3.8. Tarif Impor
Beberapa kebijakan pemerintah yang terkait dengan kinerja pasar jagung, pakan dan daging ayam ras adalah tarif impor, suku bunga, subsidi input dan lain
sebagainya. Namun yang akan akan dijelaskan disini hanya dampak kebijakan tarif impor jagung dan daging ayam saja, sesuai dengan fenomena yang ada
sekarang ini. Dalam arti luas, kebijakan ekonomi internasional adalah tindakan atau
kebijaksanaan ekonomi pemerintah yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi komposisi, arah serta bentuk daripada perdagangan dan
pembayaran secara internasional. Kebijaksanaan ini dapat berupa tarifbea masuk, pelarangan impor, kuota dan subsidi Boediono, 1990.
Menurut tujuannya, tarif diklasifikasikan sebagai tarif proteksi, yaitu pengenaan tarif bea masuk yang tinggi untuk mencegahmembatasi impor barang
tertentu dan tarif revenue, yaitu pengenaan tarif bea masuk yang bertujuan untuk meningkatkan penerimaan negara.
Berdasarkan tujuan tersebut, maka fungsi tarif bea masuk menurut Hady 2000 adalah untuk mengatur perlindungan kepentingan ekonomiindustri dalam
negeri fungsi regulend, sebagai salah satu sumber penerimaan negara fungsi budgeter
dan pemerataan, yaitu untuk pemerataan distribusi pendapatan nasional. Untuk mengetahui dampak penerapan tarif impor terhadap surplus
konsumen, surplus produsen dan penerimaan pemerintah dari tarif, dapat digunakan pendekatan keseimbangan parsial. Ada empat implikasi yang akan
terjadi dari penerapan tarif yaitu : 1 dampak penerapan tarif terhadap produsen, yaitu terjadinya surplus produsen karena pengenaan tarif, 2 dampak pengenaan
tarif terhadap konsumen, yaitu berkurangnya surplus konsumen akibat pengenaan tarif. Besarnya pengurangan surplus konsumen terjadi akibat berkurangnya
permintaan karena terjadinya kenaikan harga jagung dan daging ayam, 3 dampak penerapan tarif terhadap penerimaan pemerintah, yaitu pemasukan yang
akan diterima pemerintah dari tarif impor jagung dan daging ayam. Besarnya pemasukan ini tergantung dari harga jagung dan daging ayam di pasar dunia, tarif
ad valorem yang ditetapkan, jumlah jagung dan daging ayam yang diimpor serta
besarnya nilai tukar rupiah terhadap negara eksportir dan 4 dampak sosial atau biaya proteksi, yaitu suatu kerugian yang harus ditanggung oleh perekonomian
akibat pengalihan sebagian sumber daya domestik untuk memproduksi jagung dan daging ayam, dibanding dengan kondisi yang lebih efisien apabila diimpor.
Mengingat pangsa impor jagung dan daging ayam terhadap volume perdagangan dunia, maka Indonesia merupakan negara kecil small country. Oleh
sebab itu Indonesia bertindak sebagai price taker di pasar dunia. Dampak pengenaan tarif impor terhadap surplus produsen, konsumen dan penerimaan
pemerintah dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 memperlihatkan bahwa sebelum pengenaan tarif impor, harga
jagung dan daging ayam di pasar domestik sebesar P, dengan produksi jagung dan daging ayam domestik sebesar Qs dan konsumsi sebesar Qd. Pada tingkat harga
P=P
w
tersebut, surplus konsumen tercermin oleh bidang 1,2,3,4,5,6,7,8 dan 10. Pengenaan tarif impor sebesar t telah menyebabkan kenaikan harga jagung
dan daging ayam di pasar domestik menjadi P’, yang diikuti dengan kenaikan produksi jagung dan daging ayam domestik menjadi Qs’ dan penurunan konsumsi
menjadi Qd’. Dengan asumsi perbedaan harga merupakan refleksi dari pengenaan
tarif, maka kenaikan harga ini akan menurunkan suplus konsumen menjadi bidang 1,2,3 dan meningkatkan surplus produsen menjadi bidang 8 dan 9. Penerimaan
pemerintah yang diperoleh dari pengenaan tarif tergambar oleh bidang 5 dan 6, sedangkan biaya proteksi atau dampak sosial yang harus ditanggung oleh
perekonomian sebesar bidang 4 dan 7. Dampak pengenaan tarif spesifik terhadap impor jagung dan daging ayam
pada satu sisi akan meningkatkan kesejahteraan produsen berupa peningkatan harga jagung dan daging ayam yang diterima produsen dalam negeri sehingga
mendorong peningkatan penawaran. Tetapi di sisi lain akan memberikan dampak yang merugikan bagi konsumen berupa peningkatan harga yang harus dibayarkan
sehingga mendorong penurunan konsumsi.
3.9. Ekspor Impor Jagung dan Daging Ayam
Indonesia merupakan negara net importer komoditas jagung dan daging ayam. Menurut data BPS, impor Indonesia sebagian besar berasal dari Amerika
Serikat. Dalam analisis selanjutnya, Amerika Serikat merupakan negara pengekspor jagung dan daging ayam ke Indonesia.
Kondisi net importer
Indonesia menunjukkan adanya defisit produksi excess demand
. Sedangkan sebagai negara pengekspor, Amerika menunjukkan adanya surplus produksi excess supply. Sebelum ada perdagangan kondisi excess
demand mengakibatkan kenaikan harga dan kondisi excess supply mengakibatkan
penurunan harga Henderson and Quandt, 1980. Perbedaan harga ini merupakan salah satu penyebab terjadinya perdagangan antar negara, dimana produk-produk
mengalir dari daerah surplus ke daerah defisit, sampai perbedaan harga mendekati biaya transfer Purcell, 1979; Tomek and Robinson, 1980.
Tanpa perdagangan harga jagung dan daging ayam di negara eksportir sebesar OP
1 A
dan di negara importir OP
1 B
. Jika di negara eksportir harga di atas P
P
1 A
, produsen akan memproduksi lebih besar dari OQ
E A
yang selama ini diminta oleh konsumen. Jadi fungsi penawaran S di atas keseimbangan E
mencerminkan fungsi excess supply negara eksportir. Dengan cara yang sama di negara importir, bila harga di bawah P
A A
1 B
, konsumen akan meminta lebih banyak dari OQ
E B
. Jadi fungsi permintaan di bawah keseimbangan E mencerminkan fungsi excess demand negara importir.
B
Bila terjadi perdagangan antar kedua negara, dengan asumsi biaya transport sama dengan nol, maka kurva penawaran dan permintaan di pasar dunia
merupakan kurva excess supply dan excess demand kedua negara, dimana keseimbangan terjadi pada titk E
W
dengan tingkat harga P
W
dan volume perdagangan sebesar Q
E W
impor sama dengan ekspor. Secara umum, jumlah impor sangat dipengaruhi oleh harga impor, pendapatan income, dan jumlah
impor tahun sebelumnya Labys, 1975, sehingga model impor diformulasikan sebagai berikut:
M
t
= f PM
t
, Y, M
t-1
...................................................................... 37 Gambar 4 memperlihatkan perilaku penawaran dan permintaaan jagung
dan daging ayam yang terjadi pada perdagangan dua negara. Pada Gambar 4 dapat dilihat adanya keterkaitan antara penawaran, permintaan, harga, ekspor impor
jagung dan daging ayam. Peubah-peubah tersebut masih dipengaruhi oleh peubah- peubah lain yang bersifat kompleks dan membentuk sistem yang simultan.
Artinya, perubahan pada satu peubah akan mempengaruhi sistem secara menyeluruh.