Simpulan SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

c. Harga riil daging ayam ras domestik dipengaruhi oleh harga riil daging ayam ras dunia tahun sebelumnya dan harga riil daging ayam ras domestik tahun sebelumnya. Dalam jangka pendek dan jangka panjang harga riil daging ayam ras domestik tidak responsif terhadap perubahan harga riil daging ayam ras dunia. d. Ekspor daging ayam ras dipengaruhi oleh produksi daging ayam ras, harga riil daging ayam ras dunia, rasio nilai tukar terhadap perubahan nilai tukar dan trend waktu. Dalam jangka pendek dan jangka panjang ekspor daging ayam ras responsif terhadap perubahan produksi daging ayam ras tetapi tidak responsif terhadap perubahan harga riil daging ayam ras dunia dan nilai tukar. e. Impor daging ayam ras dipengaruhi oleh impor daging ayam ras tahun sebelumnya, dan harga riil daging ayam ras impor dipengaruhi oleh perubahan harga riil daging ayam ras dunia serta trend waktu. Dalam jangka pendek dan jangka panjang harga riil daging ayam ras impor tidak responsif terhadap perubahan harga riil daging ayam ras dunia. 4. Pasar pakan ayam ras memiliki keterkaitan yang kuat dengan pasar daging ayam ras melalui pengaruh harga daging ayam ras terhadap permintaan pakan ayam ras, sedangkan pasar pakan ayam ras kurang memiliki keterkaitan dengan pasar jagung. 5. Dampak perubahan faktor internal dan faktor eksternal terhadap penawaran, permintaan dan harga: a. Perubahan faktor internal berupa penurunan tingkat suku bunga bank, depresiasi rupiah, peningkatan harga jagung, pakan, DOC dan daging ayam ras serta penghapusan tarif impor jagung dan daging ayam ras berdampak terhadap perilaku pasar jagung, pakan dan daging ayam ras di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa harga dan jumlah yang terjadi dalam suatu pasar tidak hanya ditentukan oleh kekuatan pasar itu sendiri, melainkan juga ditentukan secara bersama-sama oleh kekuatan pasar lainnya. Perubahan faktor internal hanya berdampak kecil terhadap pasar jagung dunia dan tidak berdampak terhadap pasar daging ayam ras dunia. b. Perubahan faktor eksternal berupa peningkatan ekspor jagung USA dan peningkatan impor jagung Jepang berdampak terhadap perilaku pasar jagung, pakan dan daging ayam ras di Indonesia dan pasar jagung dunia, tetapi tidak berdampak terhadap perilaku pasar daging ayam dunia. Perubahan faktor eksternal berupa peningkatan ekspor daging ayam USA dan peningkatan impor daging ayam Cina dan Jepang hanya berdampak kecil terhadap perilaku pasar daging ayam ras di Indonesia dan perilaku pasar daging ayam ras dunia. 6. Dampak perubahan faktor internal dan faktor eksternal terhadap surplus produsen dan surplus konsumen: a. Perubahan faktor internal berupa peningkatan harga jagung, pakan dan daging ayam ras berdampak pada peningkatan kesejahteraan produsen dan konsumen jagung, pakan dan daging ayam ras, penerimaan pemerintah dari tarif impor jagung dan daging ayam, serta peningkatan pengeluaran devisa negara. b. Perubahan faktor internal berupa penghapusan tarif impor jagung dan daging ayam ras serta depresiasi rupiah berdampak pada peningkatan kesejahteraan produsen dan konsumen pasar jagung dan pakan, tetapi menurunkan kesejahteraan produsen dan konsumen pasar daging ayam ras, serta menurunkan penerimaan pemerintah dan pengeluaran devisa negara. c. Perubahan faktor eksternal berupa peningkatan impor daging ayam ras Cina dan Jepang berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan dan peningkatan pengeluaran devisa negara.

7.2. Implikasi Kebijakan

1. Kebijakan moneter dengan menurunkan suku bunga dan depresiasi rupiah dapat dipertimbangkan untuk meningkatkan surplus produsen dan konsumen jagung, pakan dan daging ayam ras. 2. Karena kurangnya keterkaitan pasar jagung dengan pasar pakan, maka kebijakan pemerintah melalui peningkatan harga jagung, pakan dan daging ayam ras sebaiknya lebih banyak diarahkan pada pasar jagung dan pasar pakan untuk dapat meningkatkan kinerja kedua pasar tersebut. 3. Luas areal panen jagung merupakan faktor yang menentukan produksi jagung di Indonesia dibandingkan faktor harga jagung, karena produksi lebih respon terhadap perubahan luas areal panen dibandingkan peningkatan harga jagung. Peningkatan luas areal panen jagung sebaiknya didukung dengan kebijakan peningkatan harga pakan dan DOC, karena kebijakan tersebut dapat meningkatan produksi, surplus produsen dan surplus konsumen jagung, pakan dan daging ayam ras di Indonesia. 4. Pemerintah sebaiknya mempertimbangkan kebijakan penghapusan tarif impor jagung dan daging ayam dalam era liberalisasi perdagangan, karena kebijakan penghapusan tarif impor hanya dapat meningkatkan produksi jagung saja, tetapi menurunkan produksi pakan dan daging ayam ras. Kebijakan ini berdampak pada peningkatan kesejahteraan pelaku pasar produsen dan konsumen jagung dan pakan saja, tetapi tidak pada pelaku pasar produsen dan konsumen daging ayam ras.

7.3. Saran Penelitian Lanjutan

1. Dalam penelitian selanjutnya sebaiknya juga memperhatikan pakan selain untuk ternak ayam ras, sehingga akan terlihat lebih jelas bagaimana keterkaitan pasar jagung, pakan dan daging ayam ras di Indonesia dari hulu sampai hilir secara komprehensif lagi. 2. Perlu dilakukan disagregasi produksi daging ayam ras menurut pola pemeliharannya industri peternakan rakyat dan swasta dan menurut jenisnya daging ayam ras dan buras sehingga produksi daging ayam dapat diketahui dengan jelas. 3. Perlu penelitian lanjutan untuk memperoleh gambaran perilaku konsumsi jagung di Indonesia, sehingga pembentukan harga jagung dapat dikaji lebih spesifik, karena pembentukan harga jagung juga dipengaruhi oleh perilaku produksi dan konsumsi. 4. Perlu penelitian lanjutan mengenai liberalisasi perdagangan jagung dan daging ayam ras dunia dengan memasukkan perilaku negara produsen, negara eksportir dan negara importir utama jagung serta daging ayam ras, sehingga dampak liberalisasi perdagangan jagung dan daging ayam ras dapat diketahui dengan jelas. DAFTAR PUSTAKA Alim, M.R. 1996. Keragaan Industri Pakan Ayam Ras di Wilayah Bogor dan Bekasi: Suatu Analisis Efisiensi dan Skala Ekonomi. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Anonymous. 2003. Evaluasi Kinerja Pembangunan Pertanian Tahun 2002. Inspektorat Jenderal. Departemen Pertanian, Jakarta. BPS. 2001. Statistik Indonesia. Biro Pusat Statistik, Jakarta. . 2005. Statistik Indonesia. Biro Pusat Statistik, Jakarta. . 2005. Neraca Bahan Makanan Indonesia. Biro Pusat Statistik, Jakarta. Branson, W.H. and J.M. Litvack. 1981. Macroeconomics of Production. John Willey Sons Inc., Washington D.C. Boediono. 1990. Ekonomi Internasional. Badan Penerbitan Fakultas Ekonomi. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Chiang, A.C. and K. Wainwright. 1984. Fundamental Methods of Mathematical Economics. The McGraw-Hill Companies, Inc., New York. DEPTAN. 2001. Statistik Pertanian. Departemen Pertanian, Jakarta. . 2002. Agribisnis Jagung, Informasi dan Peluang. Festival Jagung Pangan Alternatif, Istana Bogor 26-27 April 2002. Departemen Pertanian, Jakarta. . 2005. Statistik Pertanian. Departemen Pertanian, Jakarta. . 2005. Statistik Peternakan. Departemen Pertanian, Jakarta. DEPKEU. 2001. Buku Tarif Bea Masuk Indonesia. Direktorat Jenderal Keuangan, Jakarta. Doll, J.P. and F. Orazem. 1984. Production Economics: Theory with Applications. Second Edition. John Wiley Sons, Inc. New York. FAO. 2002. Trade Yearbook. Food and Agriculture Organization, Rome. . 2005. Trade Yearbook. Food and Agriculture Organization, Rome.