagi peternak untuk pembelian sapi laktasi merupakan salah satu cara paling baik untuk meningkatkan produksi susu di lokasi penelitian.
Penambahan modal bagi peternak sangatlah memungkinkan melihat skala usaha peternakan yang dilakukan di lokasi penelitian masih tergolong usaha peternakan
rakyat.
2. Pakan Konsentrat per Jumlah Sapi Laktasi
Peternak kelompok II adalah peternak yang menggunakan jenis pakan konsentrat lama. Variabel penggunaan pakan konsentrat lama per sapi laktasi
berpengaruh positif dan nyata pada taraf kepercayaan 90 persen. Nilai elastisitas pakan konsentrat lama per sapi laktasi terhadap produksi susu sebesar 0,385
menunjukkan bahwa apabila ada peningkatan pemberian pakan konsentrat lama per sapi laktasi sebanyak satu persen maka akan meningkatkan produksi susu
sebesar 0,385 persen. Penambahan pakan konsentrat lama yang berpengaruh positif terhadap produksi menunjukkan bahwa penggunaan pakan konsentrat
masih kurang. Namun, disini diduga bahwa kurangnya pemberian konsentrat lebih kepada kurang terpenuhinya nutrisi yang terkandung dalam pakan sehingga masih
diperlukan tambahan nutrisi yang dapat meningkatkan produksi susu.
3. Rumput per Sapi Laktasi
Variabel pemberian rumput per sapi laktasi berpengaruh negatif dan nyata pada taraf kepercayaan 90 persen. Nilai elastisitas rumput per sapi laktasi sebesar
0,145 menunjukkan bahwa apabila ada penambahan rumput per sapi laktasi sebesar satu persen maka akan menurunkan produksi susu sebesar 0,145 persen.
Hal ini dikarenakan pemberian rumput pada sapi peternak kelompok II telah berlebihan. Sapi yang masih menggunakan pakan konsentrat lama, kemampuan
mencerna rumput lebih sulit dibandingkan dengan sapi yang menggunakan pakan konsentrat baru sehingga rumput yang biasanya disediakan seringkali tidak habis
dimakan oleh sapi. Rumput yang masih tersisi dalam bak penampungan makanan, akan menimbulkan bakteri yang merugikan bagi sapi jika tidak dibersihkan. Hal
ini bisa diatasi dengan cara mengurangi jumlah pemberian rumput atau menambah jumlah jam tenaga kerja untuk sanitasi kandang.
4. Air per Sapi Laktasi
Variabel pemberian air minum per sapi laktasi berpengaruh positif dan tidak berpengaruh nyata. Nilai elastisitas pemberian air minum per sapi laktasi
terhadap produksi susu sebesar 0,099 menunjukkan bahwa penambahan pemberian air minum per sapi laktasi sebesar satu persen akan meningkatkan
produksi susu sebesar 0,099, cateris paribus. Hal ini dikarenakan pemberian air minum per sapi laktasi yang hampir seragam antar peternak kelompok II. Selain
itu sapi yang masih menggunakan pakan konsentrat lama, keinginan untuk minum pun lebih sedikit dibandingkan dengan sapi yang menggunakan pakan konsentrat
baru. Oleh karena itu penambahan pemberian air minum per sapi laktasi tidak akan berpengaruh nyata.
5. Tenaga Kerja
Variabel penggunaan tenaga kerja per sapi laktasi berpengaruh positif dan nyata pada taraf kepercayaan 90 persen. Nilai elastisitas tenaga kerja per sapi
laktasi terhadap produksi susu sebesar 0,596 menunjukkan apabila ada
peningkatan jumlah jam tenaga kerja per sapi laktasi sebanyak satu persen maka akan meningkatkan produksi susu sebesar 0,596 persen. Hal ini berarti bahwa
pada peternak kelompok II, penambahan jumlah jam tenaga kerja per sapi laktasi masih bisa ditingkatkan.
Apabila pada peternak kelompok I, penambahan tenaga kerja sebaiknya diikuti dengan penambahan populasi sapi perah laktasi maka pada peternak
tradisional tidak harus menambahkan populasi sapi perah laktasi. Pada penelitian ini penambahan jumlah jam tenaga kerja per sapi laktasi terutama pada kegiatan
sanitasi sapi dan kandang. Kotoran yang dihasilkan oleh sapi yang masih menggunakan pakan lama agak sedikit encer dan berhamburan. Oleh karena itu
peternak tipe kelompok II harus lebih memperhatikan kebersihan kandangnya dengan menambahkan jumlah jam kerja pada kegiatan sanitasi sapi dan kandang.
Usahaternak sapi perah peternak kelompok II dapat dikatakan masih dapat ditingkatkan produksinya, dimungkinkan dengan penambahan input tertentu,
maka produksi susu diharapkan juga akan meningkat. Hal ini dicerminkan dari nilai return to scale RTS yang lebih besar dari satu yaitu sebesar 2,118. Nilai ini
menunjukkan bahwa usahaternak sapi perah peternak kelompok II dalam posisi increasing return to scale
dan berada pada daerah II pada kurva fungsi produksi yang berarti bahwa proporsi penambahan faktor produksi akan menghasilkan
tambahan produksi yang proporsinya lebih besar.
7.1.2 Fungsi Produksi Usahaternak Sapi Perah Peternak Kelompok III