tampilan produktivitas dan efisiensi ekonomis ditingkat peternakan rakyat., telah dilaksanakan secara on farm di daerah dataran tinggi, yaitu di Desa Tlogosari dan
Gendro, Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan. Dua puluh sembilan ekor sapi perah dara milik peternak umur 9-13 bulan dibedakan ke dalam dua kelompok
perlakuan pemberian pakan, yaitu kelompok yang mendapatkan tambahan pakan berupa konsentrat sebanyak 1,5-1,6 kgekorhari dan kelompok kontrol: yaitu
sapi-sapi yang memperoleh pakan sesuai dengan kondisi pemeliharaan peternak rakyat. Parameter yang diamati meliputi konsumsi pakan, pertambahan berat
badan, perubahan harga ternak, umur dan berat badan pada saat pubertas. Data yang diperoleh dianalisis denagn uji-t. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa
perlakuan penambahan konsentrat sebanyak 1,5-1,6 kgekorhari pada ransum yang telah umum diberikan terhadap sapi perah dara dalam kondisi usaha
peternakan rakyat secara nyata P0,05 dapat meningkatkan pertambahan berat badan dan mempercepat umur pubertas dibandingkan perlakuan kontrol;
sedangkan keuntungan ekonomis dari pertambahan harga ternak tidak berbeda nyata. Namun penambahan berat badan merupakan salah satu faktor penunjang
produksi susu. Oleh karena itu perlakuan pemberian konsentrat dalam pertumbuhan sapi dara sangat dianjurkan terutama bagi sapi-sapi yang akan
digunakan sebagai ternak pengganti replacement stock di dalam usaha peternakannya.
2.2 Kajian Empiris Usahaternak Sapi Perah
Peneliti an Alpian β010 dengan judul “Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Produktivitas Susu dan Pendapatan Peternak Sapi Perah di Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang” menjelaskan bahwa faktor-faktor
produktivitas yang mempuanyai pengaruh nyata terhadap produktivitas susu sapi perah yaitu hijauan, konsentrat, ampas tahu, dan tenaga kerja. Faktor-faktor
pendapatan responden sapi perah yang mempunyai pengaruh nyata terhadap pendapatan responden yiatu harga hijauan, harga konsumen, harga ampas tahu,
harga vaselin, biaya kesehatan hewan, upah tenaga kerja, dan harga jual susu. Persentase biaya pembelian konsentrat dari seluruh biaya tunai yang dikeluarkan
oleh peternak mencapai 51,15. Biaya yang dikeluarkan untuk pembelian
konsentrat adalah yang paling besar. Rata- rata pendapatan peternak atas biaya total adalah Rp 10.602.237,74 per tahun pada tahun 2009.
Khaidar 2009 melakukan penelitian mengenai pendapatan usahaternak sapi perah anggota KPS Bogor di Kelurahan Kebon Pedes dan KUNAK
Cibungbulang, menganalisis tingkat kelayakan harga susu koperasi bagi peternak, menganalisis tingkat kepuasan anggota aktif terhadap pelayanan koperasi. Hasil
penelitian Khaidar menunjukkan bahwa pada usahaternak skala satu sampai sembilan ekor, pendapatan terbesar diterima oleh peternak yang melakukan
diversifikasi penjualan ke koperasi dan ke luar koperasi. Pada usahaternak dengan skala kepemilikan di atas 9 ekor, nilai pendapatan dan RC peternak yang menjual
susu ke koperasi dan ke luar koperasi juga lebih tinggi dari peternak yang hanya menjual susu ke koperasi. Analisis kelayakan harga susu menunjukkan bahwa
harga yang diterima peternak anggota hanya layak bagi peternak dengan skala kepemilikan di atas 9 ekor sapi perah yang menjual susu produksinya ke koperasi
dan ke luar koperasi. Berdasarkan analisis tingkat kepuasan, secara umum kepuasan anggota aktif KPS Bogor di Kebon Pedes dan KUNAK Cibungbulang
berada pada kriteria cukup. Hermanto 2010 melakukan penelitian tentang analisis kelayakan usaha
sapi perah kelompok ternak baru Sireum di Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Analisis kelayakan finansial usaha sapi perah ini menggunakan
tiga skenario. Skenario satu terdiri dari peternak usaha skala kecil dengan kepemilikan sapi perah sebanyak tiga ekor, skenario dua terdiri dari peternak
skala menengah dengan kepemilikan sapi perah sebanyak tujuh ekor dan skenario tiga terdiri dari peternak skala besar dengan kepemilikan sapi perah sebanyak 20
ekor. Berdasarkan kriteria kelayakan investasi, semua skenario yang dilakukan layak untuk dijalankan. Namun, yang mengahsilkan nilai NPV paling besar adalah
skenario tiga yaitu dengan NPV sebesar 904.982.084 dengan Payback Period selama dua thaun lima bulan.
Pratama 2010 melakukan penelitian untuk mengetahui daya saing dan dampak kebijkan pemerintah terhadap komoditas susu sapi perah di Kabupaten
Garut. Berdasarkan hasil perhitungan melalui metode PAM Policy Analysis Matrix
, usahaternak sapi perah memiliki penerimaan privat dalam memproduksi
susu segar adalah Rp 787,9liter susu dan keuntungan sosial usahaternak sapi perah oleh peternak anggota KPGS yang ditunjukkan dengan niai yaitu Rp
1.706,5liter. Berdasarkan hasil analisis keuntungan per bulan menunjukkan bahwa usahaternak sapi perah menguntungkan baik secara finansial maupun
ekonomi.
2.3. Kajian Empiris Analisis Efisiensi Fungsi Produksi Stochastic Frontier