peubah penjelas termasuk terhadap peubah harganya sendiri. Hasil kajian ini kurang sejalan dengan hasil Altermeier dan Adinugroho 1988 dalam Suryana
1991 yang menginformasikan bahwa penawaran jagung cukup respon terhadap perubahan peubah harganya sendiri.
2.3.2. Pasar Pakan
Hasil penelitian Hutabarat et al, 1993 di empat propinsi DKI, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan dan Sajuti 2001, dimana jagung
merupakan bahan baku utama, dengan pangsa 40-60 persen dari bahan baku pabrik pakan ternak. Besarnya komponen jagung dalam bahan baku pakan ternak
disebabkan karena harganya relatif murah, mudah diproduksi dalam jumlah banyak, mengandung kalori yang tinggi dan sangat disukai ternak. Oleh sebab itu
upaya untuk mengganti jagung dengan bahan lain belum berhasil hingga saat ini. Temuan ini juga diperkuat oleh hasil kajian Tangendjaja et al, 2002, yang
menunjukkan bahwa peranan jagung dalam produksi pakan ternak sangat penting dan posisinya belum bisa digantikan secara sempurna oleh bahan baku lainnya.
Penelitian Yusdja dan Pasandaran 1996 dengan menggunakan metode Linear Programming menghasilkan temuan yang sangat mendukung hasil
penelitian di atas. Penelitian ini menyimpulkan bahwa jagung merupakan bahan baku utama dari industri pakan ternak. Pangsa jagung sebagai bahan baku utama
pakan ternak mencapai 56-62 persen dari keseluruhan bahan baku pakan ternak. Sementara itu biaya pakan mencapai 87.8 persen dari keseluruhan biaya produksi
daging ayam. Pada tahun 1996, Alim meneliti tentang efisiensi skala usaha pabrik pakan
dengan menggunakan fungsi produksi Cobb Douglas dan pendugaan laba dengan
metode SUR Seemingly Unrelated Regression. Penelitian ini memanfaatkan pool data, yang terdiri dari data penampang lintang dari tiga pabrik yang berlokasi
di wilayah Bogor dan Bekasi, serta data bulanan selama tiga tahun 1992-1994, sehingga jumlah pengamatan adalah 108 titik data. Kesimpulan dari penelitian ini
menyatakan bahwa harga jagung kuning sangat dominan dalam mempengaruhi tingkat laba dan efisiensi usaha. Hal ini disebabkan jagung kuning mempunyai
pangsa yang relatif tinggi dalam penyusunan pangsa pakan ternak dan belum tersedia bahan substitusi yang mempunyai kandungan gizi yang setara.
Hasil penelitian Suryana et al, 1997 meneliti tentang harga kesepakatan jagung dengan menggunakan metode Linear Programming menunjukkan bahwa
kebutuhan jagung dalam pakan adalah 60.6 persen untuk ayam pedaging dan 59.4 persen untuk ayam petelur. Analisis sensivitas terhadap perubahan harga jagung
hingga kenaikan sebesar 100 persen ternyata tidak merubah komposisi tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa betapa pentingnya jagung sebagai bahan baku pakan
ternak, sehingga tidak tergantikan oleh bahan lain. Hasil penelitian Purba 1999 tentang keterkaitan pasar jagung dan pakan
ternak ayam ras di Indonesia: suatu analisis simulasi dengan mengunakan data deret waktu periode 1969-1996 dengan sistem persamaan simultan dengan
menggunakan metode 2SLS menunjukkan bahwa produksi pakan ternak sesuai dengan teori ekonomi secara nyata dipengaruhi oleh peubah selisih pakan dan
jagung, tingkat suku bunga dan populasi ayam ras. Akan tetapi, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang produksi pakan ternak kurang respon terhadap
perubahan dari peubah-peubah tersebut. Sementara itu, peubah-peubah yang
berpengaruh nyata terhadap permintaan pakan ternak adalah rasio harga pakan terhadap harga ayam ras dan populasi ayam ras.
2.3.3. Pasar Daging Ayam Ras